Ya, laki-laki yang berdiri di depan pintunya adalah Dito. Yang tengah balik menatapnya.
"Kata orang, kamu ke kamar. Jadi, aku kemari."
Lina menautkan alisnya. Jadi?
"Kamu sungguhan tidak kenapa-kenapa?" tanyanya lagi.
"Iya, aku baik-baik saja," jawab Lina yakin.
"Aku ke tempat kalian jatuh tadi. Ada darah di sana." Tatapan Dito seakan menembus kepalanya. Lina meneguk ludah. Ekspresi Dito tampak sangsi dengan jawaban. "Apakah kamu terluka?"
"Tidak, aku baik-baik saja. Jangan cemaskan aku."
"Kalau begitu jangan sembunyi di balik pintu. Atau kamu mau aku memastikannya sendiri?"
"Jangan! Jangan masuk kemari!" cegah Lina saat tangan Dito memegang daun pintu.
Dito menyipitkan matanya. Menatap Lina tajam.
"Karena aku... aku telanjang!"
Hening.
"Ma---maksudku aku habis mandi. Kamu melihat daun-daun dan tanah mengotori pakaianku. Jadi, aku mandi. Saat ini aku hanya mengenakan handuk. Aku sungguh tidak kenapa-kenapa."
Dito menutup bibirnya. Terdiam lebih lama dengan tatapan yang tidak meninggalkan wajah Lina yang memerah. Cepat-cepat ia menggelengkan kepala. Lalu berbalik.
"Besok tidak perlu ikut outbound. Kalian diberikan waktu istirahat selama dua hari."
"Ya, terimakasih atas informasinya."
Dito lalu meninggalkan dirinya. Lina bernapas lega. Ia menutup pintunya kembali. Namun, tak berselang lama terdengar ketukan kembali. Dia berpikir itu Dito lagi.
Jadi, Lina membuka sedikit pintu dan berkata dengan jengkel.
"Sudah kubilang aku baik... eh." Lina menutup bibirnya dan cepat-cepat mengumumkan kata maaf berulang kali. Ia membuka pintu lebih lebar.
"Maaf, Bu. Kupikir tadi temanku." Lina menyengir.
"Ada apa ya, Bu?" Lina menatap Ibu-ibu yang merupakan salah satu pelayan koki di hotel ini. Sedang membawa troli berisi makanan-makanan yang ditutup.
"Saya di amanatkan untuk mengantar makanan ke kamar ini atas nama Mbak Lina. Katanya Mbak Lina sakit."
"Hah? Saya sakit?"
"Iya."
"Siapa yang ngomong, Bu?"
"Pak Dito."
Lina tercenung. Mendadak pikirannya menjadi penuh. Ada apa dengan laki-laki itu? Kenapa dia bersikap seperti ini? Apa ini lumrah untuk karyawan yang habis jatuh ya?
Mungkin dia merasa bersalah karena Fiana yang membuatnya ikut jatuh?
Bisa jadi. Sebagai perwakilan orang yang dicintainya, Dito meminta maaf dengan cara memberikan makanan.
Kok, sakit, ya?
***
6324
Ayo tekan bintang dan komennya (。•̀ᴗ-)✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)
Romance*Seluruh hak cipta karya ini dilindungi undang-undang Lima tahun yang lalu, Dito adalah siswa miskin di kelasnya dan Lina adalah anak berkecukupan. Masalahnya, Dito sudah memendam lama perasaannya pada Lina. Berkat suruhan Gina -temannya- dan kasiha...