part 8

522 42 2
                                    

"Makasih untuk malam ini." Irham berucap sebelum Sarah keluar dari mobilnya.

Irham meraih paper bag yang ada di kursi belakang dan memberikannya ke arah Sarah.

"Baju kamu." Sarah masih agak canggung untuk menerimanya, tapi baju itu sudah terlanjur dibeli Irham untuknya. Jika tidak diterima sayang, uang laki-laki itu terbuang percuma karenanya.

Sarah menerima dengan berat hati paperbag yang diberikan Irham. Dan dia juga tidak lupa mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Irham.

Sarah keluar dari mobil Irham, dan menunggu hingga mobil itu pergi meninggalkan halaman kost nya.

Irham membunyikan klakson mobil sebagai tanda dia pamit pergi. Setelah mobil Irham berjalan meninggalkan kost, Sarah membalik badan dan berjalan menuju kamarnya berada.

Senyum tipis perlahan muncul di bibir Sarah. Mengingat kejadian malam ini, tidak bisa di bohongi bahwa Sarah merasa senang.

Malam ini akan kembali menjadi salah satu kenangan terindah bagi Sarah setelah lama dia berpisah secara tidak baik dengan Irham.

Hati kecil Sarah menginginkan untuk mengukir kenangan kenangan lain bersama dengan Irham, dan pastinya akan lebih indah dari pada malam ini.

Gerbang pertahanan yang selama ini berusaha dibangun dengan kokoh oleh Sarah, kini telah runtuh sepenuhnya.

Dan Sarah menyatakan bahwa mulai saat ini, dia akan kembali membuka hatinya hanya untuk orang yang kembali datang dari masa lalu. Yaitu, tidak lain adalah Irham.

Semoga Irham bisa bekerjasama dengan baik dan kesalahan yang telah diperbuat laki-laki itu dimasa lalu tidak akan diulanginya kembali.

Silahkan jika kalian menganggap Sarah adalah perempuan gampangan, Sarah tidak masalah. Karena sejatinya manusia tidak bisa memilih kepada siapa dia akan jatuh cinta.

"Kak Sarah, dari tadi aku perhatikan senyum-senyum terus. Pasti lagi bahagia ya  kak habis nge-date sama pacar. Apalagi tadi sampai di jemput kekamarnya loh."

Arini, mahasiswa dari salah satu kampus di daerah sini yang juga merupakan anak rantau seperti Sarah menggodanya. Kamar Arini berapa tepat di samping Sarah, Arini juga bisa dibilang adalah tetangga yang paling akrab dengan Sarah di kost ini.

Sarah membalas senyuman yang Arini berikan padanya.

"Kamu udah makan, Rin?"

"Belum kak, ini baru aja aku mau keluar cari makan."

"Kebetulan banget, aku dikasih pizza. Ayo makan di kamar aku aja."

Ya sebelum mengantar Sarah pulang, Irham memang mampir untuk driver thru pizza. Katanya untuk para keponakan dan sanak saudara yang sedang menginap dirumahnya.

Irham membeli sekaligus lima kotak, dan satunya untuk diberikan pada Sarah. Entah apa motivasi laki-laki itu memberikan Sarah pizza padahal sudah tau bahwa Sarah sudah kenyang.

Tapi ya, Irham dengan sifat keras kepalanya yang tidak bisa Sarah tolak. Untungnya saja ada Arini yang akan membantu Sarah menghabiskan pizza itu, jika tidak maka bisa dipastikan pizza itu akan berakhir mengenaskan lalu kemudian berkahir basi besok paginya.

Maklum Sarah tidak memiliki kulkas untuk menyimpan makanan-makanan seperti ini.

"Beneran kak?" Arini tampak kaget, makan pizza untuk anak kost sepertinya sangatlah jarang. Mengingat uang saku Arini yang tidak seberapa ini.

Sarah membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Arini untuk masuk.

"Kak Sarah baik banget, semoga rejekinya makin lancar ya. Cepat kepelaminan juga sama Mas nya. Amin."

Doa Arini ngawur. Sarah sama sekali masih tidak ada pikiran untuk menikah dalam waktu dekat ini, apalagi dengan Irham. Pasti laki-laki itu juga belum siap.

Eh? Kenapa Sarah malah jadi memikirkan masalah pernikahan seperti ini. Arini ini penyebabnya, sudah luapkan saja.

Sarah membuka kotak pizza didepan Arini. Mereka sudah duduk saling berhadapan satu sama lain.

Sudah tidak jarang Arini dan Sarah berbagi makanan seperti ini. Kadang jika Sarah punya makanan lebih, dia akan mengajak Arini untuk makan dengannya. Begitu pula sebaliknya, Arini juga akan melakukan hal yang sama.

"Besok kakak kerja?"

"Iya, Rin. Kalau gak kerja makan apa aku nanti." Jawab Sarah diselingi dengan candaan.

Arini tertawa karenanya. Banar juga sih apa yang dikatakan Sarah.

"Besok aku ujian, doain ya kak supaya berjalan lancar dan hasilnya memuaskan."

"Amin."

Sarah meng-amini apa yang dikatakan oleh Arini. Melihat kehidupan Arini sekarang ini, membuat Sarah nostalgia masa-masa kuliah dulu. Kehidupannya tidak jauh berbeda dengan yang Arini jalani.

• • • • •

Entah siapa yang dengan kurang ajarnya menebarkan kelopak kelopak bunga di hati Irham, hingga kini senyumnya juga tidak luntur dari wajah tampannya itu.

Membuat kakak dan juga Mamanya yang melihat menjadi penasaran.

"Dari mana aja dek? Kelihatan bahagia banget."

Widya melontarkan godaannya pada adik iparnya itu. Irham hanya membalas dengan gelengan pelan sebagai jawaban.

"Habis ketemu Divya kayaknya." Mama Irham ikut menimpali.

Mendengar nama itu, senyum yang terkembang perlahan menghilang dari wajah Irham.

"Ketemu gimana sih Ma, orang dia aja ada di Surabaya kok." Nada suara Irham terdengar sedikit kesal saat mengatakannya.

"Ya kamu samperin kan bisa. Katamu banyak uang, tapi pergi ke Surabaya aja masih hitung-hitungan."

"Bukan gitu Ma, aku cuma lagi sibuk aja. Gak ada waktu main-main kesana." Irham menyangkal ucapan Mama.

"Sesekali samperin atuh, Ham. Kasihan Divya pasti juga kangen itu sama kamu."

"Iya, Ma." Irham menjawab dengan singkat.

Malas membahas lebih lanjut. Entah sudah berapa hari Divya menghilang dari nya, Irham juga tidak tau.

Perempuan itu memang selalu begitu, selalu melakukan apa yang diinginkan sendiri tanpa memikirkan perasaan siapapun. Dan Irham tidak ingin memikirkan permasalahan itu lebih lanjut, yang ada malah membuat kepalanya pening saja.

Irham menjauh dari Mama dan juga kakak iparnya, beralih menghampiri Evan yang tengah asik menyusun Lego miliknya dengan kepala yang sedikit berkerut.

"Duar." Irham membuat suara ledakan yang sukses membuat Evan terkejut dan akhirnya melayangkan tatapan marahnya pada Irham.

Melihat wajah kaget Evan, tentu saja membuat Irham senang bukan main.

"Om ngagetin aja. Jangan berisik dong, Evan lagi sibuk."

"Halah bocah, sok-sokan jadi si paling sibuk aja." Irham meledek Evan yang omongannya menyerupai orang dewasa saja.

Irham bahkan menjitak kepala keponakannya pelan, membuat sang empunya kepala menjerit tidak terima.

Sebelum mendapatkan Omelan dari Mama dan juga iparnya, Irham sudah lebih dulu kabur menuju kamarnya.

Dan benar saja tidak lama setelah itu, terdengar suara Mama yang mendumel dengan kelakuan Irham yang berubah super jahil jika sudah berhadapan dengan Evan.

"Om Irham nakal, aku laporin sama Miss Sarah besok."

Suara Evan terdengar dan membuat Irham tercengang. Evan ini bukan bayi yang bisa diam saja, dia tentu saja sudah mengerti tentang pacar-pacaran.

Duh ini pasti karena anak itu kebanyakan bermain handphone tanpa adanya pengawasan. Lihat sendiri kan bagaimana dampak negatifnya.

Setelah itu terdengar suara Mama yang berusaha mengorek informasi mengenai Sarah pada Evan.

Duh mati Irham, bagaimana jika nanti Evan mengatakan macam-macam pada Mama.

To be continued

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang