Minho berdiri di sebuah ruangan kosong, jauh dari pandangan siapa pun. Suara angin yang berdesir dari luar satu-satunya suara yang terdengar selain detak jam di pergelangan tangannya. Tempat ini terpencil, tanpa saksi, tanpa jejak, hanya ia dan Jihoon. Di tengah ruangan, Jihoon duduk dengan tangan terikat di belakang kursi, wajahnya masih menunjukkan sisa-sisa keberanian palsu, meskipun ada ketakutan di matanya yang tak bisa ia sembunyikan.
Minho melangkah masuk, sepatu kulitnya bergema di lantai beton yang dingin. Ia mengenakan jas hitam yang rapi, tetapi pandangan matanya jauh dari kesan beradab. Pandangannya gelap, penuh dengan kemarahan yang membara, hampir menyerupai bara api yang siap meledak.
"Ah, Jihoon," kata Minho, suaranya tenang namun dingin seperti es. "Kita akhirnya bertemu lagi. Comfortable?" tanyanya dengan nada mengejek, sambil mendekat ke pria itu.
Jihoon hanya menatapnya dengan kebencian, meskipun tubuhnya jelas menggigil. "You think you scare me?" suaranya bergetar, mencoba mempertahankan kendali.
Minho tertawa kecil, tapi tidak ada humor dalam suara itu. "Oh, no, Jihoon. I don’t want you scared yet. Not until I make you feel what my brother felt." Ia mencondongkan tubuh ke arah Jihoon, menatap lurus ke matanya. "Do you know what you did to Seungri? Do you really know?"
Jihoon mencoba membalas dengan tatapan menantang, tapi Minho melanjutkan tanpa memberinya kesempatan. "You broke him. You tortured him, made him bleed, made him suffer. And now... it's your turn."
Minho mengeluarkan sarung tangan kulit dari saku jasnya, mengenakannya perlahan, satu per satu, sementara Jihoon mulai gelisah di kursinya.
"Minho... listen, this isn't going to fix anything," Jihoon mencoba merayu, suaranya semakin panik. "You’re better than this. Your family—"
"My family?" Minho memotong, suaranya meledak untuk pertama kalinya. "You think you have the right to talk about my family? Setelah apa yang kau lakukan pada adikku?" Ia mendekatkan wajahnya ke Jihoon. "You don’t get to talk your way out of this. Tidak ada hukum yang cukup keras untukmu, jadi aku akan menjadi hukummu hari ini."
Minho memberi isyarat ke salah satu orangnya di sudut ruangan. Seorang pria dengan pakaian hitam menyeret sebuah kotak logam besar ke tengah ruangan, membukanya untuk memperlihatkan berbagai alat—dari pisau kecil, palu, gergaji hingga banyak lagi benda yang lebih menyeramkan. Jihoon menelan ludah, wajahnya memucat saat melihat apa yang ada di hadapannya.
Minho mengambil salah satu pisau kecil itu, memutarnya di antara jarinya dengan cekatan sebelum mengarahkannya ke Jihoon. "You like to hurt people, don’t you, Jihoon? Let’s see how it feels."
Ia mulai perlahan, menarik pisau itu melintasi lengan Jihoon, hanya cukup untuk meninggalkan luka dangkal tetapi terasa menyakitkan. Jihoon berteriak, tetapi Minho tidak berhenti. "Ini baru permulaan," katanya dengan dingin.
Setelah beberapa menit, Minho berhenti sejenak, menatap Jihoon yang mulai terengah-engah, keringat bercucuran di wajahnya. "Bagaimana rasanya?" tanyanya, suaranya penuh kebencian. "Itu hanya sebagian kecil dari apa yang kau lakukan pada Seungri."
Jihoon mencoba berbicara, tetapi Minho tidak memberinya kesempatan. Ia mengarahkan pukulan keras ke wajah Jihoon, membuat darah mengalir dari sudut bibirnya. "You deserve every second of this," kata Minho dengan suara bergetar, amarahnya semakin memuncak.
Saat Jihoon mulai menangis, memohon untuk berhenti, Minho hanya tertawa kecil. "You’re crying now? What a coward. Seungri didn’t even cry like this. Dia lebih kuat darimu, bahkan saat kau hampir membunuhnya."
Sementara darah menetes dari Jihoon ke lantai, Minho mengatur napasnya, mencoba mengendalikan kemarahannya yang semakin membara. Tapi di kepalanya, bayangan Seungri yang terbaring di ranjang rumah sakit, hampir kehilangan nyawanya, terus menghantui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanfictionStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...