Malam itu, Minho duduk sendirian di ruang tunggu eksklusif rumah sakit, tubuhnya tenggelam di sofa yang sebenarnya hangat dan lembut tapi terasa dingin dan keras. Sinar lampu neon di ruangan itu menambah suasana yang suram, memantulkan bayangan di lantai putih yang sepi. Dalam pikirannya, Minho terus dihadapkan pada ketakutan terburuk—bagaimana jika Seungri tidak berhasil? Bagaimana jika adik laki-lakinya memutuskan untuk menyerah dan pergi? Minho menggigit bibirnya, tangannya mengepal erat-erat di pangkuannya. Rasanya sulit untuk bernapas setiap kali bayangan hidup tanpa Seungri terlintas di benaknya.
Setiap kenangan, tawa, dan kenakalan Seungri seperti film yang diputar ulang dalam pikirannya. Minho selalu menjaga dirinya agar tampak tegar, tapi kali ini ketakutannya begitu dalam, begitu nyata. Seungri bukan hanya adik; dia adalah bagian dari dirinya, bagian yang paling hidup, bagian yang selalu membuatnya merasa utuh.
Setelah beberapa saat terdiam dalam kesendiriannya, pintu ruang tunggu terbuka pelan. Byung Hun melangkah masuk, melihat putranya yang tertunduk lemas. Pemandangan Minho seperti itu membuat hatinya nyeri. Selama ini, Minho selalu menjadi anak yang tenang, bertanggung jawab, selalu siap mengendalikan emosinya di depan keluarganya. Tapi kali ini berbeda.
Byung Hun mendekati Minho dan duduk di sampingnya. Tanpa berkata apa-apa, ia menghela napas panjang, menatap kosong ke depan. Kehadirannya yang tenang namun penuh perhatian memberikan sedikit ketenangan pada Minho, meskipun tetap tidak bisa menghilangkan kecemasan yang begitu dalam. Setelah beberapa saat dalam keheningan, akhirnya Byung Hun bicara, suaranya lembut tapi tegas.
"Minho," panggilnya pelan, "Seungri itu kuat. Dia anak yang keras kepala, dan dia pasti berjuang sekeras yang dia bisa. Dia tahu kita di sini untuknya."
Minho mengangguk, tapi tetap diam. Matanya menatap lurus ke lantai, seolah-olah jika dia berbicara, dinding yang ia bangun selama ini akan runtuh. Akhirnya, dengan suara yang hampir tak terdengar, ia berkata, "Tapi… bagaimana kalau dia memilih untuk menyerah, Appa?" Suaranya pecah saat kata-kata itu terucap, menandakan beban berat yang ia pikul dalam hatinya. "Aku tidak tahu… aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku nanti kalau dia… kalau dia pergi."
Byung Hun tertegun. Mendengar putranya yang selama ini selalu tampak tegar akhirnya membuka dirinya dengan penuh ketakutan seperti ini, membuat hatinya terasa sesak. Dengan lembut, ia merangkul Minho, menariknya mendekat dalam pelukan. Sentuhan itu terasa hangat, menghapus sedikit ketegangan di tubuh Minho. Ia tidak menyangka akan merasakan perlindungan dari ayahnya di saat seperti ini, tapi ia membutuhkan itu.
Seiring waktu berlalu, perlahan Minho mulai bersandar di pangkuan ayahnya, membiarkan semua kekuatan yang selama ini ia jaga melebur dalam pelukan itu. Dengan suara pelan, hampir seperti bergumam, Minho berkata, "Seungri pasti cemburu kalau lihat kita begini. Dia selalu… selalu bilang kalau dia harus get most of your affection."
Byung Hun tersenyum kecil mendengar itu, meskipun matanya masih dipenuhi kecemasan. "Ya, sounds exactly like our Seungri. Selalu ingin mendapat perhatian lebih. Tapi kita tahu, kan? Itu caranya menunjukkan kalau dia juga butuh kita."
Minho menghela napas panjang, senyum tipis terukir di bibirnya meskipun matanya tetap tampak sedih. "Dia selalu protes, bilang aku ini Appa dan Eomma kecil, selalu dikira jadi kesayangan. Tapi sejujurnya, dialah yang membuat kita semua sibuk dengan tingkahnya," kata Minho sambil tersenyum pahit, mengingat semua kenakalan dan perhatian yang diberikan Seungri dalam caranya yang khas.
Setelah beberapa saat hening, Minho tiba-tiba berkata dengan nada yang berubah serius. "Appa, aku… aku harus menghukum Jihoon atas apa yang dia lakukan. Aku tidak bisa tenang kalau dia masih bebas setelah membuat Seungri seperti ini." Matanya menyiratkan amarah yang mendalam, sebuah api yang selama ini terpendam tapi siap membara kapan saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
Fiksi PenggemarStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...