Seungri memilih untuk lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Terutama di kamar, ia mencoba memulihkan diri, baik fisik maupun emosional, dari semua yang telah terjadi. Meskipun Jihoon sudah tidak lagi menjadi ancaman, ketakutan dan kebingungan yang ditinggalkan masih terasa nyata di hati Seungri. Kamar tidurnya yang luas, yang biasanya menjadi tempat pelarian dari dunia luar, kini menjadi ruang di mana ia merenungkan perasaannya, mencoba memahami apa yang sebenarnya ia rasakan terhadap Jiyong dan dunia di sekelilingnya.
Seungri masih jarang meninggalkan kamar, tetapi ada kalanya ia keluar untuk menikmati waktu bersama keluarganya. Salah satu tempat favoritnya adalah perpustakaan di mansion yang tenang, di mana ia kadang bergabung dengan sang appa dan eomma untuk menikmati teh sore sambil membaca. Byung Hun dan Min Jung selalu menyambut kehadirannya dengan senyum hangat, meskipun mereka bisa merasakan ada sesuatu yang masih membebani putra bungsu mereka.
Di perpustakaan itu, Seungri sering memilih sudut yang nyaman, duduk di kursi empuk dekat jendela besar yang menghadap ke taman. Ia menyukai keheningan di sana, di mana hanya ada suara lembaran buku yang dibalik atau sesekali percakapan ringan dengan orang tuanya. Min Jung, yang selalu penuh perhatian, akan menyeduh teh favorit Seungri dan menyajikannya dengan beberapa kue kering.
"Seungri-ah," Min Jung memanggil lembut suatu hari ketika mereka sedang menikmati teh bersama. "Bagaimana perasaanmu hari ini? Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan eomma?"
Seungri menatap ibunya, "Aku... merasa lebih baik, eomma. Tapi terkadang semuanya masih terasa membingungkan," jawabnya jujur.
Byung Hun yang duduk di sebelahnya, menutup buku yang sedang dibacanya dan menatap Seungri dengan perhatian. "Apa pun yang kamu rasakan, jangan ragu untuk berbicara. We know this isn't easy for you."
Seungri mengangguk, merasa terhibur oleh kehadiran mereka. "Gomawo, appa, eomma. Aku hanya perlu waktu untuk... memahami semuanya."
Di waktu lain, Seungri memilih untuk menghabiskan waktu di taman bersama kucing-kucingnya. Mereka menjadi teman setianya, mengisi kesunyian dengan kehangatan dan keceriaan. Seungri suka duduk di bawah pohon besar di taman, membiarkan kucing-kucingnya berkeliaran di sekitarnya atau tidur di pangkuannya. Ia menemukan kedamaian dalam kehadiran mereka, dan di sanalah ia sering merenung, mengingat saat-saat indah bersama Jiyong dan mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Meskipun Seungri jarang keluar dari rumah, Jiyong tetap setia menghubunginya setiap hari. Setiap pagi, pesan dari Jiyong akan muncul di ponsel Seungri, disusul dengan panggilan di sore atau malam hari. Meskipun Seungri belum selalu siap untuk menjawab, ia merasa nyaman mengetahui bahwa Jiyong tidak menyerah padanya. Jiyong selalu berbicara dengan penuh perhatian, suaranya lembut dan menenangkan, seolah-olah ia memahami bahwa Seungri masih dalam proses penyembuhan.
Jiyong tidak hanya berhenti di situ. Ia juga sering mengirimkan buku-buku baru yang ia pikir akan disukai Seungri. Jiyong tahu bahwa Seungri memiliki selera yang sangat spesifik dalam hal buku, jadi ia meluangkan waktu setelah bekerja di kantor untuk pergi ke beberapa toko buku yang jarang dikunjungi orang. Ia akan menjelajahi rak-rak, mencari karya-karya yang mungkin menarik perhatian Seungri—entah itu novel klasik dengan ilustrasi yang indah, atau buku seni langka yang sukar ditemukan. Setiap buku dipilih dengan hati-hati, dan ia selalu memastikan ada catatan kecil di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanfictionStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...