bad day

26 3 1
                                    

Matahari pagi perlahan-lahan menembus jendela besar ruang makan di Lee Mansion. Byung Hun dan Min Jung sudah duduk di meja makan, menikmati sarapan mereka dengan tenang. Minho, yang biasanya sudah bangun lebih awal untuk berolahraga, juga sudah ada di sana, sibuk dengan sarapannya sambil memeriksa beberapa dokumen di tabletnya. Suasana pagi itu terasa damai, namun ada satu anggota keluarga yang belum hadir di meja makan.

Seungri, yang semalam mengalami demam, biasanya sarapan di tempat tidur saat sedang sakit. Namun, pagi ini, terdengar suara langkah kaki yang pelan dari arah tangga. Byung Hun, Min Jung, dan Minho secara bersamaan mengangkat kepala mereka, penasaran siapa yang datang. Saat mereka melihat sosok Seungri yang masih setengah mengantuk, tanpa mengenakan kaus, hanya celana piyamanya saja, mereka saling bertukar pandang.

Seungri mengucek-ngucek matanya, masih terlihat lelah, tapi ada senyum kecil di wajahnya. "Appa, eomma, kalian pulang cepat?" tanyanya dengan suara serak, sedikit terdengar berat karena baru bangun tidur.

Min Jung langsung berdiri dan berjalan mendekati Seungri, tanpa memperdulikan pertanyaan Seungri yang hanya sejenak ia jawab, "We missed you, sayang. Tapi kenapa tidak  pakai baju, Seungri-ah?" Suara Min Jung penuh dengan kehangatan, namun juga sedikit khawatir. Tangannya dengan lembut merapikan rambut putih Seungri yang kusut, lalu ia menggandeng Seungri, membawanya ke meja makan.

"Aku lupa," jawab Seungri sambil tertawa kecil, lalu duduk di kursi yang didorong oleh ibunya. "Aku bangun dan langsung turun ke sini, perutku berteriak lapar." Seungri mengusap-usap perutnya yang datar, mencoba mengusir kantuknya.

Min Jung menggeleng pelan, tapi senyumnya tidak pernah pudar. "Memang anak yang manja ya, Riri." Ia menunduk sedikit, mencium puncak kepala Seungri dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana perasaanmu pagi ini? Demamnya sudah turun?"

Seungri mengangguk, mengambil garpu dari piringnya dan mulai makan roti yang sudah dioleskan butter. "Aku merasa jauh lebih baik, demamnya sudah hilang." Ia berhenti sejenak, menikmati roti yang ia gigit, lalu melanjutkan, "Aku pikir, hari ini aku akan ke kampus, tugasku makin menumpuk."

Min Jung dan Byung Hun saling bertukar pandang, terlihat ada kekhawatiran di mata mereka. Mereka sangat mengenal putra bungsu mereka ini, dan tahu betul bagaimana kondisi kesehatannya kadang bisa menjadi penghalang. Minho, yang duduk di sebelahnya, mengangkat alis dan memandang Seungri dengan perhatian. "Yakin kamu sudah cukup pulih untuk ke kampus? Jangan terlalu memaksakan diri."

Seungri, yang sudah mulai menyantap bubur hangat yang dihidangkan untuknya, mengangguk dengan mantap. "Aku yakin, hyung. Aku ketinggalan banyak tugas, kau tau kan bagaimana puasnya kalau bisa mulai mengejar lagi." Ia mencoba terdengar optimis, tapi ada sedikit rasa pahit yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Min Jung kemudian memanggil salah satu pelayan, "Bawakan kaus untuk Seungri." Setelah itu, ia kembali duduk di sebelah putranya, menatapnya dengan penuh cinta dan sedikit kekhawatiran. "Sayang, kami tidak ingin kamu terlalu lelah. Kamu bisa mengatur ulang jadwalmu jika perlu."

Seungri mengangguk lagi, tapi kali ini dengan senyum kecil yang tidak sepenuhnya mencapai matanya. "I know, eomma. Tapi aku juga ingin kembali ke rutinitasku. Aku benci harus terus-terusan ketinggalan dan harus mengejar lagi. Itu sangat... melelahkan." Suaranya merendah di akhir kalimat, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Minho melihat adiknya, merasakan ketidakpuasan yang tersembunyi dalam kata-katanya. "Ri, tidak apa-apa kalau kamu perlu waktu lebih untuk kembali. Kesehatanmu lebih penting daripada apa pun."

Seungri mendesah pelan, meletakkan sendoknya dan bersandar di kursinya. Ia memandang keluar jendela sejenak, berpikir tentang bagaimana ia sering harus 'mengejar ketertinggalan' setiap kali ia jatuh sakit. Ada perasaan frustrasi yang perlahan merayap naik di dalam hatinya, perasaan bahwa tubuhnya sering kali menghalangi ambisi dan keinginannya untuk mengikuti jejak orang-orang yang ia kagumi.

Rebellious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang