"Lantas? Yang bisa kita lakukan hanyalah duduk disini? Sementara semuanya berjalan?" Tanya Connie bersandar pada jeruji besi, entah sudah berapa lama mereka berada disana.
"Mau teh?" Tawar tuan Braus menghidangkan secangkir teh pada Caterine yang tengah terduduk di kursi.
"Arigato" balas Caterine menyesap teh tersebut.
"Armin, bisakah kau keluar dari sini sebagai titan?" Tanya Connie kembali. Ya ia kembali mencelotehkan hal tak masuk akal lainnya.
"Tidak, jika begitu aku akan menghancurkan kota. Tidak seperti titan Eren, titan kolosal tak bisa lakukan hal seperti itu" jawab Armin.
"Lantas mengapa Eren memukulimu hingga babak belur? Sudah waktunya kau memberi tahu kami" Tanya Jean.
"Dia mengatakan hal-hal yang menyakitkan Mikasa. Aku memukulnya dan dia membalas" jawab Armin.
"Dia menyakiti Mikasa? Bagaimana?" Sahut Caterine sedaritadi mendengar percakapan mereka.
"Berhenti" potong Mikasa saat Armin hendak menjelaskan.
"Tidak. Katakan sebenarnya?" Tanya Jean kembali.
"Lupakan Jean, kita sudah tahu dia brengsek, sekarang dia kehilangan akal sehatnya dan menyakiti dua orang yang paling dia pedulikan" sahut Connie.
"Dia waras, dia tak akan melakukannya tanpa alasan bagus. Apa menurutmu ada semacam alasan dibaliknya?" Sanggah Jean.
Suara hentakan kaki terdengar mendekati sel mereka. Nampak Yelena, Onyankopon, dan Greiz berjalan menghampiri mereka.
"Lama tak bertemu, para pahlawan Shiganshina. Sungguh menyakitkan bagiku bertemu kembali di tempat seperti ini" ucap Yelena.
"Hei! Kau ada di pihak mereka juga? Biarkan kami keluar!" Pekik Connie melihat Onyankopon berdiri di belakang mereka.
"Itu permintaan yang berat, mengingat kalian menempatkanku sebagai tahanan rumah. Duduk diam dan bersikap baik sampai Zeke dan Eren bertemu" sahut Onyankopon.
"Pasti menyenangkan, Yelena. Semuanya berjalan persis seperti rencanamu. Lewat kau, Eren bergerak sesuai keinginan Zeke. Menyerang Marley, mendapatkan dukungan orang-orang, menggunakan anggur untuk mengambil alih militer. Sekarang Eldia dan Titan Pendiri menjadi milik kalian, kalian bisa menghancurkan Marley dan membalas demi tanah air kalian. Bukankah itu alasan sebenarnya kalian datang ke pulau?" Ujar Jean berjalan menghampiri.
"Tempat ini primitif. Kami membawanya keluar dari masa lalu" balas Onyankopon.
"Agar kau dan teman-temanmu bisa menikmatinya begitu kalian berkuasa" sahut geram Nicolo.
"Kalian tertipu dan tersesat, itu saja" balas Greiz.
"Greiz! Sepertinya kau mengkhinati kami agar dipromisikan menjadi antek Yelena, pengkhianat!" Geram Nicolo.
"Apa kau bodoh? Kaulah yang memihak iblis dan menghianati kami! Kau menyukai keturunan iblis yang berbau kentang" balas Greiz.
"Aku akan membunuhmu!" Marah Nicolo membuat Jean menahannya.
"Kau terus membicarakannya siang dan malam. Aku yang bodoh berpikir kau akan sadar saat jalang itu mati. Aku akan membuatnya mudah untuk dipahami Jalang iblis itu adalah--! Timpal Greiz membuat Nicolo semakin terpancing emosi.
DORRR
Yelena melancarkan tembakan persis di kepala Greiz membuatnya tewas seketika."Yelena?" Ucap terkejut Onyankopon. Tak hanya ia, semuanya terperanjat oleh aksi Yelena yang tiba-tiba.
"Maaf atas kelakuannya yang tak terhormat. Pulau ini tak butuh orang yang menyebut kalian iblis. Percayalah pada kami, tujuan kami yang sebenarnya adalah membalas dendam ke Marley. Tujuan kami adalah memutus siklus kebencian untuk menyelamatkan Eldia dan Marley" ujar Yelena.
KAMU SEDANG MEMBACA
-SAPPHIRE- (Shingeki No Kyojin X Reader)
Teen Fiction"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi" "Jadi jangan pernah menyesal dengan keputusan yang kau ambil" •◇◇◇• "Ada apa kalian kemari" "Kau masih wanita dingin seperti biasanya" "Tch" TYPO BERTEBARAN!