Lina sakit. Ia memaksakan diri untuk ke kantor. Dan saat makan siang, ia memilih menelungkupkan kepalanya ke meja dibanding makan bersama rekan-rekan kerja lainnya.
Ia hampir tumbang. Gina menyuruhnya untuk pulang saja. Di lift, ia memejamkan mata. Namun, sialnya bertemu Dito.
Sepanjang menurun ke bawah, tubuhnya bersandar dan mengabaikan keberadaan Dito walau sesekali ia lihat pria itu menolehkan kepalanya berulang kali. Kenapa dunia selalu mempertemukan mereka di lift?
"Kenapa?"
Tiba-tiba suara berat Dito terdengar di dekatnya. Lina berusaha membuka mata, menahan rasa pening berdenyut-denyut di keningnya yang langsung menerpa kepalanya saat menoleh ke Dito yang kali ini menghadap dirinya.
Ia mencoba bersikap profesional menegakkan punggung sambil menjawab, "Sakit, Pak. Saya sudah izin pulang cepat pada HRD."
"Pulang naik apa?" tanyanya lagi. Kali ini suaranya lebih lembut. Atau hanya ilusinya gara-gara sakit.
"Saya akan pesan ojek online."
"Tunggu di parkiran. Aku akan antar setelah meletakkan berkas ini ke Bu Dalia."
Lina menatap wajah Dito dengan alis yang naik. Jujur ia tidak ingin berpikir karena membuat kepalanya makin sakit. Tapi, perkataan Dito membuatnya mengerutkan dahi.
"Maksudnya, Pak?"
Dito menghela napas lalu berkata seraya menghadap ke depan dengan suara yang lebih pelan, "Aku antar kamu pulang. Tunggu di parkiran dekat mobil putih yang parkir paling ujung."
Ada harapan yang melambung. Di saat kondisi tubuhnya sakit dan lemah, bantuan Dito bagai pertolongan malaikat. Hatinya seketika menghangat. Namun, begitu lift terbuka. Fiana telah menunggu di depan lift.
Ia seolah bisa menebak waktu ke depan. Apa yang akan terjadi beberapa menit kemudian.
"Kebetulan ketemu disini. Tadinya aku mau ke ruanganmu."
"Kenapa?"
"Kamu megang tendor Pak Rahya?"
"Iya."
"Bagian marketing butuh beberapa berkas."
Lina mulai berjalan mundur ketika keduanya terjebak percakapan serius. Rasa kecewa perlahan menghampirinya. Jadi, itu pengharapan semu untuk yang kesekian. Memang seharusnya ia tidak berharap pada angan. Apalagi mempertahankan masa lalu. Ia meninggalkan keduanya yang masih terlibat obrolan.
Memesan ojek online sesekali mengusap kedua matanya yang berair.
"Kenapa neng?" tanya tukang ojek itu melihat Lina mengusap matanya.
"Nggak, Pak. Kelilipan." Lina berusaha tersenyum namun diujung bibirnya terasa getir.
***
20224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)
Romance*Seluruh hak cipta karya ini dilindungi undang-undang Lima tahun yang lalu, Dito adalah siswa miskin di kelasnya dan Lina adalah anak berkecukupan. Masalahnya, Dito sudah memendam lama perasaannya pada Lina. Berkat suruhan Gina -temannya- dan kasiha...