"Ku dengar kalian satu sekolah dan satu kelas ya?"
Lina sangat yakin, Fiana dan dirinya itu tidak dekat. Selama ini Lina hanya sebatas menyapa dan tak pernah terlibat obrolan panjang. Dia juga tak pernah mengumbar pribadinya kemana-mana. Namun, hari ini saat ia akan memberi rekap laporan ke atasannya Adam yang kebetulan ada Fiana dan Dito di dekat meja Adam sedang mengobrol tentang kerjaan. Adam keluar karena harus menerima telpon. Tiba-tiba Fiana melontarkan pertanyaan yang membuatnya terdiam beberapa lama.
Bukan karena ia tidak mengerti maksud dari pertanyaan itu, ia tau yang dimaksud Fiana adalah dirinya dan Dito.
"Dari mana kakak tau?" tanya Lina balik.
"Dito pernah cerita sekilas. Dito gimana sih dulu?"
Lina sontak melirik Dito yang berdiri di dekat meja kerja Adam. Pria itu sibuk membaca laporan yang barusan diletakkan Lina.
"Kenapa kakak nggak tanya pak Dito saja? Kalau pendapat saya kan random." Lina melempar pandangannya ke Dito yang masih tenang dalam posenya. Sesekali membalik kertas.
"Ya nggak apa-apa, aku mau melihat dia dulu gimana. Habisnya yang di bahas kerjaan mulu jadi sering lupa. Mumping aku ingat sekarang. Bagaimana dia dulu?" Fiana tidak menyerah.
Tidak memiliki kehendak menolak apalagi Fiana pernah membantunya. Lina menyanggupi, "Pak Dito orangnya ... baik."
"Semua orang juga baik. Hal yang nggak umum gitu, misalnya dia suka tidur di kelas?" Fiana tertawa kecil di akhir pertanyaannya. Seakan ingin menemukan kelucuan Dito yang pernah dia dulu lakukan.
"Tidak, Pak Dito orangnya paling rajin di kelas. Ia di sukai semua guru. Ramah sama semua teman. Nggak pilih-pilih kawan. Ia juga pintar. Nggak pernah di hukum berdiri di depan kelas karena nggak buat pr, ia selalu buat pr-nya di rumah," ujar Lina. Itu semua fakta.
Dito mulai melirik Lina dari balik kertas. Ia tidak menggunakan kaca mata baca sehingga memudahkannya memandang ke segala arah.
"Uuuhhh ternyata Dito kita ini murid teladan." Fiana menyenggol lengan Dito dengan lengannya. Matanya menyorot jahil.
Dito diam. Memilih meneruskan bacaannya.
"Terus apa lagi?" tanya Fiana antusias.
"Dia perhatian bahkan pada hal-hal kecil. Suka membantu. Orang yang bertanggung jawab dan... melindungi." Lina cepat-cepat menarik pikirannya sebelum masa lalu menariknya lebih dalam.
"Wow, kau pasti populer!" Puji Fiana menatap Dito.
"Tidak, aku tidak hebat seperti itu." Dito mengendikkan bahunya tidak sependapat. Namun, tidak menyangkal juga.
"Pasti dia juga suka rendah hati, kan?"
Lina membalasnya dengan senyum.
"Oh ngomong-ngomong kalau dia sehebat itu, apa dia pernah pacaran? Apa ada gadis yang di sukainya saat sekolah? Teman sekelas pasti tau, kan?" todong Fiana bertubi-tubi.
***
27224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧
Di karyakarsa sudah bab 34 :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)
Romance*Seluruh hak cipta karya ini dilindungi undang-undang Lima tahun yang lalu, Dito adalah siswa miskin di kelasnya dan Lina adalah anak berkecukupan. Masalahnya, Dito sudah memendam lama perasaannya pada Lina. Berkat suruhan Gina -temannya- dan kasiha...