part 10

1.1K 61 7
                                    

Seperti permintaan Divya, kali ini Irham sudah berada di bandara menunggu kepulangan tunangannya yang sudah dua bulan ini menetap di Surabaya.

Irham memperhatikan satu persatu orang yang keluar dari pintu kedatangan. Saking fokusnya Irham sampai tidak menyadari bahwa ada seorang perempuan bermasker yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.

Saat sampai di depan Irham, perempuan itupun langsung saja merentangkan tangan dan memeluk tubuh Irham.

"Kangen." Ujar perempatan itu, Irham sedikit terkejut tapi setelah dia menunduk dan melihat orang yang melakukannya senyuman tipis tersungging di bibir Irham.

"Mau langsung pulang?"

Divya menggeleng, masih tetap memeluk Irham.

"Mau makan dulu, lapar." Ucapnya dengan manja dan wajahnya yang cemberut.

Tangan Irham dengan refleks mengacak rambut Divya, membuat sang empunya merenggut.

"Mau makan dimana?"

"Di tempat biasa, kangen banget sama makanan disana." Irham mengangguk setuju. Divya melepaskan pelukannya dari Irham dan kedua orang itupun berjalan keluar dari bandara sembari bergandengan tangan.

Tempat yang dimaksud oleh Divya adalah sebuah restoran favoritnya. Seringkali Divya mengajak Irham untuk makan disana.

"Kamu gak kangen sama aku?" Divya bertanya pada Irham, baru teringat bahwa sejak dia menginjakkan kakinya di Jakarta Irham sama sekali belum mengatakan kerinduan yang dirasakannya.

"Kangen." Irham menjawab dengan singkat, lalu dia fokus pada jalanan didepannya setelah membayar parkir.

Irham hanya mengatakan itu sebagai formalitas saja, karena sejujurnya Irham sendiri tidak tau apa yang dirasakannya.

Dibilang kangen, tapi biasa saja. Sama sekali tidak rasa menggebu-gebu seperti yang dirasakannya pada Sarah saat tidak berjumpa selama tiga hari.

Irham menggeleng pelan, berusaha mengenyahkan Sarah dari pikirannya saat disampingnya sendiri ada Divya.

Oh good, Irham merasa sudah menjadi laki-laki brengsek saat ini. Tapi tunggu, bukankah Irham memang brengsek?

"Gimana kerjaan kamu? Udah selesai atau masih harus balik ke Surabaya lagi?"

Irham bertanya hal lain, berusaha mengalihkannya perbincangan dari topik awal.

"Belum selesai, masih harus balik Surabaya lima hari lagi." Divya menjawab dengan lesu, tampak tidak senang karena jatah liburannya hanya sebentar.

"Aku pulang karena pengen ketemu kamu. Kangen banget." Ucap Divya, mendekat ke arah Irham dan memeluk pinggang pria itu. Kepalanya Divya sandarkan di pundak Irham.

Irham membiarkan saja Divya melakukan itu, meskipun sebenarnya dia merasa risih dan menjadi kurang nyaman menyetirnya.

"Kamu sih gak samperin aku di Surabaya."

"Maaf, aku sibuk."

Ya, sibuk dengan perempuan lain lebih tepatnya.

Irham menatap Divya sekilas, merasa bersalah pada perempuan disampingnya. Irham tau jika Divya sampai mengetahui tentang Sarah, pasti Divya akan merasa sangat sakit hati.

Satu sisi Irham juga merasa bersalah pada Sarah. Sarah juga pasti sakit hati karena dijadikan wanita kedua oleh Irham.

Semua ini salah Irham. Seharusnya sejak awal permainan itu tidak dimulainya. Irham ingin menyerah, tapi tidak ingin kehilangan Sarah.

Cinta untuk Sarah yang semula perlahan mulai menghilang, seperti dipupuk dan tumbuh kembali dengan cepat akibat pertemuan mereka.

"Kenapa diam aja?" Rupanya Divya menyadari Irham sedang melamun.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang