5. coklat

166 140 0
                                    

Kaki-kakinya melangkah santai menyusuri jalan dengan marmer putih polos nampak bening di pinjaknya. Ia membenarkan tas serut dibelakang punggung yang agak mengendur, mengangkat tangan dari saku hodie polos berwarna mocca dengan tudung kepala yang dibiarkan tergantung diujung leher belakang.

Juni mencoba mengulas senyum canggung saat beberapa siswa lalu berpapasan, mereka terlihat kagum meneliti-nya dari atas bawah. Terlebih lagi jam rolex bercorak perpaduan antara hitam dengan putih kelabu, sudah dipastikan Juni tampak seperti orang punya.

"Wah, orang kaya baru, tuh, Kai," bisik satu cowok dengan pakaian agak kumuh ke-rekan sebelahnya yang nampak memandangi Juni sinis.

"Alah! Palingan lima ribuan." Kaivan menjawab dengan nada cemburu telah disaingi.

Sesampai didepan kelas 3 IPA 2 akhirnya Juni bernafas lega setelah berhasil terlepas dari bisikan-bisikan yang rasanya membuat gerah meskipun tidak mendengar jelas disepanjang jalan tadi.

Seisi kelas tampak senyap sebab masing-masing tengah sibuk dengan berbagai urusan sendiri, dari main game di meja belakang sampai ngerujak buahan duduk dilantai sambil mulut terus berceloteh membicarakan apapun.

"Juni, sini, yuk! Aman gak pake cenayang gitu! Sisil, nih, katanya ngidam duduk dempetan sama cogan!" Cewek itu melambaikan tangan mengajak bergabung.

"Apaan, kok, gue! Loh kali tekdung bayi buaya!" jawab si-teman tidak terima. Cewek itu ikutan melambai kearah Juni."Sini, Jun! Pdkt-an kita!"

Juni mengelang disisipi senyum tipis yang membuat semua cewek itu saling senggol salah tingkah. "Makasih."

Akhirnya sampai dimeja pertengahan yang diapit satu meja lainnya, Juni melepaskan tas yang tergantung dibahu, membuat kain tipis yang memang hanya ia isi beberapa lembar buku saja terlihat mengempes. Membandingkan dengan tas sama dibangku sebelah namun terasa amat kencang. Ah, Juni baru ingat barang barang diletakannya dalam loker.

"Andai aja boleh gak pake tas sekalian," molognya tersenyum kecil sendirian.

Juni yang melamun meneliti sekitar. Sebuah tangan tergantung didepannya, ia mengangkat kepala akhirnya saat gadis itu mulai menyapa." Hai, Juni! Gue Aurel! Nama Juni siapa?"

Begitulah pertanyaan bodoh yang tengah ia cerna sebelum ia berdiri dari posisinya, membalas uluran tangan itu. Sudah jelas bukan cewek itu mengetahui namanya."Ju-juni."

Balasan ekspresi kaku dari cowok dibangku itu membuat cewek bernama Aurel menjerit memutar mutar tubuhnya sambil mengipas wajah salah tingkah. "Omooooo gantengnya, ihh!!! Jadi pacar gue, dong, Jun! Gue, tuh, setia, paling saingan loh Abang Nunu astro!!"

Satu temannya lain medorong Aurel yang tengah caper meskipun cowok itu hanya mengulas ekspresi tidak nyaman akan kehadiran mereka.

Cewek yang berhasil membuat Aurel tersungkut itu berkacak pinggang, lalu kemudian mengedipkan sebelah mata centil." Juni jangan mau! Aurel, tuh, punya peternakan buaya! Mana ganas,-ganas lagi! Gue aja gimana!"

Aurel balas mendorong kearah berlawanan. "Bilang aja loh sirik. Sok, asik padahal jomblo."

"Gak ada hubungannya bega!"

Juni yang diam memperhatikan keributan dua orang teman itu melihat kekiri dimana ada seorang cewek menarik lengannya, Juni otomatis berdiri dari tempatnya sebab cewek berbada bulat itu lebih bertenaga." Udah, Juni duduk sebelahan sama Iva aja, yuk!"

Mereka berdua yang awalnya dibuat melototi satu temannya." Wah, diam-diem, bergerak maju loh, ningkung teman! Gak Sudi gue bagi crush sama eloh! Udah mas terang eloh embat!"

ketiga cewek itu menarik lengan Juni layaknya tali di tarik tambang, ia yang menjadi korban dioper sana sini menyebabkan pusing dikepala. Juni melirik gerombolan cowok yang ternyata sekali kali melihat apa yang mereka lakukan pada Juni yang sekarang tampak menyedihkan. Mereka malah mambalasi sinis membuang muka.

STOP SINGLE(Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang