4.a

272 32 4
                                    

Hari minggu yang menyedihkan. Di mana-mana temannya di ajak kencan oleh sang pacar. Dirinya malah mendekam di rumah sendirian. Lina memasukan kacang goreng ke mulutnya dengan serampangan, matanya menatap tajam ke tv yang tengah menyala. Ia menekan-nekan remot dengan wajah ditekuk.

Masih teringat dirinya sabtu kemarin, saat teman-temannya itu tengah membicarakan tempat kencan dengan Sang Pacar. Sementara dia duduk di bangku paling pojok kelas dengan bertemankan novel yang ia tutupi di depan wajahnya serta earphone yang dia sumpalkan ke telinganya.

Matanya melirik bangku seberang, di mana Dito biasanya duduk disana. Bangku itu sekarang kosong ditinggal sang pemilik ke perpustakaan. Sudah hal biasa pria itu tidak ada di kelas jika pelajaran kosong begini. Lina menghela nafas panjang, ia membalik halaman novel dengan kasar. Punya pacar ataupun tidak sama saja! Jika begini, lebih baik ia tidak punya sekalian.

Lina masih pada posisinya semula menjelang waktu istirahat. Ia benar-benar tidak peduli apa yang terjadi di sekitarnya. Walau Dito menghampirinya dengan kantung kresek, yang ia tebak itu adalah makanan yang jenisnya sama pernah dibelikannya. Pria itu duduk di sampingnya.

"Kudengar dari temanmu, kau tidak ke kantin. Kenapa?" tanya Dito lembut.

Lina membenamkan sebagian wajahnya ke lipatan tangan, ia melirik sekilas. "Malas"

Dito terdiam sejenak, nampaknya suasana hati Lina tidaklah baik. Perempuan itu mencebikan bibirnya dan mendumel dengan suara kecil yang tidak bisa ditangkap oleh telinganya dengan jelas.

Dito mendorong kantung itu ke Lina. "Makanlah."

"Aku tidak mau." Lina mengembalikan kantung itu ke Dito, "lagipula, apa pedulimu jika aku sudah makan atau belum?"

"Kalau tidak makan, nanti maghmu kambuh," ujar Dito penuh pengertian. Ia mendorong kantung itu lagi.

Lina merasa jengkel, ia mendorong kantung kresek itu dengan tenaga kuat hingga jatuh lantai. Lina sedikit terkejut, awalnya ia tidak ingin begini. Kini makanan itu berhamburan di lantai. Kelas memang sepi. Hanya ada beberapa, termasuk Farhan yang tadi laki-laki itu tidur kini menatap pertengkaran mereka berdua.

Lina menggigit bibir. Ia tidak ingin disalahkan dan gelisah melihat beberapa tatapan terarah padanya.

Ia bangkit dengan gusar menatap Dito yang masih terkejut di tempatnya. Pria itu tidak menyangka Lina akan bertindak seperti ini.

"Sudah kukatakan aku tidak mau! Berhenti menasihatiku, seakan kau tau segala tentang diriku! Kau sama sekali tidak mengerti aku!" Lina melangkah pergi meninggalkan kelas. Membawa serta egonya. Berjalan cepat meninggalkan tatapan-tatapan penasaran seakan ingin menyantapnya menjadi gilingan daging.

***
15124
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Catatan : bab 4, 5, 6 udah ada di karyakarsa dengan ketik nama BlueSkyLina

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang