Byung Hun menahan napas saat melihat garis itu tetap datar, suaranya bergetar ketika berbicara, “Dokter...”
Dr. Kim menatap mereka sekilas, lalu kembali fokus pada Seungri. “Kita belum selesai. Lanjutkan kompresi!” Dia kembali memberikan kompresi dada dengan kekuatan yang lebih besar, bahkan saat rasa lelah mulai terasa di lengannya. “Seungri, bangunlah! Jangan menyerah sekarang!”
Monitor masih menunjukkan garis lurus, dan suara-suara di ruangan seakan mulai memudar, seiring rasa putus asa yang perlahan-lahan muncul. Waktu terus berjalan, dan tim medis mulai mempertimbangkan bahwa mereka mungkin harus menyerah.
Namun, Dr. Kim tidak bisa membiarkan itu terjadi. “Sekali lagi, charge ke 360 joule,” katanya dengan suara rendah, hampir seperti berbicara kepada dirinya sendiri. "Kali ini, kita harus dapatkan dia kembali."
Saat elektroda kembali diisi dengan energi, Dr. Kim menarik napas panjang. “Clear!” serunya. Tubuh Seungri kembali terangkat, dan untuk sesaat yang terasa seperti keabadian, monitor tetap menunjukkan garis datar.
...
Namun, tiba-tiba, suara detak yang lemah terdengar, dan monitor menampilkan irama yang perlahan kembali. Detak jantung Seungri muncul kembali, meskipun lemah dan tidak teratur.
“Nadi kembali!” seru seorang perawat, suaranya dipenuhi kelegaan yang luar biasa.
Dr. Kim menghela napas panjang dan jatuh ke kursi di samping ranjang, tubuhnya terasa lelah setelah memberikan begitu banyak tenaga untuk menyelamatkan nyawa Seungri. “Stabilkan kondisinya, pastikan ventilator berfungsi dengan baik,” katanya, suaranya terdengar lebih lembut. "Kita berhasil mendapatkannya kembali, untuk sekarang."
Min Jung terjatuh ke lantai, tangisnya pecah sepenuhnya. Byung Hun segera memeluknya, mengusap punggungnya untuk menenangkan. Mereka berdua tahu bahwa mereka hampir kehilangan putra mereka hari ini. Namun, di tengah rasa takut dan kelelahan, ada secercah harapan yang kembali menyala.
Di luar kamar ICU, ketegangan mulai mereda. Namun, semua orang tahu bahwa Seungri masih belum benar-benar keluar dari bahaya. Ini hanyalah satu pertempuran dalam perang yang panjang, dan mereka harus tetap siaga setiap saat. Dr. Kim menatap Seungri yang masih terbaring tak bergerak, dan meskipun rasa lelah menguasainya, dia tahu bahwa mereka harus terus berjuang, sama seperti Seungri.
Saat kondisi Seungri kembali stabil, ruangan ICU terasa seperti menghela napas panjang. Perawat segera mengecek ulang semua peralatan, memastikan ventilator bekerja optimal dan infus berjalan lancar. Mesin terus memantau detak jantung Seungri yang meski lemah, perlahan mulai menunjukkan pola yang lebih teratur. Namun, ketegangan masih menggantung di udara; mereka semua tahu bahwa meskipun mereka berhasil mengembalikannya kali ini, situasinya tetap genting. Setiap menit bisa membawa perubahan.
Dr. Kim tetap berada di sisi ranjang, matanya tidak lepas dari monitor jantung. Dia tahu betapa rapuh kondisi ini—Seungri berada di antara hidup dan mati, dan hanya ketekunan serta keberuntungan yang dapat menentukan hasil akhirnya. "Pantau elektrolitnya setiap jam," Dr. Kim memberi instruksi kepada salah satu perawat. "Dan pastikan ada persediaan epinefrin yang siap digunakan. Kita mungkin butuh dosis tambahan kapan saja."
Byung Hun, dengan tangan yang masih gemetar, kembali meraih tangan Seungri yang dingin. Dia merasakan betapa kurus dan lemahnya tubuh putranya itu, seolah-olah semua energi telah terkuras dari dalamnya. Rasa bersalah mulai menyelinap masuk ke dalam hatinya, menghantui pikirannya dengan pemikiran tentang bagaimana ia seharusnya bisa melindungi Seungri lebih baik.
“Seungri, Appa di sini,” bisiknya, suaranya serak karena menahan emosi yang bergejolak. "Kamu sudah bertahan sejauh ini, Nak. Tolong, jangan menyerah." Byung Hun mengusap lembut tangan putranya, mencoba menyalurkan kekuatan yang ia sendiri merasa hampir habis.
Di sisi lain, Min Jung masih terisak pelan, wajahnya terlihat lelah dan penuh dengan kekhawatiran. Air matanya mengalir tanpa henti, tetapi dia berusaha untuk tidak menampakkan kelemahannya. "Eomma tahu kamu kuat, Seungri," suaranya terdengar pelan, hampir seperti doa. "Kami semua di sini untukmu. Bangunlah, Sayang. Kamu tidak boleh pergi."
Ketika Minho memasuki ruangan, ia disambut oleh pemandangan orang tuanya yang hancur dan Seungri yang terbaring tak bergerak di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, dan meskipun ia selalu berusaha tampak tegar di depan keluarganya, kali ini tak ada yang bisa menyembunyikan rasa takut yang mencengkram hatinya. Dia menghampiri Seungri dan berdiri di sampingnya, merasa seolah-olah dunia telah berhenti sejenak.
Dengan tangan yang gemetar, Minho menyentuh bahu Seungri, merasakan kehangatan yang samar dari kulitnya yang pucat. “Seungri, kamu dengar hyung, kan?” suara Minho bergetar saat ia berbicara, penuh dengan emosi yang tak lagi bisa ia bendung. "Kamu itu keras kepala sejak kecil. Aku ingat waktu kita kecil, saat kamu jatuh dari sepeda dan tetap memaksa untuk berdiri dan mencoba lagi. Kamu harus seperti itu sekarang, Seungri. Tetap keras kepala. Berjuanglah untuk bangun dan kembali kepada kami."
Air mata mulai menggenang di mata Minho, meskipun ia berusaha menahannya. "Hyung tidak bisa kehilangan kamu, Seungri," katanya dengan suara serak. "Kamu harus tetap hidup. Kami semua membutuhkamu di sini."
Dr. Kim memperhatikan ketiganya dengan mata yang penuh pengertian. Dia tahu betapa berat situasi ini bagi keluarga Lee, terutama bagi Minho yang tampak berjuang untuk tetap kuat demi adiknya. Meskipun ada saat-saat di mana semua upaya mereka terasa sia-sia, Dr. Kim tahu bahwa harapan adalah satu-satunya hal yang dapat memotivasi mereka untuk tidak berhenti berusaha.
Ia memberi isyarat kepada perawat untuk mempersiapkan beberapa tindakan pencegahan. “Pastikan dia mendapat dukungan inotropik untuk membantu mempertahankan tekanan darahnya,” Dr. Kim berkata, kembali memfokuskan dirinya pada kondisi Seungri. "Kita juga perlu memeriksa blood gas-nya. Lihat apakah ada tanda-tanda asidosis metabolik yang bisa memperburuk kondisinya."
Byung Hun dan Min Jung tetap berada di dekat Seungri, masing-masing memegang satu tangan putranya. Mereka berusaha memberikan kekuatan melalui sentuhan lembut dan kata-kata penuh kasih yang terucap di antara air mata. Mereka berbicara tentang masa-masa indah bersama, seolah-olah dengan mengingatkan Seungri tentang kenangan itu dapat menariknya kembali ke dunia nyata.
"Eomma ingat saat kamu bilang mau jadi pelukis besar, Seungri," kata Min Jung dengan suara yang lirih. "Kamu selalu bilang akan membuat lukisan yang bisa membuat kami bangga. Kamu masih harus melakukannya, Sayang. Kamu belum boleh pergi."
Minho bergabung dalam percakapan, meski suaranya masih terdengar berat karena emosi. "Dan ingat waktu kamu selalu datang ke kamarku saat takut gelap?" katanya, mencoba tersenyum meskipun air mata jatuh di pipinya. "Aku akan nyalakan lampu kamarmu setiap malam jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik, jadi kumohon, bangunlah. Kamu tidak perlu takut lagi."
Monitor terus berbunyi dengan irama yang tidak teratur, membuat semua orang merasa cemas setiap kali suara itu berubah. Tim medis masih memantau Seungri dengan seksama, memastikan semua langkah dilakukan untuk menjaga stabilitasnya. Mereka tahu bahwa kondisi Seungri masih jauh dari aman; ada begitu banyak variabel yang harus dikendalikan, mulai dari tekanan darah hingga kadar oksigen dalam darahnya. Bahkan sedikit perubahan bisa menjadi tanda bahaya.
Setiap jam yang berlalu, kondisi Seungri menjadi ujian bagi semua yang berada di sana. Bagi keluarganya, itu adalah perjuangan untuk tetap berharap dan tidak menyerah pada rasa takut. Bagi Dr. Kim dan tim medis, itu adalah tantangan untuk menggunakan segala pengetahuan dan keahlian mereka untuk menjaga nyawa seorang pemuda yang seolah tidak pernah berhenti berjuang.
Hari itu mungkin dimulai dengan damai, tetapi dalam sekejap berubah menjadi pertempuran hidup dan mati. Namun, satu hal yang jelas—Seungri tidak pernah sendirian. Dia dikelilingi oleh cinta dan harapan dari keluarganya, serta ketekunan dan usaha dari tim medis yang tidak pernah menyerah. Seungri berjuang dengan segala kekuatannya, dan bersama-sama mereka menolak untuk menyerah pada kemungkinan terburuk.
Ketika akhirnya malam tiba dan ruangan ICU menjadi sunyi, Min Jung, Byung Hun, dan Minho tetap berada di samping Seungri, mengawasi napas lemah yang perlahan-lahan mengisi paru-parunya. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tetapi mereka tahu satu hal—mereka akan terus berada di sana, berbicara kepadanya, merasakan kehangatannya, dan memegang tangannya, sampai Seungri benar-benar kembali kepada mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/363878722-288-k528320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanficStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...