scolded

111 4 0
                                    

Setibanya di mansion Lee, suasana tegang segera terasa ketika Seungri keluar dari mobil dengan langkah yang terhuyung-huyung. Pucat pasi, tubuhnya tampak rapuh, dan keringat dingin membasahi wajahnya. Para bodyguard yang berjaga segera bereaksi, mereka berlari mendekat dengan cepat, merasa perlu membantu majikan muda mereka. Salah satu dari mereka, Seungho, meraih lengan Seungri dengan hati-hati, memastikan agar pemuda itu tidak terjatuh.

“Pelan-pelan, Seungri-ssi,” ujar Seungho dengan suara lembut, tetapi tegas, saat dia dan satu bodyguard lain menopang Seungri, membantu membawanya menuju kamarnya.

Seungri bergantung pada mereka, langkahnya terseret, matanya separuh tertutup, seolah melawan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Tangan Seungri gemetar, dan napasnya terengah-engah. Dengan setiap langkah, napasnya terasa semakin berat. Keringat terus mengalir dari dahinya, tanda bahwa kondisinya benar-benar buruk.

Setelah mencapai kamarnya, para bodyguard memanggil Eunji, perawat pribadi Seungri yang sudah terbiasa dengan situasi-situasi darurat seperti ini. Eunji datang dengan cepat, membawa tas medisnya. Wajahnya menegang saat melihat kondisi Seungri, tetapi profesionalismenya segera mengambil alih. Dia mendekati Seungri, yang kini duduk lemas di tempat tidurnya.

"Seungri-ssi, apa yang terjadi? Berapa lama kamu merasa seperti ini?" tanya Eunji, dengan suara yang lembut namun tegas, sambil mulai memeriksa Seungri secara menyeluruh.

Seungri, yang tampak terlalu lelah untuk menjawab langsung, hanya menggeleng pelan, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa tak nyaman. Suaranya terdengar rapuh saat akhirnya berbicara, "Pusing, noona... Pagi tadi muntah," gumamnya, nyaris tak terdengar, sementara matanya terpejam.

Eunji segera mengambil stetoskopnya, memeriksa detak jantung Seungri. Ritme jantungnya terdengar tidak stabil—lebih cepat dari yang seharusnya, menandakan tubuhnya sedang berjuang keras. Sambil tetap tenang, dia melanjutkan dengan mengecek tekanan darahnya yang turun cukup signifikan. “Kamu dehidrasi dan tekanan darahmu rendah,” ujar Eunji sambil mengambil obat-obatan di tas medisnya.

Seungri berbaring tak berdaya di tempat tidurnya. Wajahnya semakin pucat, dan pandangannya mulai kabur. “Noona... kepalaku berat sekali...” keluhnya pelan, suaranya serak.

Eunji paham, Seungri mengalami kombinasi mabuk berat dan efek samping dari kurangnya asupan cairan. Dia dengan cekatan menyuntikkan obat anti-mabuk dan penenang untuk membantu mengurangi gejala mual yang parah. “Ini akan membantumu merasa sedikit lebih baik, Seungri-ssi. Aku juga akan pasang infus untuk hidrasi,” ucapnya, memasang jarum infus di lengan Seungri dengan hati-hati. Seungri, yang sudah terlalu lemah untuk melawan, hanya mengangguk kecil, pasrah dengan apa pun yang akan dilakukan padanya.

Eunji menatap wajah Seungri yang terlihat semakin lelah, napasnya masih terdengar berat. Segera, dia menempatkan masker oksigen di wajah Seungri untuk membantunya bernapas lebih baik. "Seungri-ah, tarik napas dalam-dalam, pelan-pelan, oke?" ujar Eunji, berusaha menenangkan, meskipun kekhawatiran tetap menghantui pikirannya.

Seungri menarik napas dalam-dalam melalui masker oksigen. Sedikit lega, meski rasa nyeri di dadanya masih membekas. Dia melirik Eunji dengan mata yang terlihat lelah namun penuh rasa terima kasih. “Terima kasih, noona. I feel better, i guess,” ucapnya lemah.

Eunji tersenyum kecil, meski hatinya masih khawatir. "Itu tugas noona untuk merawatmu, Seungri-ah. Kamu harus istirahat sekarang," ujarnya lembut, memastikan agar posisi tubuh Seungri tetap nyaman di tempat tidurnya.

Beberapa jam kemudian, saat fajar mulai menyingsing, suara langkah cepat terdengar di lorong. Minho baru saja kembali dari perjalanan bisnis di luar negeri dan mendengar kabar bahwa adiknya tidak baik-baik saja. Rasa cemas menggelayuti hatinya saat ia bergegas menuju kamar Seungri. Saat membuka pintu, pandangannya langsung tertuju pada tubuh Seungri yang terbaring dengan masker oksigen, wajahnya masih pucat, napasnya terdengar berat meski lebih stabil daripada sebelumnya.

"Seungri, what happened?" Minho mendekat, suaranya penuh kekhawatiran yang sulit disembunyikan.

Seungri membuka matanya dengan susah payah, menatap Minho dengan ekspresi lelah dan rasa bersalah. "Hyung... I feel really bad," suaranya hampir berbisik, serak dan bergetar.

Minho merasakan gelombang kecemasan yang semakin menguat. Dia berlutut di samping tempat tidur Seungri, menggenggam tangan adiknya dengan erat. “Seungri, this is the second time this month. Aku tidak bisa terus begini, khawatir setiap kali kamu pergi,” ucap Minho, nada suaranya tegang dengan emosi yang tertahan.

Seungri menundukkan kepalanya, rasa bersalah terlukis jelas di wajahnya. "Mianhae, hyung," gumamnya pelan, berusaha menahan air mata. "Aku cuma... aku nggak mau membuatmu khawatir, tapi..."

“Tapi apa, Seungri?” potong Minho, suaranya meninggi sedikit, frustrasi mulai mendidih. “Kamu tau kondisi jantungmu tidak untuk dibuat main-main! It’s not under control, and you know that!”

Minho menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Dia mengusap punggung Seungri dengan lembut, tetapi tetap tegas. "Aku tidak mau harus selalu khawatir untuk kehilanganmu setiap kali kamu pergi keluar malam. You have to be more responsible.”

Seungri mengangguk lemah, terjebak antara rasa bersalah dan rasa frustasi atas kondisinya sendiri. "Aku... aku pergi ke club dengan teman-temanku, hyung. Aku tahu ini bodoh, tapi aku ingin... aku hanya ingin merasa normal," ucapnya dengan suara bergetar, sulit mengakui betapa rapuhnya dirinya di depan kakaknya yang selalu terlihat begitu kuat.

Minho mengepalkan tangannya, menahan rasa marah dan frustasi. "Seungri, kamu bisa mati karena hal ini. Do you understand that?" ucapnya tajam, meskipun suaranya kini lebih rendah dan terkontrol.

Eunji yang sedari tadi mendengarkan dengan cermat, merasa perlu untuk masuk dan menjelaskan secara medis. "Minho-ssi, Seungri mengalami mabuk berat kemarin malam, dan paginya dia mengalami hangover parah, yang memperparah kondisinya. Saat pulang, dia dalam keadaan dehidrasi dan kesulitan bernapas, tapi untungnya sekarang sudah lebih stabil setelah mendapat oksigen dan infus," jelasnya dengan nada profesional.

Minho mengangguk, meskipun rasa khawatirnya belum benar-benar hilang. Dia menatap Seungri dengan tajam, rasa cinta dan rasa takut kehilangan adiknya bersatu dalam tatapan itu. “Seungri, ini tidak bisa terus terjadi. Kamu harus bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Tidak ada lagi tindakan sembrono seperti ini. I’m serious."

Seungri menunduk lagi, menelan rasa bersalah yang semakin menyesakkan dadanya. "I promise, hyung. Aku akan lebih hati-hati," janjinya, suaranya rendah namun tulus.

Minho berdiri, menatap adiknya dengan tatapan yang masih keras, tetapi ada rasa lega di sana. “Good. Sekarang istirahatlah, and let’s make sure this doesn’t happen again,” katanya dengan nada yang sedikit lebih lembut.

Seungri menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk pelan, membiarkan kelelahan menguasai tubuhnya kembali. Eunji tetap berjaga di sisi Seungri, memastikan kondisinya tetap stabil, sementara Minho melangkah keluar dari kamar, pikirannya masih dipenuhi oleh rasa khawatir yang tak kunjung sirna.

tbc.

Rebellious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang