Sinar matahari masuk melalui jendela besar, memenuhi ruangan Seungri dengan cahaya hangat. Tidak seperti Minho, yang sudah bangun dan mandi, siap dengan corporate attire, Seungri masih menikmati tidurnya untuk mulai terlambat.
Tak lama, dia menyeret dirinya keluar dari tempat tidur, kelelahan seperti masih menempel di tubuhnya. Peristiwa beberapa hari terakhir telah berdampak, membuatnya merasa fragile dan sedikit out of short atau tidak enak badan.
Terdengar ketukan pelan di pintunya menandakan kedatangan Minhee, salah satu maids di Lee mansion. Dia masuk dengan tergesa-gesa, membawa secangkir teh herbal yang masih panas dan sepiring buah-buahan kesukaan sang tuan muda.
"Selamat pagi, Seungri-ssi," sapanya dengan membungkuk. "Mandi sudah disiapkan, dan aku sudah menyiapkan pakaianmu untuk hari ini."
Seungri tersenyum. Minhee, seperti kebanyakan staf rumah tangga, memperlakukannya dengan campuran rasa hormat dan sentuhan perhatian keibuan.
Kamar mandi adalah tempat suci pribadi, surga bagi Seungri, penuh dengan uap dan marmer hangat. Saat Seungri berendam di bathtub, jarinya menelusuri bekas luka samar yang bersilangan di dadanya, pengingat terus-menerus akan his fragility.
Setelah mandi dan mengeringkan tubuhnya, dia melirik pakaian yang diletakkan di tempat tidur mewahnya. Itu adalah kaus putih simple dan ripped jeans hitam andalannya, kombinasi klasik yang menonjolkan tubuh rampingnya dan rambut putihnya, yang telah ditata Minhee dengan gaya acak-acakan yang sempurna.
Rona merah samar, ciri permanen dari kulit pucatnya, mewarnai pipi Seungri. Senyum nakal terpancar di wajahnya saat mengingat janji yang dia buat pada Sehun dan Daesung. Dia tidak sabar untuk melihat ekspresi wajah Sehun dan Daesung setelah mereka mendengar cerita tentang jiyong.
Saat itu, Eunji memasuki ruangan dengan tas travel kecil (something like pouch) di tangan. "Selamat pagi, Seungri-ah," sapanya, senyumnya secerah matahari terbit. "Did you sleep well?"
Seungri mengangguk, tersenyum. "Ya, not bad. Just the post-episode exhaustion seperti biasa."
Eunji memeriksa vitalnya dengan cermat seperti biasa, kekhawatirannya terlihat jelas dalam tatapannya. "Ingatlah untuk minum obatmu tepat waktu hari ini," dia mengingatkannya, menyerahkan pouch obat itu. "Terutama sebelum kelas. Kita tidak ingin insiden lain, kan?"
Seungri mendesah dramatis. "Arraseo, arraseo, sersan Eunji. I'll be good boy, aku janji."
Eunji terkekeh, kekhawatirannya sedikit berkurang. "Bagus. Sekarang, pergi. Sarapanmu semakin dingin di lantai bawah, dan Minho-ssi sudah tidak sabar."
Seungri meraih tas punggungnya, tas hitam yang dihiasi logo fakultas seni universitas prestisiusnya, salah satu yang terbaik di Seoul. Di dalamnya, dikemas dengan rapi sketchbook, iPad, beberapa oil pastels, dan earbudsnya yang tidak pernah ketinggalan.
Dia menuruni tangga megah, gema langkah kakinya yang familiar di lantai marmer yang dipoles. Di bawah, di ruang makan yang mewah, Minho duduk sedang melipat serbet, jasnya sudah disetrika dengan sempurna.
"Morning, sleepyhead," sapa Minho tanpa melihat ke Seungri. "Lama sekali."
Seungri duduk di kursi di seberang kakaknya, aroma kopi yang baru di seduh dan croissant memenuhi indra pemciumannya. "Selamat pagi, hyung. Jangan khawatir, aku tidak akan terlambat hari ini."
Minho mendesah, sedikit frustrasi terpancar di wajahnya. "Appa menelepon tadi malam. Dia khawatir tentang... adventures spirit so there's no motorcycle ride for at least few weeks, okay?"
Seungri menyeringai, nafsu makannya kembali. "Adventures is life, hyung. Tapi untuk hari ini, a chauffeured ride will suffice."
Seorang sopir, pria tegap berseragam hitam, menunggu mereka di hadapan sebuah mobil suv mewah di luar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanfictionStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...