Lina telah berpikir lama tentang masalah yang terjadi. Ia sangat ingat, cerita itu hanya didengar tiga orang. Dito, Fiana sekaligus Gina sahabatnya. Arga sudah mengatakan dirinya bukan yang melakukan. Dito tidak mungkin melakukannya. Dia kenal perangai Dito. Tersisa Fiana dan Gina. Tapi, lebih masuk akal yang melakukannya adalah Fiana.
Anehnya saat orang-orang menjauhinya hanya Fiana yang mendekat. Perempuan itu masih menyapanya dengan hangat dan suka mengungkit hal lucu tentang Dito ketika Lina belum bertemu Dito dewasa.
"Aku curiga ini semua ulah Fiana. Dia kan suka Dito. Bisa jadi dia mau menyingkirkanmu." cetus Gina tentang kecurigaannya.
"Tapi, dia masih baik denganku. Dia kayak bukan pelakunya, Gin. Apa ada orang lagi yang mengetahui?"
Gina diam.
Suatu sore Fiana menemui Lina.
"Sebenarnya aku nggak enak sama kau, Lina. Kemarin aku melihat Gina di toilet sama Sarah. Tau kan Sarah?"
Lina mengangguk. Sarah adalah teman Gina. Gina memperkenalkan dirinya ke Sarah ketika Lina baru kerja seminggu di sini. Mereka juga kerap makan siang bersama.
"Gina cerita yang kejadianmu itu ke Sarah. Semuanya. Dia juga menyebarkan ke yang lain."
"Nggak mungkin, Gina bukan orang seperti itu."
Lalu Fiana mengeluarkan handphonenya. "Aku tau kau bakal bilang begitu. Aku juga awalnya nggak percaya sampai aku mendengarnya sendiri. Ini aku rekam vidio saat Gina dan Sarah di depan wastafel."
Vidio itu di putar. Sarah menoleh ke Gina.
"Begitu ya? Gatel banget jadi cewek. Udah dapat Dito ternyata main belakang dengan Arga. Pantas aku pernah lihat tas channal miliknya. Mungkin hasil jual diri."
Vidio itu berhenti di sana ketika Gina menoleh menatap Sarah.
"Aku nggak sempat vidioin omongan Gina karena aku habis bab terus tiba-tiba dengar suara yang aku kenal. Cepat-cepat cari hp. Aduh ribet banget waktu itu."
Pandangan Lina kosong. Sahabat yang ia percayai membuka aib dirinya ke orang lain.
"Tapi, buat apa Gina melakukannya?"
Dalam persahabatan memang pernah bertengkar. Tapi, Gina orangnya terang-terangan dan sulit memendam ucapannya. Dia selama berteman tidak pernah ngomong belakang. Dia selalu ngomong di depan Lina saat ada yang tidak disukainya, masalah mereka, atau lain-lain. Kenapa Gina melakukannya?
"Aku nggak tau, kalian sudah sahabat lama. Mungkin ada yang ia benci darimu, jadi dendam dan baru terungkap sekarang."
Lina awalnya masih ragu. Lalu esok hari Lina mengajak Gina makan bersama siang hari. Ia benar-benar di musuhi satu kantor. Dito akhir-akhir ini sangat sibuk, sehingga mereka jarang makan siang bersama. Biasanya dia akan mengajaknya keluar makan di restoran atau warung makan agak jauh dari kantor karena situasi sekarang. Meski Dito lebih banyak diam saat makan.
Kubikel Gina kosong. Lina menunggu di sana. Ia melihat hp Gina yang tergeletak di atas meja. Ia bukan orang kepo yang akan mengubrak-abrik privasi temannya. Sampai sebuah notifikasi pesan masuk dan tertulis namanya di sana.
Di papan pemberitahuan itu tertulis.
Oh jadi gitu ya, anjir bisa kepikiran sampai ke sana kau Gin. Lanjutin aja Gina. Manfaatin aja Lina. Lumayan. Karena Dito masih cinta banget sama Lina. Siapa tau kau diangkat Dito sebagai sekretarisnya. Baru bulan kemarin kan posisi itu kosong ditinggal Bu Caca karena fokus mengurus anaknya.
Memastikan tempat itu kosong, Lina mengecek pesan itu ke atas. Melihat pesan sebelumnya. Apa yang mereka bicarakan, dan betapa terkejutnya Lina karenanya. Ia benar-benar tak menyangka Gina ternyata seperti itu. Tiga baris pesan hari ini antara Gina dan Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)
عاطفية*Seluruh hak cipta karya ini dilindungi undang-undang Lima tahun yang lalu, Dito adalah siswa miskin di kelasnya dan Lina adalah anak berkecukupan. Masalahnya, Dito sudah memendam lama perasaannya pada Lina. Berkat suruhan Gina -temannya- dan kasiha...