13.d

254 36 13
                                    

Hei, kalian makan di sini juga?" Fiana menghampiri kami begitu kami mengantri membayar. Ada Dito mengiringi di belakangnya.

"Iya, Bu," jawab Gina menyengir. Sementara Lina mengangguk sopan.

"Jangan panggil aku Ibu. Kayak biasa aja, Gin."

"Iya, Fiana." Gina menggaruk kepalanya canggung sesekali ia menyikut lengan Lina. Memberi isyarat tapi Lina tidak memahaminya.

"Ini siapa? Oh!" Fiana seakan teringat sesuatu menatap Lina. "Kamu yang di apartemen itu, kan?"

"Maaf, Bu. Maaf atas sikap saya yang tidak sopan." Lina mengakui kesalahannya. Ia kebanyakan menuduk dibanding menatap mata Fiana.

Rolex yang melingkari pergelangan mungil Fiana tampak serasi dengan arloji mahal Dito. Seolah menunjukkan pada dunia mereka adalah jodoh, sederajat dan cocok. Lalu ia bandingkan dengan tangannya yang tidak dihiasi apapun. Kurus, kapalan, dan agak kasar.

"Karyawan baru?" Alis Fiana menukik naik.

"Iya, Bu. Namaku Lina." Lina menarik bibirnya tersenyum.

Fiana mengangguk-angguk. "Nggak apa-apa, setiap orang bisa gugup, kok. Apalagi berhadapan dengan Dito." Mata Fiana menatap Dito dengan lengkungan hingga mirip bulan sabit di pertengahan bulan. Cantik dan menghipnotis.

Sebagai tanggapan Lina ikut tersenyum kecil. Tanpa berani menatap wajah Dito sejak tadi.

"Teman ya?"

"Iya, teman saya dari SMA," kali ini Gina yang menyahut.

Fiana mengangguk lagi. Kemudian matanya ke gelas plastik yang dipegang Lina. "Kalian hobi banget minum yang manis-manis. Apalagi coklat. Pasti manis banget."

"Kebiasaan sejak kecil, tapi saya hanya suka coklat aja. Kalau manisan lain, nggak." Lina sedikit menyembunyikan gelas minumannya di balik punggung. Ia agak malu ditanya terang-terangan begitu. Karena masih tersisa setengah mau ia habiskan sambil kerja. Bisa menghemat uang.

"Sama kayak Dito. Apapun yang dari coklat ia pasti suka. Tapi, kalau manisnya dari rasa lain, dia nggak suka."

Lalu Lina mendongak menatap Dito dengan kernyitan alis untuk pertama kalinya setelah percakapan itu. Sementara yang di tatap memilih menutup bibir namun tidak memutus tatapan. Dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Seakan menegaskan sejak tadi matanya tak kemana-mana. Menunggu dalam keheningan.

Bukannya kamu nggak suka manis?

***
19224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang