part 44

986 89 5
                                    

Weekend kali ini spesial Sarah tidak ingin pergi-pergi keluar karena khusus hari ini akan Sarah dedikasikan untuk melakukan me time yang sangat jarang sekali dirinya lakukan.

Sarah ingin mencoba berbagai rangkaian perawatan yang bisa dia lakukan dirumah. Memakai sheet mask, sudah. Kali ini Sarah sedang meluluri kulitnya dengan lulur kecintaannya dari jam SMA dulu.

Dengan perlahan Sarah mulai menggosokkan lulur dengan tekstur sedikit kasar itu di atas kulitnya. Rasanya sudah sangat lama Sarah men-skip kegiatan yang biasanya selalu rutin dia lakukan ini, dulu.

Sembari menunggu lulurnya menyerap, Sarah meraih handphone miliknya dan menyalakan layar. Sedikit mengernyitkan dahinya kala tidak mendapatkan satupun pesan dari pujaan hati.

Padahal hari sudah mulai beranjak agak siang. Tapi satupun pesan tidak dikirimkan oleh Randi, aneh. Biasanya setiap harinya Randi selalu memberikan kabar pada Sarah, begitu pula sebaliknya.

Sarah pun mengetikkan pesan untuk Randi yang hanya berakhir dengan centang dua abu-abu. Tidak ada tanda-tanda pesan itu akan segera dibaca.

Akhirnya, dengan inisiatifnya sendiri Sarah mulai mendial nomor calon suaminya itu. Semakin aneh saja, berdering tapi tidak kunjung diangkat juga.

Apa mungkin Randi sibuk?
Sarah berpikir seperti itu, tapi rasa-rasanya tidak mungkin. Ini kan weekend dan sepertinya Randi bukanlah laki-laki yang akan menggunakan waktu weekend nya untuk bekerja.

Panggilan pertamanya berkahir tidak terjawab. Sarah tidak menyerah, dia men-spam beberapa pesan pada Randi dan tetap berakhir seperti sebelumnya.

Sarah menjadi tidak sabaran, rasa penasaran sangat bergejolak di pikirannya. Hubungan mereka sudah se-serius ini, tidak mungkin untuk Randi melarikan diri. Nah kan, pikiran Sarah malah makin ngaco saja.

Sarah kembali melakukan panggilan yang keduanya, dan nafas lega pun akhirnya dia hembuskan.

"Assalamualaikum, Mas." Sarah tidak sabar untuk mendengar suara serak-serak basah milik prianya. Ih, entah kenapa saat mengingat Randi sekarang telah menjadi prianya membuat pipi Sarah seketika merona.

Ya secara teknis masih belum resmi-resmi amat, tapi sebentar lagi. Lihat saja, jika Randi benar-benar sudah menjadi miliknya akan Sarah pastikan bahwa Randi tidak akan pernah berpaling pada wanita lain.

Sarah janji akan menjadi istri yang baik nantinya. Yang akan patuh dan melayani suaminya dengan baik.

Aih, pikiran Sarah sudah melambung jauh, tidak terkontrol. Sabar Sarah, sabar. Masih ada satu setengah bulan lagi sebelum kalian benar-benar resmi menikah.

Jawaban atas salam Sarah terdengar, tapi bukan dari suara serak basah milik calonnya. Melainkan dari lembut penuh kekhawatiran dari calon ibu mertua Sarah.

"Mas Randi mana, Ibu?" Tanya Sarah dengan penasaran.

Terdengar Ibu menghela nafas sebelum dia menjawab akan rasa penasaran yang dirasakan Sarah.

"Kamu kesini ya Nduk, Randi lagi sakit." Pinta Ibu dengan harapan Sarah akan datang secepatnya.

Seketika Sarah menari sheet mask yang masih bertengger di wajahnya. Rasa khawatir melingkupinya, baru kali ini dia mendengar bahwa Randi sedang sakit.

"Iya, Sarah kesana Bu. Ibu tunggu ya." Sampai lupa Sarah mengucapkan salam sebelum mengakhiri panggilan.

Sarah langsung berdiri berbondong-bondong ke arah kamar mandi di luar kost. Untung saja sedang tidak ada yang memakainya.

Dengan cepat Sarah membersihkan lulur yang kini sudah sedikit mengering. Ok, acara me time Sarah harus ditunda dulu. Keadaan Randi lebih penting untuk diketahuinya.

Back or GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang