di sidang

55 4 2
                                        

Setibanya di Lee mansion, Seungri keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Begitu masuk, suasana rumah terasa tenang seperti biasa, tetapi saat dia melewati ruang kerja sang ayah, suara Minho dan Byung Hun memanggilnya.

"Seungri! Masuk sini sebentar," panggil Minho dengan nada yang tidak bisa diabaikan.

Seungri berhenti dan mendesah dalam hati. Well, here we go, pikirnya. Dia berbalik dan melangkah ke ruang kerja itu, di mana ayahnya sedang duduk di kursi kulit besar di belakang meja, sementara Minho berdiri di samping, menatapnya dengan alis terangkat.

"Hyung, Appa," sapa Seungri dengan senyum kecil, mencoba meredakan suasana. "Waeyo?" Suaranya kecil dan ragu-ragu.

"Why didn't come home last night, Seungri?" tanya Minho langsung, suaranya tegas. "Kami semua khawatir."

Seungri menggaruk belakang lehernya, tersenyum sedikit gugup. "Aku menginap di tempat Jiyong hyung. Tapi aku sudah bilang Seungho-hyung."

"Aku tahu, tapi kamu tidak bilang pada kami langsung," jawab Minho, lebih ke nada khawatir dibandingkan marah.

Byung Hun, yang sejak tadi hanya memperhatikan, menghela napas dan menatap Seungri dengan lembut tapi tegas. "Seungri, kami tahu kamu sudah dewasa, tapi setidaknya beri tahu kami jika kamu tidak pulang. Kami hanya khawatir tentang kondisimu, nak."

Seungri mengangguk pelan, tahu bahwa mereka memang benar. Dia sering kali terbawa suasana dan lupa untuk memberikan informasi yang tepat kepada keluarganya. "Iya, aku minta maaf, Appa, Hyung. Semalam aku terlalu lelah dan aku juga punya banyak tugas, jadi Jiyong hyung mengajakku menginap di tempatnya supaya aku bisa istirahat."

Minho menatap Seungri dengan cermat, seolah mencoba menilai apakah dia jujur. "Kamu benar baik-baik saja?" tanyanya akhirnya.

Seungri tersenyum, kali ini lebih tulus. "Aku baik-baik saja, hyung. Memang capek banget, tapi aku sudah hampir selesai dengan tugas-tugas kuliahku. Dan Jiyong hyung sudah banyak membantuku untuk rileks."

Byung Hun menyipitkan mata sedikit. "Kami tidak keberatan kamu menghabiskan waktu dengan teman-temanmu, tapi kamu juga perlu mengingat batasanmu, Seungri. Kesehatanmu jauh lebih penting."

Seungri tahu bahwa ayahnya benar, dan meski sering merasa terkekang oleh perhatian keluarganya, dia juga tahu bahwa mereka hanya peduli. Dengan senyum kecil yang mencoba mencairkan suasana, Seungri mendekat ke Minho dan ayahnya, lalu merentangkan kedua tangannya seperti anak kecil yang meminta pelukan.

"Ayolah, Hyung, Appa... Jangan marah terus. Kalian tahu aku sayang kalian kan?" goda Seungri sambil menempelkan pipinya ke bahu Minho.

Minho tertawa kecil meski mencoba tetap serius. "Kamu tahu caranya membuat kami tidak marah lama, huh?"

Seungri tertawa pelan. "Of course, Hyung. It’s my special talent."

Byung Hun menggelengkan kepala dengan senyum tipis, akhirnya menyerah pada pesona putra bungsunya. "Baiklah, tapi lain kali beri tahu kami kalau kamu tidak pulang. Jangan buat kami khawatir."

Seungri mengangguk. "Promise, Appa."

Namun, Seungri dengan cepat menyadari bahwa ayahnya masih belum sepenuhnya tenang, meskipun suasana sudah mulai mencair. Untuk menghindari lebih banyak kemarahan atau pembicaraan serius, Seungri merapatkan dirinya ke sisi ayahnya dan dengan manja memeluk lengan Byung Hun. Tubuh Seungri yang lebih kecil terlihat begitu rapuh saat dia bersandar ke ayahnya, kepalanya menyandarkan diri di bahu Byung Hun.

"Appa, jangan marah terus dong," gumam Seungri dengan suara lembut dan sedikit manja. "Aku kan sudah buktikan hari ini aku bisa sendiri. I didn’t need to rely on our last name for everything."

Rebellious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang