24.a

201 30 1
                                    

Lina mendatangi Arga untuk meminjam uang untuk biaya pengobatan ayahnya.

Namun, saat menunggu di depan pintu bersama sekretaris Arga, Lina disergap rasa ragu. Ia tidak berpikir ini akan mudah, jika berhubungan dengan Arga terasa semuanya jauh di persulit.

Tepat, ketika ia merasa keputusannya ini salah dan ingin berbalik mencari jalan keluar lain, pintu terbuka.
"Silahkan masuk, Bu," ujar Sekretaris itu mempersilahkan.

Lina menggambar senyum tipis dan melangkah masuk.

Di depan sana ia sudah di sambut wajah Arga yang congkak. Duduk di kursinya, meja kayu yang diplitur dan papan nama Arga berserta gelar dan jabatan.

Arga bangkit berdiri dan tersenyum. Ia keluar dari kursinya menghampiri Lina yang diam di tempat.

"Lina," Arga membuka tangannya. Bak menyambut teman yang baru pulang dari tempat yang jauh. Matanya melengkung dengan binar yang membuat Lina waspada. "mantan pacarku. Sudah lama kita tidak bertemu."

Lina bergerak mundur saat Arga akan memeluknya. Lalu Arga memasang wajah kecewa.

"Kau masih seperti dulu saja."

Lina bungkam seraya menatap sepatu Arga. Haruskah dia pergi?

Menyadari Lina tidak nyaman. Arga cepat-cepat memecahkan suasana dengan kehangatannya. Menampilkan dirinya yang murah hati dan penuh senyum.

"Duduklah Lina, kau pasti memiliki urusan yang penting sampai-sampai datang kemari. Sebentar lagi sekretarisku akan mengantarkan cemilan." Ia kembali duduk ke kursinya dan mengkode Lina dengan tatapan ke kursi di seberangnya.

"Tidak perlu, aku tidak mau merepotkan." Lina masih teguh berdiri. Menjaga jarak sejauh mungkin dari Arga.

"Tidak apa-apa, aku ingin menjamumu. Kita sudah lama tidak bertemu. Kau tau, aku begitu merindukanmu meskipun aku beberapa kali melihatmu tapi aku tidak bisa. Karena kita sudah berbeda."

Lina sempat lupa dengan karakter Arga yang satu ini, menyebalkan. Dia selalu memandang dirinya tinggi dan yang lainnya adalah rendah persis seperti Putri. Kenapa mereka berdua tidak berjodoh saja?

"Duduklah, apa kau ingin menambah tinggimu dengan terus berdiri?"

Lina perlahan mendekat dan duduk berhadapan dengan Arga yang bertopang dagu. Memandanginya seolah dirinya adalah tontonan menarik.

Lina sedikit bernapas begitu pintu di buka dan Arga benar-benar menghidangkan cemilan. Ada jus apel, sepotong kue dan keripik.

"Kuharap kau masih suka jus apel."

"Aku suka jus coklat," tampik Lina seraya meraih gelas.

"Oh, mungkin itu mantanku yang lain hahaha... Maaf, maaf, kadang-kadang suka tertukar. Aku akan ganti."

"Tidak perlu, ini sudah cukup."

"Jadi, kenapa?" Arga menunggu jawaban Lina begitu wanita itu meletakkan jus yang baru ia teguk beberapa kali.

Jemarinya mulai mendingin. Kakinya bergerak gelisah dan tangan yang saling meremas.

"Itu... aku ingin pinjam uang."

***
23324
Ayo tekan bintang dan komennya:)
Maaf banget aku lupa semalam

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang