Hari pertama di Bali, sungguh tidak sesuai dengan ekspektasi yang ada di otak Sarah. Jika Sarah berpikir mereka akan jalan-jalan ke suatu tempat, maka jawabannya salah besar.
Nyatanya hingga hari beranjak siang seperti ini, Sarah dan Randi sama sekali belum keluar dari villa. Keduanya saat ini anteng berada di ruang santai, menonton televisi yang menyala.
"Mau jalan-jalan?" Randi menawarkan, sambil tangannya mencomot cemilan yang dipegang oleh Sarah.
Sarah menghela nafas pelan, dia ingin jalan-jalan tapi badannya menginginkan hal yang sebaliknya.
"Masih capek Mas." Jawab Sarah dengan lesu. Randi yang melihatnya menjadi terkekeh pelan, dia menarik kepala Sarah dan menyandarkannya di pundaknya. Lalu diusapnya dengan pelan.
"Kalau capek kenapa tadi gak bilang?"
"Gak Papa, kan capeknya baru kerasa sekarang."
"Mau pijat? Kebetulan disini ada spanya juga."
"Terus Mas gimana? Sendirian aja di sini?"
"Ya nggak, nanti panggil orangnya aja kesini."
"Mas mau spa juga?" Sarah bertanya, berharap Randi akan menolaknya. Sarah hanya tidak suka saja jika tubuh sang suami diraba-raba oleh orang lain meskipun untuk pijat sekalipun. Lebih baik Sarah memilih tangannya pegal akibat memijat sang suami meskipun sebenarnya Sarah tidak jago dalam hal memijat.
"Kamu aja." Mendengar jawaban yang sesuai keinginannya, Sarah pun menghela nafas lega.
"Ya udah deh, boleh." Randi mengangguk, dia pun meraih handphone dan menghubungi customer servis dari villa tersebut.
Beberapa menit setelah berbicara, Randi pun menaruh kembali handphonenya dan menatap ke arah Sarah.
"Satu jam lagi orangnya datang." Randi memberitahu, Sarah mengangguk. Dia mendengar tapi pandangannya masih fokus pada siaran didepannya.
"Mas kapan mau ke pantai? Aku pengen."
"Nanti kalau kamu udah gak capek." Jawab Randi sekenanya.
Sarah mengalihkan pandangannya ke arah Randi, dan tatapan keduanya bertemu.
"Makanya Mas jangan bikin aku capek dong." Seperkian detik, Randi terkekeh mendengar ucapan Sarah.
Dia mendekatkan wajahnya pada Sarah dan mengecup bibir yang selama ini berhasil menggodanya. Akhirnya Randi sudah bebas jika ingin melakukan apa-apa dengan Sarah.
Pipi Sarah bersemu, dan Randi sangat menyukainya. Kini dia beralih untuk mengecup pipi Sarah dan berakhir di kening istrinya lama.
"Kamu wangi." Ucap Randi saat hidungnya dipenuhi dengan aroma Sarah.
"Iya, sabunnya wangi tadi."
"Kamunya yang wangi bukan sabun." Randi menenggelamkan wajahnya di cerukan leher Sarah, dan dia berlama-lama disana. Menghirup aroma yang menguar hingga puas, tapi rasanya Randi tidak akan pernah puas dengan aroma Sarah.
"Kan aku tadi pakai sabun mandinya Mas."
"Hmmm." Hanya deheman yang diberikan Randi sebagai respon, karena dia asik dengan kegiatannya di leher Sarah.
Sarah bergidik geli saat hidung mancung suaminya bersentuhan secara langsung dengan kulit lehernya. Randi melingkarkan tangannya di pinggang Sarah, dan mengangkat tubuh istrinya itu agar naik kepangkuannya.
Randi mengeratkan pegangannya pada pinggang Sarah, dan mendorongnya agar semakin merapat, tidak menyisakan jarak antara keduanya.
Merasa suaminya sudah mulai agresif, Sarah harus bertindak cepat. Sarah mendorong kepala Randi pelan dan menggeleng ke arah pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomansSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...