"Mas saya mau bicara tentang Leta." Sarah membuka suaranya lebih dulu, saat mobil telah melaju di jalanan kota Jakarta. Bergabung dengan mobil-mobil lain yang ikut memadatinya.
Entah mengapa Jakarta seperti tidak ada sepinya. Terlihat pada waktu malam seperti ini saja, masih terlihat ramai dengan kendaraan yang melaju dan juga beberapa orang pejalan kaki.
"Iya ada apa dengan Leta?" Randi penasaran, pasalnya dia merasa Leta baik-baik saja. Tidak ada hal yang menyimpang dari Leta selama ini.
"Maaf sebelumnya, bukannya saya ingin menggurui atau bagaimana. Tapi saya rasa Mas Randi kurang tanggap terhadap apa yang Leta rasakan."
Sarah menjelaskan dengan hati-hati. Bagaimanapun dia orang baru dalam kehidupan Randi, dan jika dia mengatakan dengan kalimat yang salah bisa saja Randi menyangkal bahwa Sarah sok tau.
"Maksudnya bagaimana?" Randi terlihat bingung dengan perkataan yang dilontarkan Sarah.
"Tadi Leta cerita, katanya dia sering diejek sama teman-temannya karena maaf tidak memiliki ibu. Dan Leta juga mengatakan bahwa dia takut bercerita pada mas Randi."
"Takut? Saya tidak pernah memarahi Leta sebelumnya."
Iya Sarah tau, terlihat sekali bahwa Randi selalu bersikap lembut pada Leta. Meksipun sedang kesal sekalipun, Randi selalu berusaha untuk tetap lembut pada anak perempuannya.
"Bukan. Leta bukan takut dimarahi, tapi Leta takut mas Randi sedih."
Randi terdiam, begitupun dengan Sarah. Orang tua mana yang tidak terenyuh hatinya mendengar anak sendiri mengatakan hal seperti itu. Meksipun tidak dikatakan secara langsung.
Randi menjadi terharu, dia tidak menyangka bahwa Leta sudah bisa bersikap dewasa seperti ini. Benar yang Sarah katakan, Randi kurang tanggap pada anaknya sendiri.
Beberapa menit percakapan terhenti sampai disana. Randi menghela nafas sebelum membuka suaranya.
"Kamu tau kan kalau saya seorang duda." Ucap Randi, dan tentu saja tanpa perlu ditanyakan kembali Sarah sudah tau jawabannya.
Sarah mengangguki dengan pelan.
"Diumur saya yang seperti ini sudah tidak ada kata main-main, dan saya yakin sedari awal kamu sudah sadar bahwa Saya berusaha mendekati kamu."
Ya Sarah sadari itu, tapi tetap saja jika ditanyakan seperti ini Sarah menjadi gugup. Lagi-lagi Sarah hanya bisa mengangguk untuk menanggapi Randi.
"Saya serius dengan kamu Sarah. Tapi kamu tenang saja, Saya tidak akan langsung. Saya pasti akan memberi waktu untuk kita lebih dekat lagi."
"Malam ini saya mau mengakui perasaan saya pada kamu. Sedari awal melihat kamu, entah kenapa kamu begitu menarik perhatian saya. Ditambah dengan melihat interaksi antara kamu dan Leta, membuat saya semakin yakin bahwa kamu adalah pilihan terbaik."
Jantung Sarah, tolong. Saking kerasnya berdetak, sampai Sarah takut jika Randi bisa mendengarnya. Apalagi dalam kesunyian yang terjadi setelahnya.
Tolong Sarah. Apakah secara tidak langsung Randi tengah melamarnya saat ini? Aduh, ini pengalaman pertama untuk Sarah. Lihatlah pipinya yang merona itu tidak bisa disembunyikan lagi.
Mobil tiba-tiba berhenti, dan ternyata sudah sampai didepan bangunan kost Sarah.
Sebelum Sarah keluar dari sana, Randi mengatakan sesuatu yang kembali membuat Sarah berdegup.
"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Seperti yang saya katakan tadi, saya akan memberikan waktu untuk lebih mengenal satu sama lain."
"I-iya. Saya permisi, terimakasih tumpangannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...