7.a

209 27 2
                                    

Saat jam olahraga, Dito bermain bola dengan teman-temannya yang lain. Gina memeriksa galeri foto Lina dan terlihat miris karena tidak ada foto romantis Lina dan Dito. Jadi, Gina memfoto Dito yang sedang menggiring bola.

Lina berhasil memergoki Gina memotret Dito beberapa kali dengan handphonenya. Ia segera meraup ponsel itu dan mengamankannya ke saku celana.

"Kamu apaan sih Gina? Malu tau." Lina mencebikkan bibir. Sesekali melirik sekitar takut ada yang memergoki mereka.

"Foto pacarmu. Apa lagi?" Gina menaikkan alisnya lalu tertawa.

"Kenapa pakai handphoneku?" Lina menatap kesal. Gina refleks mengernyitkan wajah merasa aneh dengan pertanyaan Lina.

"Kamu kan pacarnya. Justru aneh aku memasukkan foto pacarmu di hpku."

"Kenapa aku harus menyimpan fotonya? Dia aja nggak simpan foto aku." Lina membuang wajahnya ke lapangan tapi enggan melihat Dito yang tengah mengoper bola ke Farhan.

"Ecie... ternyata mau difoto. Ngomong dong sama Dito, kalian foto berdua buat di pajang di kamar masing-masing hahaha... "

Lina menampik tangan Gina yang terus-menerus menyudutkannya.

Setelah melakukan pemanasan dan mengambil latihan bola voli, mereka diijinkan melakukan apa saja selama dalam koridor lapangan. Para laki-laki memilih bermain bola sementara perempuan duduk berselonjor di teras-teras agar terlindung dari sinar matahari pagi. Ada yang bermain handphone, bergosip, dan menonton permainan bola para laki-laki. Termasuk Lina dan Gina yang duduk berdampingan menghadap lapangan.

Selepas insiden kemarin di mall, Lina belum berkomunikasi dengan Dito. Baik telpon maupun pagi ini. Sebenarnya dia yang memilih menjauhi Dito. Di mulai lebih awal tidur, tidak menunggui telpon dari Dito semalam. Tapi, ia tau, di riwayat panggilan tidak terjawab ada nomor tidak dikenal tiga kali. Lalu datang mepet jam pelajaran sehingga tidak ada kemungkinan Dito bicara padanya.

"Eh, eh, Dito kemari deh," Gina menepuk bahu Lina beberapa kali.

Sontak membuat pemiliknya mendongak dari mengukir-ukir abstrak tanah dengan ranting patah. Lina seketika mengalihkan matanya ke mana saja yang penting tidak menatap wajah Dito yang tersiram cahaya matahari, dahi yang berpeluh, dan rambut agak basah.

"Eh, aku ke toilet dulu ya," beritahu Gina cepat-cepat.

"Mau aku... " Lina sudah mendapati Gina kabur dari pandangannya. Namun, tak sempat mendumel, tempat yang dia duduki mendadak tertutup matahari.

"Boleh minta air minumnya?"

***
24124
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang