9.c

177 27 2
                                    

Rama tiba dan menaruh pesanan kedua gadis itu.

"Terima kasih, Rama."

"Sama-sama Lina."

Lalu Lina melihat Rama yang tengah membenarkan poni Gina yang menusuk-nusuk matanya. Mendengarkan ocehan gadis itu dan sesekali menjahilinya.

"Janji ya? Harus tiap hari!"

"Ya, bila perlu nanti aku buat surat. Terus aku latih burung untuk mengarungi lautan dan samudera supaya bisa membawa surat kerinduanku."

"Aku lagi serius!"

Rama terkekeh namun tak ayal ia memperhatikan dengan serius meski sesekali binar geli itu muncul di ujung matanya.

Sedangkan pikiran Lina sudah meninggalkan tempurungnya ke langit. Mendadak kepalanya disesaki banyak pertanyaan dan kata-kata pengandaian yang makin membuatnya kesal.

Lina memandang Gina dan Rama yang sudah berjalan di depannya. Mungkin kedua manusia itu tidak sadar dirinya sudah tertinggal di belakang. Lagipula rasanya aneh berada di tengah-tengah bunga-bunga merah jambu bermekaran sementara dirinya adalah awan hitam yang sendirian.

Mereka berdua melewati kelas. Itu sudah biasa terjadi, karena Gina suka berdiam lama di kelas Rama yang berbeda darj mereka sampai jam masuk berdering. Sementara Lina memutar langkahnya masuk ke kelas. Pagi di cuaca yang sedikit dingin. Kelas masih sepi. Baru anak-anak piket yang datang.

Setelah menaruh tas di kursinya, Lina mengeluarkan kantung kertas isinya jaket Dito yang sudah di cuci, setrika dan dikasih pewangi. Ia berusaha bergerak santai agar tidak dicurigai kemudian memasukkan kantung kertas tadi ke laci meja Dito. Tiba-tiba tatapannya tertahan lama pada ujung meja Dito. Ada ukiran samar dari ujung pena yang tumpul, sebuah nama. Lina. Itu namanya. Mendadak dadanya menghangat dan ia cepat-cepat kabur begitu mendengar suara ramai di depan pintu kelas.

Dito menulis namanya di meja kayu.

***
7224
Ayo tekan bintang dan komennya (ノ◕ヮ◕)ノ*.✧

Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang