8.b

209 24 0
                                    

Lina menoleh dari aktivitasnya yang melamun ke wajah Arga yang agak mendekat padanya.

"Ya."

"Aku Arga." Arga mengulurkan tangannya ke bawah wajah Lina.

Lina memandang tangan Arga lalu ke mata pria itu yang masih melekat dengan senyuman ramah.

"Mungkin Putri mengenalkanku pada kalian. Tapi, rasanya tak etis kalau belum jabat tangan dan menyebutkan nama."

Agak ragu, karena tak enak juga melihat tangan Arga menggantung di depannya. Lina menyambut uluran tangan itu sebentar.

"Lina."

Arga mengangguk seraya berbicara, "salam kenal Lina. Nama yang indah."

Lina membalas anggukan. Ia masih tidak banyak bicara. Matanya tidak berada di meja itu. Ia selalu menyempatkan untuk mengitar ke sekitar berharap menemui wajah yang familiar.

"Apa kau tau arti namamu?"

"Tidak tau, aku belum bertanya pada ibuku."

"Dalam bahasa arab arti Lina adalah kelembutan. Sepertinya cocok dengan orangnya."

Lina mendongak, matanya sedikit menyipit. Benarkah? Tapi, kenapa hatinya bertentangan?

"Ya, kau mau tau arti namaku?"

"Boleh."

"Arga dalam bahasa jawa adalah gunung."

Entah kenapa Lina merasa itu cocok dengan kepribadian Arga. Belum apa-apa, cowok itu sudah menunjukkan tingkat percaya dirinya yang tinggi seperti gunung.

"Itu... nama yang bagus."

"Terima kasih." Arga mengangguk bangga, "Dari tadi aku melihatmu menolehkan kepala, apa yang kau cari?"

"Tidak ada," Lina mengambil gelas dan memasukkan sedotan ke bibirnya agar Arga mengerti dirinya tak nyaman membuka diri pada pria itu.

"Baiklah, kau sangat pendiam ya." Komentar Arga, "Putri bilang kau memang orang yang tak banyak bicara dan ternyata benar."

Lina tidak menanggapi. Ia bingung harus menjawab apa. Ia memperhatikan teman-temannya yang sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Putri berselfie dengan pacar termasuk Viona yang ikut bergabung. Gina yang bercakap-cakap dengan Rama di kursi lainnya.

"Pulang nanti naik apa?"

"Aku?" Lina menatap mata Arga beberapa lama lalu ke arah teman-temannya yang bersama pasangan mereka. Dia merasa dirinya dikhianati. Mereka telah merencanakan ini dan menyisakan dirinya sendiri.

"Aku bawa motor, kau bisa naik ke boncenganku. Kebetulan aku membawa helm dua. Aku akan mengantarmu pulang," tawar Arga melihat kebingungan Lina.

"Itu... " Kata-katanya terputus menatap Dito dengan apron kerja mendatangi meja mereka lengkap dengan notes di tangannya.

"Dito? Kau kerja di sini?" tanya Putri yang pertama kali bertanya.

***
29124
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang