"Berat kak, kalau kakak sendiri udah nyaman sama Irham." Sarah mengangguk setuju.
Dia baru saja selesai bercerita apa yang terjadi padanya kepada Arini. Baru pertama kali Sarah berani bercerita kepada orang lain mengenai masalah asmaranya.
Tidak enak rasanya memendam sendiri, Sarah butuh teman cerita yang selama ini tidak didapatkan olehnya. Dan Arini adalah orang yang dirasa tepat.
Arini juga dari dulu selalu berbagi cerita pada Sarah. Maka dari itu lah Sarah bisa mempercayai tetangganya satu itu.
Eits, tapi tentang Randi Sarah belum berani bercerita. Lagipula bisa saja kan setelah hari ini mereka tidak akan bertemu ataupun berkomunikasi lagi.
Huft, semoga saja seperti itu. Jantung Sarah tidak aman jika selalu berdekatan dengan Randi.
"Gak tau deh, aku malas banget kalau inget. Akunya juga bodoh, mau-mau aja di deketin sama Irham. Padahal tau sendiri Irham orangnya kayak apa." Sarah merutuki dirinya sendiri.
Sejak awal, jika saja Sarah dengan terang-terangan menolak Irham pasti tidak akan terjadi acara galau-galau seperti ini. Pasti hati Sarah akan baik-baik saja, tidak kacau seperti saat ini.
Ya ini memang salah Sarah dari awal.
"Emang takdir kakak kali, jalanin aja kak. Siapa tau nanti ada laki-laki yang lebih serius sama kakak."
Mendengar itu, entah terdoktrin oleh apa otak Sarah langsung terbayang wajah Randi.
Isshh, Sarah apa-apaan sih. Sarah menggeleng pelan, mengenyahkan bayangan Randi.
Panjang umur, handphone Sarah berdering dan nama Randi terpampang disana.
Arini menggedikkan dagunya ke arah handphone Sarah yang bergetar di atas kasurnya. Menandakan Sarah agar mengangkat telepon itu.
Tapi hingga panggilan terputus pun Sarah tidak ada tanda-tanda akan mengangkat telepon dari orang tersebut, membuat Arini mengernyit bingung.
"Kenapa gak diangkat kak?" Arini bertanya penasaran. Sarah hanya mengangkat bahu, dia juga tidak tau kenapa dia tidak mengangkat panggilan dari Randi.
"Emang siapa yang telepon?" Bukan Arini tidak membaca ya, maksud Arini bertanya seperti itu adalah, Randi itu siapanya Sarah? Seperti itu.
"Temen, baru kenal tadi siang." Arini mengangguk-angguk paham.
Tidak lama berselang, panggilan dari nama yang sama kembali tertera di layar handphone tersebut.
"Angkat aja kak, siapa tau penting." Suruh Arini.
Dengan tangan sedikit bergetar, Sarah meraih handphone miliknya dan menekan tanda hijau pada panggilan tersebut.
"Assalamualaikum." Suara seorang laki-laki terdengar disana. Suara serak-serak nikmat, bagaimana gitu.
Aduh demage nya tidak main teman-teman. Meleleh hati Sarah meleleh bang. Halah, jablay benget Sarah.
"Waalaikumsalam." Sarah menjawab sapaan tersebut. Lemah Sarah, menjawab salam saja suaranya malah mencicit.
"Sedang apa?"
"Hah?" Aduh kenapa Sarah malah terlihat seperti orang bodoh saja.
Padahal kan pertanyaan yang diajukan sangat gampang untuk dijawab.
"Sedang apa?" Randi bertanya ulang, kali ini dengan intonasi yang rendah dan lebih lembut dari sebelumnya.
Duh jangan sampai Arini mendengar, karena bisa dipastikan bahwa anak remaja menuju dewasa itu akan bereaksi berlebihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back or Go
RomanceSarah dihadapkan pada dua keadaan, dimana dia diharuskan untuk memilih. Kembali ke masa lalu dan memulai hidup dengan laki-laki dari masa lalunya, taukah Sarah harus pergi dan memulai hubungan baru dengan orang yang baru hadir dalam hidupnya? Sarah...