Pagi-pagi sekali, sehabis sholat subuh anak Bapak Randi ini sudah menggedor-gedor kamar orang tuanya. Menyangka bahwa Papa dan Mamanya belum juga bangun.
Randi berjalan ke arah pintu, sementara Sarah masih merapikan sajadah dan juga mukena yang digunakan untuk mereka sholat tadi.
Baru saja pintu dibuka, Leta langsung berhambur masuk dan berteriak kegirangan.
"Mama sama Papa kok belum siap-siap sih, kan kita mau ke Dufan." Astaga nak, masih jam berapa ini. Yang ada Dufan nya juga belum buka jam segini.
"Kan masih pagi, sayang."
"Ya gak apa, biar nanti kita gak antri disana." Jawab Leta dengan kukuh, sok dewasa sekali kan anak Bapak Randi ini.
"Masih tutup Dufan nya."
"Gak apa, Papa. Kan nanti buka juga."
Sarah biarkan anak dan ayah itu beradu argumen. Dari pada dia meladeni, lebih baik dia turun dan menyiapkan sarapan untuk mereka.
"Mama mau kemana?" Leta memegang lengan Sarah saat akan berjalan keluar dari kamar.
"Mama mau masak, emangnya Leta gak mau sarapan?"
"Gak usah Ma, nanti kita terlambat. Kita makan disana aja." Leta memberitahu rencana yang entah sejak kapan disusunnya.
"Papa gak mau, enak masakan Mama." Randi menyahuti putrinya.
"Biar gak terlambat Papa." Leta masih keukeh dengan pendapatnya.
"Leta gak suka masakan Mama? Masakan Mama gak enak ya?"
"Enak kok, Leta suka. Tapi kan Leta gak mau terlambat Mama. Biar kita mainnya lama disana."
Sarah menghela nafas, dia pun menundukkan tubuhnya sejajar dengan Leta. Dan dia mulai memberikan penjelasan agar anaknya mengerti bahwa ini masih terlalu pagi untuk berangkat.
"Leta anak pintar, ngerti kan apa yang Mama bilang?"
"Iya Mama, Leta ngerti. Ya udah kalau gitu Mama masak dulu aja." Jawab Leta akhirnya meskipun dengan lesu.
Sarah memberikan senyum untuk Leta, dia pun melabuhkan satu kecupan hangat di pipi gembul anaknya.
"Makasih ya anak Mama udah ngerti. Sekarang Leta mandi dulu aja sama Papa, nanti kalau Mama selesai masak, kita makan bareng-bareng."
Leta mengangguk patuh, dia pun mengandeng tangan ayahnya dan mengajaknya untuk dimandikan.
Sebelum memasuki dapur, Sarah sempat berpapasan dengan Ibu yang sepertinya baru datang belanja di tukang sayur keliling yang selalu lewat pagi-pagi.
"Beli apa Bu?" Sarah melirik pada kresek yang dibawa Ibu dari luar.
"Ibu lagi pengen pepes ikan, jadi sekalian beli tadi." Ibu mengangkat kantong kresek yang dibawanya, memperlihatkan pada Sarah.
"Nasi yang masak tadi malam masih ada kan Bu?"
"Masih ada, lumayan banyak malah."
"Rencananya Sarah mau buat nasi goreng aja Bu, Ibu mau sarapan nasi goreng atau mau Sarah masakin yang lain?"
"Nasi goreng aja, kangen Ibu sama masakan kamu. Biar makan siangnya Ibu masak sendiri aja nanti."
Sarah tertawa pelan, beginilah rasanya disayang oleh mertua. Beruntungnya Ibu bisa menerima kehadirannya Sarah dengan baik dalam keluarga ini.
"Loh emang Ibu gak mau ikut jalan-jalan nanti?"
"Ibu udah tua, nak. Gak kuat lah Ibu kalau jalan-jalan gitu, apalagi kata Leta mau ke Dufan. Gak bisa Ibu naik wahana kayak gitu. Kalian pergi aka bertiga."
"Ibu gak apa dirumah sendirian?"
"Ya gak apa, paling nanti Ibu bisa main ke rumah tetangga."
"Ya udah, tapi nanti kalau Ibu berubah pikiran bilang ya Bu."
"Kamu tenang aja, gak perlu pikirin Ibu. Nikmati waktu sama suami dan anak kamu."
* * *
Seharian menghabiskan waktu di luar rumah, sungguh sangat melelahkan. Setelah adzan magrib berkumandang, keluar kecil ini akhirnya menginjakkan kakinya kembali dirumah. Sebenarnya mereka telah keluar dari Dufan saat hari menjelang sore, setelah mencoba beberapa wahana tentunya.
Dan saat mereka sudah akan langsung pulang, tiba-tiba saja Leta meminta untuk mampir ke mall terlebih dahulu. Rupanya anak bapak Randi ini masih belum puas main-main. Sesampainya di mall, Leta langsung menarik tangan kedua orang tuanya menuju time zone, dan disana dia memainkan berbagai permainan hingga waktu menjelang malam.
Dan berakhirlah mereka makan disebuah warung bakso yang berada tidak jauh dari mall tersebut.
Dan ya setelahnya mereka pun pulang, membawa serta beberapa barang yang Leta beli dan juga makanan untuk Ibu.
Sarah mendudukkan dirinya di sofa, dia ingin beristirahat sejenak sebelum menuju kamarnya. Dia sudah sangat kelelahan hari ini, tapi dilain sisi juga menyenangkan.
Leta menyusulnya dan mendudukkan diri di atas pangkuan Sarah, kepalanya Leta tenggelamkan di dada Sarah dan matanya mulai memejam.
Sarah biarkan saja jika Leta ingin tidur, kasihan juga pasti Leta juga tidak kalah lelahnya dengan dia. Sarah terkekeh, mengingat yang semangat sejak awal adalah Leta, tapi anak itu kini terlihat paling tepar.
Tidak lama Randi ikut bergabung dengan anak dan istrinya. Dia mendudukkan dirinya tepat di samping Sarah, dan bisa dilihatnya Leta yang sudah memejamkan mata dengan nafas yang teratur. Ternyata tidak butuh waktu lama untuk Leta menyelami mimpinya.
"Saya pindahin Leta dulu." Sarah mencegah tangan Randi yang akan mengangkat Leta dari pangkuannya.
"Biarin aja Mas, masih baru tidur nanti kalau dipindah takutnya kebangun lagi."
Mendengar itu Randi mengurungkan niatnya, dia pun mendekat ke arah Sarah, mengusap lembut puncak kepala istrinya. Sarah merasa nyaman, dia juga memejamkan mata tapi tidak berniat untuk tidur.
Dapat dirasakannya sebuah kecupan yang mendarat beberapa kali di pipi dan juga keningnya, dan pelakunya pasti tidak lain adalah suaminya sendiri.
Sarah biarkan saja Randi melakukan sesukanya, lalu kecupan basah berhasil mendarat tepat di bibirnya. Sarah masih memejamkan matanya.
Awalnya hanya sebuah kecupan biasa, tapi tepat pada yang ketiga kalinya kecupan itu berubah menjadi lumatan dan perlahan tengkuk Sarah ditarik untuk lebih mendekatkan.
Sarah mengintip melalui celah matanya, Randi yang sedang menikmati sensasi kenyalnya bibir Sarah.
Sarah ikut terlena, dia pun melingkarkan tangannya di leher Randi. Mereka berdua melupakan fakta bahwa Leta masih berada di pangkuan Sarah. Tapi untungnya saja Leta sudah benar-benar tidur, hingga tidak harus menyaksikan adegan yang tidak-tidak didepan matanya sendiri.
Keduanya sama-sama terlena, dan didukung oleh suasana juga Randi semakin memperdalam ciuman mereka. Tangan Randi sendiri meremas pelan pinggang ramping istrinya.
Hingga suasana yang memulai memanas itu harus terpecah begitu saja saat suara pintu tiba-tiba dibuka dan memunculkan Ibu dari sana.
Randi dan Sarah kompak menjauhkan dirinya, tapi hal itu sudah terlambat karena Ibu sudah menyaksikan apa yang baru saja terjadi antara anak dan menantunya.
Sarah menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Terbayang kan bagaimana malunya dia dipergoki oleh mertuanya sendiri.
Begitu pula dengan Randi, apa yang dirasakan Sarah tidak jauh berbeda dengan yang dirasakannya sendiri.
Randi berdeham pelan berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Ibu masuk dulu, kalian lanjutkan saja." Dengan canggung Ibu berjalan meninggalkan dua sejoli itu. Sebagai orang yang memergoki Ibu juga merasa malu sebenarnya. Tapi dia juga maklum, mengingat keduanya masih pengantin baru dan masih sangat lengket sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/358577470-288-k28806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
Roman d'amourSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...