Mata Dito bergulir dari sepatu di dekatnya lalu mendongak ke sumber pemiliknya. Dan mata mereka bertemu. Mata Lina yang gamang mengambil sepatunya atau tidak dan mata Dito yang seakan menelanjangi dirinya mencari penyebab kenapa kondisinya seperti ibu-ibu yang memiliki anak dua belas, mungkin.
Lina memutuskan mengambil sepatunya karena ingat bahwa ia hanya punya satu sepatu. Ia cepat-cepat turun namun Dito mematikan rokok dan membuangnya ke tempat sampah. Mengambil sebelah sepatu Lina sebelum pemiliknya mencapai tempatnya berdiri. Lina diam di tengah-tengah tangga melihat Dito bergerak naik dan pria itu berhenti satu anak tangga di bawahnya menjadikan tinggi mereka sejajar. Bau tembaga bahkan sedikit terasa olehnya karena jarak yang begitu dekat.
Lina terkejut karena Dito bukan hanya menaruh sepatunya tapi juga memasangkan pada kakinya.
"Terimakasih. Tapi, kamu tidak perlu melakukan itu." Lina memalingkan wajahnya menyembunyikan semu merah di pipinya.
Bukannya dia lagi marah pada dirinya ya?
Dito yang sudah berdiri lagi, mengangkat bahu, "Bukan masalah."
Hening yang canggung.
Lina menatap ke depan untuk melarikan diri dari situasi aneh ini. Namun, ia segera menyesali tindakannya manakalah menemukan tatapan Dito tidak beralih sejak tadi darinya.
"Sa... Saya pergi, Pak. Sebentar lagi waktu istirahat habis."
"Hm."
Lina berbalik tetapi sekali lagi tindakan Dito membuatnya terkejut. Pria itu melingkarkan kedua lengannya di depan tubuhnya. Memeluk. Tubuhnya merapat. Dahi Dito menyandar pada rambut Lina. Deru napasnya beriringan dengan laju cepat napas Lina.
"Dito." Seru Lina memperingati.
"Sebentar saja. Ini tidak akan lama."
***
Keesokan harinya, Lina menemukan bungkusan yang berisi sepatu kerja untuk wanita. Bermerek dan mahal. Tanpa nama. Tapi, Lina tau ini kerjaan siapa. Dito.
Dan anehnya, pria itu tau ukuran sepatunya.
***
20324
Ayo tekan bintang dan komennya :)
Maaf ya lupa kemarin up
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan Yang Tertinggal Di Wajahmu (Tamat)
Roman d'amour*Seluruh hak cipta karya ini dilindungi undang-undang Lima tahun yang lalu, Dito adalah siswa miskin di kelasnya dan Lina adalah anak berkecukupan. Masalahnya, Dito sudah memendam lama perasaannya pada Lina. Berkat suruhan Gina -temannya- dan kasiha...
