part 27

865 63 1
                                    

Sekitar jam 11 malam, akhirnya barang-barang Sarah terlihat bersih tidak bersisa sama sekali didalam kost lamanya.

Dibantu oleh Randi seorang, akhirnya kini mereka kembali berkahir didalam mobil. Sarah hanya bisa menuruti perkataan Randi yang menyuruhnya untuk pindah malam ini juga, aura Randi saat sedang marah ternyata sangat menyeramkan. Sarah sampai tidak berani membantah.

"Udah selesai semua kan?" Sarah mengangguk, ditangannya terdapat kunci kamarnya, belum sempat pamit pada pemilik kostnya. Mengingat waktu sudah larut malam dan tidak memungkinkan untuk bertamu.

Bisa dikira tamu tidak tau diri dia, bertamu juga ada waktunya kali tidak sengkoyong-koyong datang begitu saja.

"Pamit besok malam saja, saya antar." Ucap Randi saat melihat kunci yang masih berada di genggaman Sarah. Dan lagi Sarah hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Mobil yang dikendarai Randi berderu dan berjalan menyusuri jalanan. Sarah tidak tau dia akan dibawa kemana, Randi juga tidak mengatakan apapun tapi yang pasti Sarah yakin bahwa dia akan dibawa ketempat yang aman.

Lima menit berada didalam keheningan, membuat Sarah penasaran juga akan dibawa kemana oleh laki-laki ini.

"Saya mau dibawa kemana
Mas?"

"Rumah saya, sementara kamu tinggal disana dulu sampai menemukan kost baru." Sarah melotot, ya dia tidak menyangka juga kan akan dibawa ke rumah Randi.

Tiba-tiba kebimbangan menghampiri Sarah. Bagaimana pun mereka adalah dua orang dewasa berbeda jenis kelamin, dan rasanya tidaklah etis jika mereka tinggal di satu atap yang sama tanpa adanya sebuah hubungan yang sah.

Eh, kalian jangan salah paham dulu. Sarah bukannya ingin segera di sahkan oleh Randi ya, Sarah hanya kepikiran jika sampai ada orang lain yang tau.

Hayoloh mental Sarah sedang tergoncang saat ini, dan jika sampai menyinggung lagi Sarah tidak yakin akan bisa bersikap cuek.

"Ehm mending aku nginap di rumah teman aja Mas. Mas bisa kan antar aku kesana?"

Randi berdecak, tampaknya laki-laki disamping Sarah ini masih emosi dengan kejadian tadi tapi berusaha untuk tidak melampiaskannya pada Sarah.

Setidaknya Sarah bisa merasa sedikit tenang, karena tidak menjadi pelampiasan atas kemarahan Randi. Sungguh kesabaran Randi setebal dompetnya, sepertinya.

"Ini sudah larut Sarah, kamu mau tengah malam seperti ini ketuk-ketuk pintu orang? Ganggu, Sarah." Randi menjelaskan dengan lembut, hati Sarah begitu lemah ternyata. Dia suka saat Randi berulang menyebutkan namanya. Sensasinya berbeda saat suaranya yang serak-serak basah membelai gendang telinga Sarah.

Dasar cemen Sarah, masa hanya dengan mendengar suaranya saja bisa luluh seperti ini. Ya Sarah akui dia memang se-cemen ini, apalagi melihat sifat gentle Randi, bertambah lebar lah pintu hatinya terbuka untuk laki-laki ini.

Tapi ada benarnya juga yang dikatakan Randi. Dijam seperti ini pasti rata-rata orang sudah terlelap diatas kasurnya.

"Tapi kan Mas." Sarah tidak melanjutkan kalimatnya, dia terlihat bimbang. Pasti tanpa mengatakannya secara gamblang, Randi akan mengerti dengan maksudnya.

Dan benar saja, Randi langsung mengerti. Laki-laki itu menghela nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Kamu tenang saja, disana ada ibu. Kita tidak berdua." Kebimbangan Sarah sedikit hilang. Tapi hanya sedikit, dia masih terlihat ragu dengan keputusan ini.

Bagaimanapun semasa hidupnya Sarah tidak pernah menginap di rumah seorang pria dewasa, apalagi berstatus duda. Dan parahnya sedang dalam usaha membuatnya takluk.

Randi masih bisa melihat keraguan Sarah. Entah mendapat keberanian dari mana, Randi menjulurkan salah satu tangannya ke arah tangan Sarah dan menggenggamnya dengan erat.

Sarah agak tersentak awalnya, tapi dia juga tidak menolak sentuhan Randi. Malah akhirnya bisa yakin bahwa ini adalah keputusan yang terbaik.

Hanya sementara ok, dan jika bisa Sarah tidak akan lebih dari tiga hari berada disana. Sarah akan bergerak cepat, untuk mencari kost baru yang sesuai dengannya.

• • •

Mereka kini telah berada didepan rumah Randi. Sarah menenteng tas berukuran sedang yang berisi pakaiannya untuk dipakai besok, sedangkan yang lain dibiarkan tetap berada dalam bagasi.

Lampu-lampu rumah terlihat sudah padam. Pertanda bahwa penghuni didalamnya sudah terlelap.

Untung nya Randi membawa kunci cadangan, sehingga dia tidak perlu lagi mengganggu ibunya untuk sekedar membukakan pintu.

Pintu berhasil dibuka, Randi mempersilahkan Sarah untuk masuk terlebih dahulu. Sarah pun melangkahkan kakinya ke dalam.

"Baru pulang, Di?" Suara ibu menginterupsi. Matanya yang masih setengah sadar itu mengernyit saat melihat sosok lain yang dibawa oleh anaknya.

"Sarah?" Ibu memastikan.

"Assalamualaikum Bu, iya ini Sarah." Mata Ibu yang awalnya hanya terbuka setengah kini benar-benar sudah melek. Tidak terlihat seperti orang yang baru saja terbangun.

Sarah mendekat dan menyalami tangan Ibu. Diikuti oleh Randi setelahnya.

Ibu menatap dengan bingung ke arah Sarah juga tas berukuran sedang yang ditentengnya.

"Ehm." Randi berdeham, ingin menjelaskan tentang alasan keberadaan Sarah.

"Begini Bu, Sarah ada masalah di kostnya yang tidak memungkinkan untuk tinggal disana lagi." Ibu mendengarkan tanpa ada niat untuk menyela.

"Karena ini sudah malam dan Sarah juga belum ketemu kost baru, akhirnya Randi bawa Sarah kesini. Sarah akan tinggal sementara sampai ketemu kost barunya. Bolehkan Bu?"

"Sudah lapor RT?"

"Belum Bu, besok Randi akan langsung lapor."

"Ya sudah, ayo ibu antar Sarah kekamarnya. Kamu langsung aja masuk kamarmu."

Setelah mengatakan itu ibu dan Sarah pun pergi kearah kamar tamu yang selama ini jarang ditempati.

Sedangkan Randi berjalan ke arah kamarnya sendiri berada. Sebelum masuk ke kamarnya, Randi lebih dulu memasuki kamar yang berada disebrang. Kamar Leta, hanya untuk memastikan anak itu tidur dengan nyenyak atau tidak.

Lampu utama telah padam, menyisakan lampu tamaram yang berada diatas nakas. Randi berjalan mendekati ranjang princess milik Leta, di atas sana putrinya telah terlelap dengan tenangnya.

Tidak ingin mengganggu tidur nyenyak Leta, dengan perlahan Randi mendudukkan dirinya di kasur. Tangannya dia ulurkan untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik nan imut milik Leta.

Randi menundukkan kepalanya dan mendaratkan kecupan hangat di kening putri satu-satunya ini. Senyumnya terkembang melihat Leta yang tertidur dengan damai.

"Sabar ya, sebentar lagi, Papa yakin Leta akan bisa merasakan kehadiran Mama." Randi berbisik dengan pelan. Sebelum dia berdiri dan hendak meninggalkan kamar itu.

Randi merasa usahanya akan membuahkan hasil yang memuaskan melihat bagaimana interaksi antara dia dan Sarah yang semakin dekat tiap harinya.

Semoga saja akan terus berjalan dengan lancar, hingga akhirnya Sarah benar-benar memasrahkan diri pada Randi.

Randi yakin jika hal itu terjadi, dia akan menjadi pria beruntung karena mendapatkan istri seperti Sarah. Entah apa yang memikat dari Sarah, tapi sejak awal bertemu Randi telah merasakan menemukan orang yang tepat untuk mengisi kekosongan hidupnya selama ini.

To be continued

Hehe maaf banget baru bisa update sekarang🙏.

Untuk mengobati rasa kangen kalian, aku kasih double update deh malam ini. Dan seperti biasa, harus vote pokoknya

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang