12.b

199 32 3
                                    

Saat ini mereka tengah makan di kantin.

"Dia menyapa aku kayak biasa. Dia masih ingat aku, temanmu. Katanya 'Gina ya' gitu." Gina memperagakan pertemuan dia dengan Dito. "Aku mengangguk, senyum-senyum aja. Padahal sebenarnya aku masih merasa bersalah sama dia. Nggak tau, kayak bersalah aja gitu. Penampilannya berubah sekali dari dia yang dulu."

Lina hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Gimana kamu dengan dia?" tanya Gina. Itu pertanyaan mudah, namun kenapa terasa sulit untuk mengungkapkan kejujuran.

"Karena beda divisi jadi jarang bertemu." Lina mengambil langkah aman.

"Dia menegurmu nggak?"

Lina menggeleng sambil tersenyum kecil.

Gina seketika paham. Ia mengalihkan pembicaraan agar suasana kaku memudar.

"Aku nggak dengar kabar Viona dan Putri lagi setelah pindah ke sini."

"Kamu sih kelamaan di Ausie. Katanya cuma batas SMA aja. Ternyata kuliah juga di sana."

"Hahaha... iya sih... Sebenarnya orang tuaku juga pengen aku pulang. Tapi, karena waktu itu masih suka ngambek, ego tinggi, dan terjadi kesalahpahaman dengan Rama. Jadi, aku memilih kuliah di sana dan tiga tahun terakhirnya aku menyesal hahaha... " Inilah Gina. Seberat apapun masalah, disikapi dengan tawa. Seakan itu adalah ejekan tersendiri untuk pribadinya dulu.

"Oh, yang kamu cerita kalau Rama selingkuh?"

"Iya, tepatnya aku nuduh dia sembarangan. Sumpah goblok banget dulu itu. Kalau ingat dulu, rasanya mau terjun ke sumur. Untung jodoh tetap balik lagi ya." Gina geleng-geleng kepala menyadari kebodohannya dulu. Lalu bernapas lega tau Rama tetap mencintainya.

"Rama pasti super sibuk sekarang ya?" Lina mengaduk minumannya dengan sedotan. Kemudian meneguknya sedikit sembari menunggu kunyahan Gina selesai.

"Iya, banget. Mau jadi dokter muda, waktu istirahat pun kurang. Kasihan sih. Jadi, sekarang aku yang di posisi dia. Memahami, nungguin dan kasih semangat."

Gina melanjutkan, "Nasib orang benar-benar nggak terduga ya. Padahal aku yang diharapkan jadi dokter oleh orang tuaku, eh justru Rama yang bentar lagi dapat gelarnya. Sampai-sampai ayahku lebih banggakan Rama dibanding aku kalau ada acara kenal-kenalan koleganya."

Lina mengangguk-angguk sesekali ikut tersenyum.

"Jadi, kamu masih berhubungan dengan Viona dan Putri?"

"Setelah kuliah, nggak. Paling cuma tau kabar mereka dari sosial media," jawab Lina.

"Gimana kabar Ayahmu?" Raut Gina berubah lembut. Wajahnya terlihat sangat hati-hati takut menyinggung Lina.

***
14224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang