Suara sesenggukan Leta membuat Sarah yang mendengarnya menjadi tidak tega. Terlihat Leta yang tidak mau lepas darinya.
Saat Leta melihat Sarah yang tengah berkemas tadi, Leta langsung menanyakan akan pergi kemana orang tuanya itu. Dan yang bertugas untuk menjelaskan adalah Randi, Randi menjelaskan dengan sangat baik dan pelan-pelan. Tapi yang namanya anak-anak tentu saja akan merasa sedih jika tidak diajak.
"Sebentar aja, Papa sama Mama cuma tiga hari disana. Leta sama nenek dulu ya disini." Leta menggeleng, dia semakin mengeratkan tangannya di leher Sarah.
"Leta mau sama Mama." Ucap Leta bersikeras.
"Nanti Mama beliin oleh-oleh yang banyak ya buat Leta. Leta bilang aja mau apa." Sarah tetap dengan usahanya membujuk sang anak.
Tapi dasarnya Leta keras kepala, jadinya masih tetap dengan pendiriannya tidak ingin ditinggalkan oleh Sarah.
"Leta gak mau apa-apa, mau sama Mama aja." Air mata masih terus berjatuhan dari wajah anaknya. Sarah menghapus air mata itu, dan beralih menatap suaminya yang berada dibelakang.
"Gimana Mas?" Sarah menanyakan pendapat Randi.
Randi bangun dan mendekat ke arah keduanya, dia pun meraih tubuh Leta untuk digendongnya, tapi Leta tidak mau lepas dari Sarah.
Randi menghela nafas pasrah, dia mengecup belakang kepala Leta dan mulai menjelaskan dengan baik-baik, berharap anaknya itu mengerti.
"Papa sama Mama cuma pergi sebentar, nanti Papa janji beliin oleh-oleh yang banyak buat Leta."
"Leta ikut aja, mau sama Mama."
Sarah dan Randi saling bertatapan.
"Kan cuma sebentar, masa Leta gak kasih izin?"
"Papa aja yang pergi, Leta mau sama Mama."
"Kan Mama harus temenin Papa sayang. Nanti Papa kesepian disana sendirian."
"Leta juga kesiapan disini gak ada Mama."
"Kan ada nenek."
Leta melepaskan pelukannya pada leher Sarah, dan dia langsung berbalik menatap ke arah Papanya.
"Papa kenapa Leta cuma mau ikut masa gak boleh?" Teriak Leta, air matanya menetes kembali.
Randi mengangkat tubuh kecil anaknya dan memindahkan di pangkuannya. Leta sudah berhenti untuk berontak, tapi Randi tidak membiarkannya kabur semudah itu.
"Begini, tiketnya cuma ada dua jadi yang pergi cuma boleh dua orang."
"Kenapa punya Leta gak ada?"
"Papa juga gak tau, sayang. Boleh ya Papa pergi sama Mama dulu."
"Papa gak sayang sama Leta? Makanya papa tinggalin Leta."
"Siapa yang ngomong kayak gitu? Papa sayang sekali sama Leta, Leta kan anak Papa."
"Papa gak sayang sama Leta, Papa jahat." Randi menghela nafas pelan, menghadapi anak yang sedang tantrum memang harus banyak-banyak bersabar.
"Gini aja, nanti kalau Papa sama Mama udah pulang, kita jalan-jalan kemana aja yang Leta mau."
Leta terlihat mulai tertarik dengan penawaran yang diberikan oleh Papanya.
"Benar ya? Papa janji bakal turutin Leta?" Randi mengangguk dengan yakin.
"Tapi Leta izinin Papa dan Mama pergi dulu. Janji jangan nakal selama Papa dan Mama pergi."
"Papa sama Mama perginya jangan lama-lama."
"Cuma tiga hari aja, gak lama."
"Itu lama, satu hari aja."
Satu hari mana cukup untuk honeymoon, nak. Ada-ada saja kamu ini.
"Tiga hari ya." Randi masih berusaha bernegosiasi dengan anaknya sendiri.
"Nanti kalau Leta kangen gimana?"
"Kan bisa vidio call."
Leta diam, masih ragu untuk mengizinkan kedua orangtuanya untuk pergi.
"Papa beliin oleh-oleh yang banyak buat Leta." Bujuk Randi lagi, menatap di manik milik anaknya.
"Ya udah boleh. Tapi janji ya pulangnya langsung jalan-jalan bertiga."
Leta mengulurkan jari kelingkingnya kepada Papa dan Mamanya, yang langsung disambut dengan hal yang sama.
Lumayan drama juga untuk mendapatkan izin pada anak kecil. Tapi tidak apalah.
"Iya, Papa janji." Randi manarik Leta untuk dipeluknya, tangannya yang sebelah lagi digunakan untuk menarik Sarah. Mereka bertiga berpelukan setelah perdebatan alot yang terjadi.
• • •
Pagi hari yang cerah, Sarah terbangun disebuah villa di Bali yang akan ditempatinya selama tiga hari kedepan.
Sarah melirik ke arah sampingnya, dimana suaminya itu masih tidur dengan lelapnya. Mereka tiba di villa saat malam hari dan langsung beristirahat.
Masih belum ada rencana mereka akan kemana hari ini, yang pastinya Sarah sudah sangat ingin merasakan liburan di salah satu pantai yang ada di Bali.
Bali sangat terkenal dengan pantainya yang indah-indah, dan itu adalah hal wajib yang perlu dirasakan jika berkunjung ke Bali. Mungkin Sarah akan mengajak Randi agak sore saja, agar bisa menyaksikan sunset sekalian.
Sarah menapakkan kakinya di lantai, dan langsung membuka gorden membuat cahaya matahari masuk kedalamnya seketika. Dan itu sukses membuat Randi merasa terusik di atas ranjangnya.
Tangan Randi tampak meraba-raba, mencari keberadaan Sarah untuk dipeluknya. Randi mengerjap selama beberapa detik saat tangannya tidak menemukan keberadaan Sarah.
Randi membuka matanya perlahan dan melihat istrinya yang sudah berdiri menjulang di samping ranjang.
Senyum manis menjadi pembuka hari Randi. Randi membuka kedua tangannya, meminta Sarah untuk meletakkan dirinya disana.
Sarah tentu saja paham, dia langsung menerjang Randi dan menjatuhkan tubuhnya diatas dada suaminya.
Sarah mendusel-dusel kepalanya disana, sedikit membuat Randi kegelian akibat ulahnya.
Randi menggulingkan tubuh Sarah untuk berada di sampingnya. Dia mengunci tubuh Sarah dengan tubuhnya, mencegah agar Sarah tidak kabur.
"Udah jam 7 Mas, aku mau mandi." Ucap Sarah setelah beberapa menit mereka ada diposisi yang sama.
Randi masih memejamkan matanya, tapi tidak tertidur. Dia hanya ingin menikmati moment ini lebih lama.
"Sebentar." Gumam Randi serak, dia menghirup aroma istrinya dalam-dalam, kepala Randi berpindah pada cerukan leher Sarah.
"Mas, geli." Sarah protes karena kecupan-kecupan yang Randi berikan untuknya.
Tapi hal itu tidak lantas membuat Randi menghentikan aksinya. Tidak bisa terus dibiarkan seperti ini.
Sarah mendorong kepala suaminya pelan, menjauhkan dari jangkauannya. Randi tentu saja melayangkan tatapan protes karena kesenangannya terhenti sampai disitu.
"Aku lapar." Ucap Sarah menampilkan cengiran polosnya.
Randi mengecup bibir Sarah beberapa kali, lalu dia pun melepaskan Sarah. Baru beberapa detik lalu Sarah merasa lega, kini tubuhnya sudah diangkat oleh suaminya.
Sarah mematung dalam gendongan Randi, tangannya dia kaitkan ke-belakang leher suaminya, takut-takut jika jatuh.
"Mas mau kemana?"
"Mandi, katanya tadi mau mandi." Ucap Randi dengan sangat santai.
Tepat setelah itu terdengar pintu yang ditutup menggunakan kaki dan saat Sarah mengamati sekitar mereka sudah ada di dalam kamar mandi.
Randi menurunkan Sarah di pinggiran bathtub dan mulai mengisi air dalam bathtub juga memberikan aroma terapi yang menyeruak disana.
"Mas." Sarah mencicit tanda bahwa dirinya tengah gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...