5.a

246 31 4
                                    

Restoran sedikit lenggang. Dito sedang membersihkan salah satu meja. Ia tersentak saat seseorang menepuk bahunya.

"Lagi melamun saja. Ada apa, sih? Mungkin aku bisa bantu." Vera menopang wajahnya dengan kedua siku di tekuk.

Dito terkekeh. "Nggak ada apa-apa. Tuh, beresin meja-meja yang lain. Nanti dimarahin Bos."

Vera memberengut. "Biarin, bosnya juga sedang keluar."

"Vera, sedang apa kau di sana? Jangan berpikir restoran sepi kita boleh berleha-leha. Kesuksesan tidak diperoleh dari orang yang malas. " Kedatangan Bosnya membuat Vera terperanjat bangkit.

"Iya, ini juga mau ke Pantry," jawab Vera pada Bosnya yang menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Vera.

"Lagian, itu kaki apa sepatu roda? Cepet amat datangnya," dumel Vera yang dapat didengar Dito.

"Sudah, cepat sana. Nanti kena marah lagi." Dito mendorong bahu Vera masuk ke dapur.

Vera makin cemberut. Ia berjalan ke arah dapur.

"Dito, tolong makanan ini kamu antar ke alamat ini."

"Ok, Bos." Dito menerima sekotak pesanan makanan.

Sesampainya di alamat yang di tuju, Dito memencet bel. Bel berbunyi ting tong. Sambil menunggu penghuni rumah. Ia merapatkan jaket. Dingin menggigit tulang. Ternyata air ikut merembes dari dalam jaketnya. Walau ia mengebut tadi untuk menghindari hujan yang mengguyur tetap saja, air hujan mengenainya. Sementara di luar sana, angin sedang mengamuk dan langit tengah tumpah secara besar-besaran.

Ia menekan bel lagi. Berdiri di teras ini tidak membantu sama sekali. Biasnya angin tercampur air kadang-kadang mengenai tubuhnya. Bisa gawat jika kotak makanan terbungkus plastik ini basah. Ia tidak ingin mengecewakan pelanggan.

Ketika menekan bel untuk ketiga kalinya, sebuah seruan dari dalam terdengar.

"Ya, tunggu sebentar!"

Kok, terasa familiar.

Pintu terkuak, Dito membeku beberapa detik di tempatnya. Lalu tersenyum lebar menatap gadis di depannya. Rasa lelah, dingin, dan rindunya sirna seketika. Betapa hebatnya efek cinta.

"Cari sia... pa... " Ucapan Lina mengambang begitu Ditolah yang di jumpainya di depan pintu. Dengan keadaan kebasahan. Air menitik dari rambutnya. Bibir pucat. Namun, wajah dan senyumnya cerah berbalik dengan badai mengamuk di belakangnya.

***
18124
Ayo tekan bintang dan komennya
(ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang