pulang

36 4 0
                                    

Hari itu akhirnya tiba. Setelah lebih dari seminggu berada di rumah sakit, Seungri akhirnya diizinkan pulang oleh Dr. Kim. Suasana di kamar rumah sakit itu penuh dengan campuran perasaan-antara lega karena akan segera bebas dari "kurungan" rumah sakit, tetapi juga perasaan yang tidak sepenuhnya senang untuk kembali ke kenyataan.

Dr. Kim, yang sudah menjadi semacam figur ayah kedua bagi Seungri, berdiri di samping tempat tidur dengan clipboard di tangan. Wajahnya menunjukkan senyum kecil yang mengandung campuran ketegasan dan perhatian. "Seungri," katanya dengan suara yang selalu tenang, "kamu sudah menunjukkan kemajuan yang baik, dan jantungmu stabil selama beberapa hari terakhir. Jadi, aku akan mengizinkanmu pulang. Tapi ingat, ini bukan berarti kamu bisa langsung kembali beraktivitas penuh seperti biasa."

Seungri mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan senyum yang mulai muncul di bibirnya. "Terima kasih, Dr. Kim. Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk pulang."

Dr. Kim menurunkan clipboard-nya, melihat Seungri dengan pandangan tajam. "Aku benar-benar serius, Seungri. Kamu harus tetap hati-hati. Ingat, ini bukan berarti kamu sudah sepenuhnya pulih. Kamu masih perlu istirahat, minum obat dengan teratur, dan menjaga diri dengan baik. Jangan terlalu memaksakan diri."

Minho, yang berdiri di dekat jendela seperti biasa, menyimak setiap kata yang diucapkan oleh Dr. Kim. Dia mendekat, tangannya terlipat di depan dada, ekspresinya serius namun penuh perhatian. "Aku akan pastikan dia mengikuti semua instruksi, Dok," ujarnya dengan nada yang tegas.

Seungri memutar matanya. "Hyung, I'm not a kid anymore, i can take care of myself."

"Jangan coba-coba, Seungri," Minho memperingatkan, dengan nada yang menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak bercanda. "Kau tahu aku akan memastikanmu mengikuti semua instruksi Dr. Kim. Dan jika aku harus melarangmu menyentuh buku-buku kuliahmu untuk beberapa hari, aku akan melakukannya."

"Dan jangan lupa," Dr. Kim menambahkan, "kamu masih harus menjalani beberapa tes lanjutan di rumah sakit dalam minggu-minggu ke depan. Jadi, kita belum sepenuhnya selesai di sini."

Seungri menelan ludah, mencoba menutupi kecemasannya. "Iya, aku tahu, Dok. Aku akan datang tepat waktu untuk semua appointment." Ada jeda sejenak, sebelum dia melanjutkan, "Aku cuma... aku cuma tidak mau ketinggalan lagi di kampus. Aku sudah terlalu sering tertinggal, dan ini membuatku merasa seperti selalu mengejar ketinggalan itu. Padahal aku sudah berusaha hati-hati dengan kondisiku."

Dr. Kim menghela napas, berjalan lebih dekat dan meletakkan tangannya di bahu Seungri. "Seungri, kamu harus ingat bahwa kamu berbeda dari yang lain, dan itu bukan sesuatu yang buruk. Tubuhmu punya batasan, dan kamu harus belajar mendengarkannya. Tidak ada yang ingin melihatmu kembali ke sini dalam kondisi yang lebih buruk hanya karena kamu terlalu memaksakan diri. Satu atau dua minggu lagi tidak akan merugikanmu secara akademis, tapi memaksakan diri bisa merugikanmu secara kesehatan."

Seungri mengangguk lagi, lebih pelan kali ini, dan membiarkan kata-kata Dr. Kim meresap. Tapi jauh di dalam hatinya, ada perasaan yang tak bisa dia usir-perasaan bahwa dia selalu menjadi yang tertinggal, bahwa dia selalu harus berusaha lebih keras hanya untuk mengejar apa yang orang lain dapatkan dengan mudah.

Orang tuanya, Tuan dan Nyonya Lee, tiba beberapa saat kemudian. Wajah mereka dipenuhi dengan senyuman lega begitu mereka melihat Seungri dalam keadaan siap untuk pulang. Ibu Seungri, yang selalu penuh kasih sayang, segera menghampiri tempat tidurnya, mengusap rambut putihnya dengan lembut. "Oh, Seungri sayang, kami sangat senang kamu bisa pulang. Kami sudah menyiapkan kamarmu."

Seungri tersenyum tipis, tapi tetap ada sesuatu yang tertahan di balik senyumnya. "gomawo, eomma. Aku juga senang bisa pulang."

Lee byung hun berdiri di belakang istrinya, mengangguk dengan penuh pengertian. "Tapi ingat, Seungri, kamu harus tetap beristirahat di rumah. Tidak ada yang lebih penting dari kesehatanmu. Kampus dan semua itu bisa menunggu."

Rebellious Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang