days after

38 5 2
                                        

Hari-hari setelah Jihoon berhasil dihadapi adalah masa yang penuh ketegangan dan keheningan bagi Seungri. Keluarganya sudah memastikan bahwa Jihoon tidak lagi bisa menyakiti mereka atau memanipulasi situasi untuk melawan mereka, tetapi luka yang ditinggalkannya di hati Seungri masih terasa perih. Setiap kali ia mengingat kata-kata kejam yang Jihoon katakan tentang Jiyong—tentang bagaimana Jiyong hanya mempermainkan perasaannya, bagaimana ia hanyalah alat dalam permainan kekuasaan yang lebih besar—hati Seungri terasa seperti disayat.

Jiyong sudah mencoba menghubunginya berkali-kali. Setiap hari, ponsel Seungri dipenuhi dengan pesan-pesan dan panggilan tak terjawab dari Jiyong, tetapi Seungri belum siap untuk membalasnya. Pesan-pesan itu seringkali hanya dibaca sepintas sebelum Seungri kembali menutup layar ponselnya, terjebak dalam kebingungan dan ketakutan yang menguasai hatinya. Ia ingin percaya pada Jiyong, ingin merasakan kembali hangatnya kasih sayang yang selama ini mereka bagi, tetapi kata-kata Jihoon terus menghantuinya.

Pada suatu sore yang tenang, Seungri duduk di kamarnya, dikelilingi oleh karya-karya seni yang ia buat dengan penuh cinta dan ekspresi. Ia memegang ponselnya di tangan, memandangi deretan pesan yang dikirim Jiyong selama seminggu terakhir. Dalam hati, Seungri merasa bersalah karena membiarkan Jiyong menunggu tanpa jawaban, tetapi ketakutan dan kebingungannya telah menahan langkahnya.

Seungri menghela napas panjang dan memutuskan untuk membuka salah satu pesan dari Jiyong, membacanya lebih teliti kali ini.

Jiyong: “Seungri, I don’t know what’s going on, but please talk to me. I miss you. I need to know that you’re okay.”

Pesan berikutnya mengungkapkan kegelisahan Jiyong yang semakin besar.

Jiyong: “Please, just tell me what happened. Did I do something wrong? I’m so worried about you. I can’t stop thinking about you.”

Pesan itu diikuti dengan panggilan tak terjawab yang berderet, beberapa pesan suara yang tidak pernah dibuka Seungri, dan pesan-pesan yang semakin lama semakin penuh dengan keputusasaan.

Jiyong: “I’m sorry if I hurt you. Whatever it is, I’ll fix it. Just please don’t shut me out. I need to hear your voice, Seungri.”

Hati Seungri terasa berat saat membaca setiap kata. Jiyong tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan Seungri menyadari betapa Jiyong juga menderita karena ketidakjelasan ini. Dengan tangan gemetar, Seungri menekan ikon telepon di sebelah nama Jiyong, berharap panggilannya tidak terlalu terlambat.

Nada sambung berbunyi beberapa kali sebelum akhirnya suara Jiyong terdengar di ujung sana, penuh kegelisahan dan harapan.

“Seungri?” Jiyong hampir terdengar terkejut, suaranya parau. “Is that you?”

“H-hyung,” Seungri berbisik, suaranya tersangkut di tenggorokan. “I’m sorry for not answering you earlier…”

Jiyong menghela napas lega yang panjang, dan Seungri bisa mendengar nada gugup di balik kelegaan itu. “I’ve been so worried about you, Seungri. What happened? Why did you suddenly stop talking to me?”

Seungri menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjelaskan. “It’s… it’s not your fault, hyung. It’s just… someone told me things, and i… i didn’t know what to believe anymore.”

Jiyong terdiam sesaat, mungkin mencoba memahami apa yang baru saja didengarnya. “What did they say?” tanyanya hati-hati, penuh perhatian. “Seungri, you know you can trust me, right? You can tell me anything.”

Seungri menggigit bibirnya, menahan emosi yang mulai membanjiri. “It was Jihoon… he said you were just using me. That you didn’t really care about me. He showed me things… things that made me doubt everything.”

Di ujung telepon, Seungri bisa mendengar Jiyong menarik napas dalam, seolah-olah kata-kata itu menamparnya. “Seungri… that’s not true. None of it is true. I would never do that to you. You mean everything to me, and i hate that he made you feel like this.”

Seungri menahan isakan yang hampir keluar. “I… i want to believe you, hyung. I really do. But everything he showed me felt so real. And i was scared… scared that maybe i was just being naïve, that maybe i was just… a fool.”

“Seungri, hear me out,” Jiyong berkata dengan intensitas yang terdengar jelas meskipun mereka hanya berbicara melalui telepon. “I need you to understand something. Everything we’ve been through, everything I’ve ever said to you—it’s all real. What Jihoon did was to tear us apart because he knew how much you mean to me. He knew that hurting you would hurt me, he also knew that hurt you will destroy your family.”

Seungri menggigit bibirnya lebih keras, mencoba menahan air matanya. “Jiyong hyung… I’m sorry for doubting you. I didn’t want to believe him, but i was so confused. I just… i didn’t know what to do.”

“Don’t apologize, Seungri,” kata Jiyong lembut, suaranya kini lebih tenang, penuh kasih. “I understand why you felt that way. Jihoon is manipulative, and he knew exactly how to get to you. But please, trust me when i say that i would never, ever hurt you like that. You’re too important to me.”

Seungri terdiam, membiarkan kata-kata Jiyong meresap ke dalam hatinya. “I… i want to trust you again, hyung. I really do. But it’s going to take some time. I’m still scared, even though I know it’s irrational.”

Jiyong mengangguk, meski Seungri tidak bisa melihatnya. “Take all the time you need, Seungri. I’ll wait for you. I’ll do whatever it takes to earn your trust again. Just know that I’m here, and I’m not going anywhere.”

Mendengar kata-kata itu, Seungri merasa hatinya mulai mencair sedikit demi sedikit. “Thank you… for understanding. I don’t want this to end, Jiyong. I don’t want to lose you.”

“Kau tidak akan kehilanganku, Seungri-ah,” Jiyong berkata dengan keyakinan yang mendalam.

Seungri merasa air mata hangat mulai mengalir di pipinya, tetapi untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, ia merasa lega. “Aku… aku akan coba untuk mempercayaimu lagi, hyung. Aku benar-benar ingin melakukannya.”

“Itu sudah lebih dari cukup untukku, Seungri-ah.” Jiyong menjawab, suaranya penuh dengan kelegaan dan harapan. “I love you, Seungri. And i will always love you, no matter what happened."

Seungri menggigit bibirnya, mencoba menahan perasaan yang meledak-ledak dalam dadanya. “Aku takut kehilanganmu karena semua ini, tapi sekarang… aku merasa sedikit lebih baik.”

“Bagus,” Jiyong menjawab lembut. “Karena aku tidak pernah berniat untuk pergi. Kita bisa membicarakan semuanya, memperbaiki semuanya, asalkan kita masih bersama.”

Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang kini terasa lebih menenangkan. Seungri merasa bahwa meskipun masih ada luka dan ketakutan yang harus dihadapi, mereka akan bisa melewatinya bersama.

Malam itu, mereka berbicara lebih lama, tentang hal-hal kecil yang tidak ada hubungannya dengan Jihoon atau masalah yang mereka hadapi. Mereka berbicara tentang seni, tentang musik, tentang mimpi-mimpi mereka, seolah-olah mereka mencoba menemukan kembali alasan mengapa mereka begitu cocok satu sama lain. Setiap kata yang diucapkan, setiap tawa yang mereka bagi, membantu memperbaiki hubungan mereka sedikit demi sedikit.

Pada akhirnya, ketika mereka berpisah untuk tidur, Seungri merasa sedikit lebih ringan. Seungri akhirnya bisa tertidur, merasa lebih damai daripada yang ia rasakan dalam seminggu terakhir.

tbc.

Rebellious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang