"Selamat datang suami aku." Ucap Sarah di depan pintu. Senyuman terbaiknya dia berikan pada laki-laki yang paling dicintainya di dunia ini.
Hal seperti ini sudah menjadi rutinitas Sarah setiap harinya. Menjelang jam kepulangan Randi, Sarah sudah standby terlebih dahulu di teras lalu menyambut kedatangan suaminya.
Saking bahagia dan bersyukurnya Sarah sampai-sampai tidak sadar bahwa pernikahan mereka sudah berjalan selama beberapa bulan. Dan selama itu pula tidak ada pertengkaran besar yang terjadi. Keduanya saling terbuka mengenai hal apapun, hingga tidak pernah ada cekcok diantara keduanya.
Sarah sih berharap kedepannya akan terus seperti itu. Siapa sih istri yang mau bertengkar dengan suaminya sendiri?
Kalau saling menjahili sih sering ya, lebih tepatnya lebih sering Sarah yang menjahili suaminya hingga berkahir suaminya itu ngambek. Tapi karena kepintaran Sarah dalam merayunya, maka jadilah Randi selalu terbuai dan semakin lengket dengan istrinya.
Randi mengulurkan tangan dan disambut dengan baik oleh Sarah. Randi memberikan kecupan lama di kening Sarah. Menandakan bahwa dia sangat menyayangi wanita didepannya ini. Setelahnya Randi meraih pinggang Sarah, dan mengapitnya, mengajak Sarah menuju kamar mereka. Sarah dengan otomatis melingkar tangan di lengan suaminya itu.
Meksipun mereka bukan lagi pengantin baru, tapi rasanya kehangatan dalam interaksi yang terjadi tidak pernah berkurang di antara keduanya.
Seperti biasa, begitu sampai dikamar, Randi langsung memasuki kamar mandi. Sedangkan Sarah bertugas untuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya ini. Menjadi istri Randi, membuat Sarah hapal seluk-beluk sifat dan rutinitas yang biasanya suaminya lakukan.
Sembari menunggu suaminya selesai, Sarah mendudukkan dirinya di samping ranjang. Menyibukkan dirinya dengan handphone yang ada ditangannya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama, suami Sarah itu sudah keluar dari kamar mandi dan dengan santainya menggunakan pakaian didepan Sarah secara langsung.
Meksipun sudah terbiasa melihat pemandangan seperti ini, tetap saja Sarah merasa seperti seorang gadis yang masih malu-malu kucing.
Protes? Sarah sudah pernah melakukan tapi mau bagaimana lagi jika Randi tidak menggubris sekalipun. Menurutnya wajar-wajar saja dia melakukan hal itu.
"Leta mana?" Randi bertanya saat baru sadar bahwa Leta sama sekali belum terlihat olehnya.
"Ikut Ibu kerumah Om Yanto tadi." Randi mengangguk-angguk.
"Memang ada acara apa dirumah Om Yanto?"
"Gak ada acara apa-apa Mas, Ibu cuma mau main aja kesana."
"Ayo." Randi mengulurkan tangannya pada Sarah, meminta istrinya itu agar menjabatnya.
"Hah? Mau kemana?" Sarah bertanya dengan bingung, mereka tidak ada rencana akan keluar sebelumnya.
Randi terus saja menuntun tangan Sarah, hingga sampai di ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Kini Sarah mengerti maksud suaminya itu.
"Saya lapar." Ucap Randi disertai dengan cengiran yang menghiasi. Tangannya mengusap pelan perutnya yang kelaparan.
"Belum aku angetin lauknya, gak apa? Apa mau aku angetin dulu?"
Sarah menawarkan, lauk yang sudah tidak hangat tentu rasanya kurang enak. Dan Sarah tidak ingin jika Randi terganggu karena itu. Tapi mendapati suaminya yang menggeleng lalu mendudukkan dirinya disalah satu kursi, itu pertanda bahwa Randi tidak masalah.
"Temani saya. Kamu sudah makan?"
"Udah tadi siang, kan aku udah ngabarin sama Mas."
"Oh iya saya lupa." Sarah menggeleng kecil menanggapi suaminya. Dengan cekatan dia mengambilkan nasi beserta lauk dalam piring suaminya itu.
"Mas, tumben makan sore-sore begini. Tadi siang emangnya gak makan?"
Sarah menatap suaminya meminta jawaban. Tapi apa yang didapatnya? Randi malah berusaha mengalihkan pembicaraan.
Jika sudah seperti ini, Sarah sudah tau jawaban dari pertanyannya sendiri. Dia pun berdecak pelan, dan bersiap mengomeli suaminya.
"Mas aku kan udah bilang, jangan telat makan. Kalau Mas males mau jajan, bilang sama aku biar aku bekelin."
Nah kan jika sudah mode ibu-ibu rumah tangga sejati Sarah terlihat sisi bawelnya. Bukan kali ini saja dia mengomeli Randi perihal yang sama, sudah beberapa kali tapi dasarnya saja suami Sarah itu bebal.
Dan itu Sarah lakukan bukan tanpa alasan. Pernah satu kali Randi sangat sibuk dengan pekerjaannya, hingga hampir tidak makan seharian penuh. Dan apa hasilnya? suami Sarah itu tumbang dan masuk rumah sakit meskipun hanya sehari saja. Dari sanalah, Sarah bawel jika sampai Randi men-skip waktu makanannya.
"Saya sibuk meeting tadi, sampai lupa kalau belum makan."
"Makan itu kebutuhan Mas. Gak ada ya istilah lupa makan. Pokonya mulai besok aku bekelin aja deh, kayak Leta."
"Jangan, saya kan bukan anak kecil."
"Emang cuma anak kecil yang biasa bawa bekal? Nggak kali, ada tuh aku sering liat teman-teman aku bawa bekal dari rumah. Aku gak mau tau ya, pokonya mulai besok aku bawain bekal buat kamu."
Selesai mengatakan itu, Sarah langsung menaruh piring di depan Randi. Dan dia ikut duduk di samping suaminya, sekedar menemani Randi makan.
"Saya mau disuapi." Ucap Randi sambil menatap ke arah istrinya. Sarah masih menatap tajam ke arah suaminya, dan dia pun mencibir.
"Katanya bukan anak kecil, tapi kelakuan gak beda sama Leta, minta disuapi." Meskipun begitu, Sarah tetap memenuhi permintaan suaminya. Dia pun mengambil piring Randi dan mulai menyuapi suaminya. Tidak tau saja Sarah bahwa ini adalah upaya Randi untuk meredakan amarah Sarah.
Randi tidak menanggapi cibiran istrinya. Dia memakan dengan lahap nasi yang disuapkan Sarah padanya.
Tidak tahan melihat wajah istrinya yang bersungut-sungut, Randi mencubit kedua pipi Sarah. Bukannya terlihat seram, dimata Randi Sarah malah terlihat lebih menggemaskan.
"Jangan marah lagi Mama, Papa kan jadi takut." Randi menggoda istrinya dengan kata-kata. Membuat Sarah langsung mendelik dan mencubitnya tepat di perut.
"Aduh sakit Ma." Randi mengusap bekas cubitan Sarah yang masih terasa di atas perutnya.
"KDRT ini namanya." Randi berucap pelan, tapi pendengaran Sarah yang tajam tentu saja masih bisa menangkapnya.
"Gak usah banyak omong, makan cepetan." Sarah langsung membungkam mulut suaminya dengan suapan yang diberikannya. Untung saja Randi tidak sampai tersedak karenanya.
Randi dibuat melotot balik, dia menatap Sarah dengan pandangan menyelidiknya.
Tau apa yang dirasakan oleh suaminya, Sarah malah menyunggingkan senyum kemenangannya."Telan, jangan buang-buang makanan." Peringat Sarah.
Berhasil menelannya, Randi langsung membuka mulut dan mengipasinya."Minum, pedas banget." Ucap Randi. Sarah dengan sigap memberikan air minum untuk suaminya. Meksipun dia sendiri yang membuat suaminya kepedasan.
Satu gelas berhasil diteguk oleh Randi. Sarah kembali menyodorkan nasi pada suaminya, kali ini Randi menatapnya dengan curiga. Tidak ingin masuk kedalam jebakan maut istrinya.
"Gak pake sambel ini." Sarah berucap, menyakinkan Randi. Mana mungkin juga Sarah akan membuat suaminya kepedasan lagi, Sarah juga masih punya hati. Lagipula sebenarnya dia juga kasihan pada suaminya ini.
"Sambalnya dikit-dikit aja Ma, Papa kepedasan."
"Ngomong sekali lagi, aku kasi sambel beneran ya."
Mendapat ancaman dari istrinya, Randi terkekeh. Dia tau Sarah merasa geli saat Randi memanggil dengan sebutan Mama-Papa, kecuali didepan Leta tentunya.
To be continued
Baca cepat tersedia di KaryaKarsa yaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...