17.a

242 35 0
                                    

Kantor mengadakan acara outbound. Termasuk Lina ikut disana.

"Hei, ambilkan saya makanan," seru sosok wanita bergaya modis. Dari ubun-ubun sampai ujung kaki semuanya barang bermerek Channal. Tentu, dia bukan orang sembarangan. Jari telunjuknya mengarah ke Lina yang sedang berdiri sambil membawa kotak dus membantu Gina mengangkat dus-dus yang berjumlah lima untuk dipindahkan ke hotel.

Dahi Lina berkerut bingung, sempat melirik ke sekitarnya. Tapi, hanya ia sendiri. Itu maksudnya dia ya?

Dia tidak kenal perempuan ini juga tidak pernah melihatnya dalam kantor mereka. Tapi, mencari masalah di hari pertama itu buruk. Dia melihat perempuan itu bersedekap, dagu terangkat tinggi, menunggunya menyelesaikan perintah. Sementara dua teman wanita itu terang-terangan mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi merendahkan tampilan Lina.

"Tapi saya---" Lina berusaha menjelaskan keadaannya agar wanita itu mengerti. Namun, baru dua kata ucapannya langsung dipotong.

"Cepat," potongnya.

"Baik." Mungkin karena Lina berpakaian sangat sederhana jadi dia mengiranya pelayan di acara outbound ini. Padahal ia salah satu karyawan di sini. Memilih mengangguk dan cepat-cepat memindahkan kardus di tangannya.

"Ini kak." Lina menyerahkan nampan beisi piring yang di atasnya ada lauk pauk dan segelas lemon.

"Apa ini? Aku nggak suka sea food!" Prang! Dia melempar nampan di tangan Lina. Hingga jatuh ke tanah.

Orang-orang sontak menghentikan kegiatan mereka. Yang tadi berjalan menghentikan langkah, yang bercakap-cakap fokus ke mereka, dan beberapa lainnya melirik heran penuh tanya. Di wajah mereka seperti tertulis, ada apa?

"Tapi, kakak nggak bilang mau makan apa tadi. Adanya cuman itu." Lina menjawab sebisanya. Ia malu dengan keadaan dirinya dan belum lagi tatapan-tatapan yang lebih banyak. Ia merasa tidak nyaman.

"Seluruh pelayan disini sudah tau mau ku apa. Masa begini saja harus dijelasi beberapa kali?! Gunanya koki di bawa kemari buat apa? Sasaaaa!!!" Ia berteriak memanggil nama orang lain. Lalu muncul ibu-ibu memakai celemek hitam tergopoh-gopoh dari dalam hotel di belakang wanita itu.

"Iya, Nona."

"Pelayan baru ini kau pungut darimana sih? Nggak kau ajarin?" Wanita itu menunjuknya dengan amarah.

Ibu yang bername tag Sasa melihat Lina lalu ke wanita itu. Ia menggelengkan kepala, "Maaf Nona, saya tidak menambah pelayan baru bulan ini. Dan saya tidak mengenal dia."

***
29224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang