Pagi itu di meja makan keluarga Lee, suasana tampak normal seperti hari-hari biasanya. Cahaya matahari masuk melalui jendela besar yang menghadap taman luas, dan aroma kopi segar memenuhi udara. Namun, di bawah permukaan, ada ketegangan yang jelas terasa, terutama saat Lee Minho duduk di seberang adiknya, Seungri. Tatapan Minho tak lepas dari memar dan luka kecil yang menghiasi wajah adiknya, yang menampilkan lebih dari sekadar sisa-sisa “kecelakaan kecil.”
Minho menggenggam garpunya dengan erat, menahan diri sebelum akhirnya angkat bicara. "Seungri, sudah berapa kali kamu berakhir seperti ini?" Suaranya bergetar tipis, campuran kekhawatiran dan frustrasi yang sulit ia sembunyikan.
Seungri, yang tengah asyik memotong pancake di depannya, mengangkat bahu dengan malas. "Ah, it was nothing, hanya sedikit kecelakaan kecil, hyung." Nada suaranya terdengar santai, seolah tak peduli bahwa seluruh keluarganya tahu itu lebih dari sekadar ‘sedikit kecelakaan.’
Minho menatapnya lebih tajam. "Kecelakaan kecil?" Nada bicaranya berubah tegas, namun masih mengandung keprihatinan yang tulus. "Kamu selalu menganggap remeh semuanya, Seungri. Tapi kamu harus sadar kalau tindakanmu punya konsekuensi. Kamu tidak bisa terus bersikap seperti ini, hidupmu bukan hanya tentang senang-senang saja, Seungri-ah."
Lee Byung Hun dan Lee Min Jung saling bertukar pandang, mengerti betul pola dinamika yang sering terjadi antara kedua putra mereka. Sang ibu, yang merasa ketegangan mulai meningkat, mencoba mengendalikan situasi dengan cara yang halus. "Minho, sudahlah. Yang penting sekarang Seungri baik-baik saja," katanya lembut sambil menyodorkan sepiring telur rebus di depan Minho, berharap makanan bisa meredakan amarah.
Seungri yang duduk di seberang meja hanya menyeringai, menatap kakaknya dengan mata penuh kenakalan. "Iya, hyung, jangan khawatir. Aku baik-baik aja," katanya dengan senyum miring khasnya, sebuah senyum yang entah kenapa selalu membuat Minho ingin memukulnya pelan di kepala.
Minho menghela napas, jelas merasa frustrasi, namun tak bisa berbuat banyak. Dia mulai menyuapkan makanannya ke mulut dengan gerakan kaku, pikirannya dipenuhi rasa khawatir tentang kondisi adiknya yang keras kepala. Dia tahu bahwa Seungri selalu menyembunyikan kelemahan di balik sikap sembrono dan senyuman nakalnya.
Setelah hening sesaat, Seungri membuka mulut lagi, kali ini dengan nada acuh tak acuh yang hampir terdengar seperti tantangan. "Oh, by the way, malam ini aku bakal pulang terlambat, so you don’t have to wait me for dinner," ujarnya santai sambil menyendok pancake kesukaannya, mengunyah tanpa rasa bersalah.
Minho yang baru saja meneguk kopinya hampir tersedak mendengar pernyataan itu. Dia menatap Seungri tajam, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "What did you just say?" Tanyanya pelan tapi penuh tekanan.
Seungri tetap tenang. "Ada art exhibition yang harus aku hadiri," jawabnya tanpa ekspresi, seolah pergi keluar malam adalah hal paling wajar setelah kondisi tubuhnya yang babak belur.
Tatapan Minho berubah lebih serius. "Tidak ada yang akan membukakan pintu keluar untukmu, Seungri." Suaranya lebih keras sekarang, nyaris seperti bentakan. Dia benar-benar tidak percaya bagaimana adiknya bisa sebegitu cueknya setelah apa yang terjadi semalam. "Kamu bahkan belum sepenuhnya pulih, dan kamu mau pergi lagi? Apa kamu benar-benar tidak peduli dengan nyawamu sendiri?"
Seungri hanya mengangkat bahu lagi, sikapnya tetap tenang, bahkan nyaris tak peduli. "Hyung, it’s just an exhibition. Aku nggak bakal mati cuma karena keluar rumah sebentar."
Mendengar adu mulut yang mulai memanas, Lee Min Jung segera menengahi, tidak ingin pagi itu berubah menjadi lebih buruk. "Boys, let's not fight in the morning." Nada suaranya lembut, tapi ada ketegasan seorang ibu di baliknya. Dia lalu menyenggol siku suaminya, memberikan kode agar sang ayah ikut turun tangan.
Lee Byung Hun, yang selama ini diam mengamati, akhirnya meletakkan cangkir kopinya dengan hati-hati, menatap kedua anaknya seolah sudah tahu arah pembicaraan ini akan menuju ke mana. Dengan suara berat, dia bicara. "Minho, tidak perlu membentak. Dan Seungri, you’re not going out today." Suaranya datar, tapi penuh otoritas.
Seungri langsung memutar mata, jelas-jelas tak senang dengan keputusan itu. Dia ingin protes, tapi sebelum kata-kata keluar dari mulutnya, tangannya sudah dipegang oleh sang ibu. Lee Min Jung menatapnya dengan penuh kasih sayang dan perhatian. "Listen to your father, sweetheart," katanya dengan suara lembut yang sulit ditolak, bahkan untuk Seungri.
Namun, seperti biasanya, Seungri tidak menyerah begitu saja. "Tapi, Eomma... kita sudah membahas ini dari seminggu yang lalu. Ada sesuatu yang penting yang harus aku dapatkan di exhibition itu," ucapnya, kali ini nadanya lebih seperti rengekan, berharap ibunya bisa berpihak padanya.
Lee Byung Hun menghela napas panjang, jelas-jelas tidak berniat memperpanjang perdebatan ini. "Seungri, sudah cukup. Kita tidak akan berdebat lebih jauh. Itu keputusanku, kamu harus belajar bertanggung jawab atas tindakanmu," katanya tegas, menghentikan argumen dengan satu kalimat yang tak terbantahkan.
Di seberangnya, Minho menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya dengan tatapan remeh. Dia tahu betul Seungri tidak akan memenangkan perdebatan melawan ayah mereka, terutama setelah semua yang terjadi. Meski begitu, ada sedikit rasa puas di hatinya melihat adiknya akhirnya mendapatkan 'hukuman' atas kelakuan liar yang terus-menerus.
Seungri hanya bisa menahan diri untuk tidak membanting sendoknya ke meja. Dia menatap ayahnya, lalu ibunya, dan akhirnya Minho, yang tampak menikmati setiap detik kekalahan kecil Seungri pagi itu. "Fine," gumamnya pelan, setengah menyerah. "But I’m still going to that exhibition… eventually."
Minho tersenyum tipis, menikmati momen langka di mana Seungri tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mudah. Tapi, dia tahu, di balik semua sikap keras kepala dan kenakalan Seungri, adiknya tetaplah seseorang yang dia sayangi lebih dari apapun. Dan meskipun dia tak pernah mengakuinya, Minho selalu merasa bahwa setiap perdebatan mereka, setiap bentakan dan omelan, adalah caranya melindungi Seungri—dengan caranya sendiri.
Sarapan pagi itu mungkin tampak seperti hari-hari biasanya di keluarga Lee, tapi setiap kata dan tatapan yang mereka tukar memiliki bobot yang lebih berat.
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/363878722-288-k528320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanfictionStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...