Seungri berjalan menuruni tangga megah menuju living room that already turn into makeshift home theater. Minho memperhatikan dari atas, raut khawatir nampakny tak bisa lepas dari wajahnya. Seungri bersikeras menghadiri movie night bersama teman-temannya. Itu adalah pemberontakan kecil, Minho tahu itu cara bagi Seungri untuk mendapatkan kembali sedikit normalcy.
Teman-teman Seungri, Sehun dan Daesung, sudah ada di sofa mewah di ruang keluarga yang luas, bioskop dadakan lengkap dengan proyektor dan layar besar. Popcorn dan snacks lainnya sudah tersedia di atas meja kopi.
"Seungri-ah, kau terlihat pucat," kata Sehun, kekhawatirannya terlihat jelas saat Seungri duduk di beanbag chair.
"Just another brush with the Grim Reaper," canda Seungri, suaranya serak. "Tapi yang penting aku di sini, bukan?"
Daesung, menepuk bahunya. "Itu Seungri yang kami kenal! Sekarang, kita nonton apa malam ini?"
Seungri menyeringai, kali ini tulus. "Classic. 'Fight Club.'"
Minho, yang berada di dekat pintu, mengangkat alisnya. "'Fight Club'? Seriously, Seungri?"
"Don't worry, hyung," balas Seungri, dengan smirk nakal di matanya. "There's no projecting myself ontoTyler Durden."
Minho terkekeh dengan tingkah adiknya itu, tampaknya Seungri sudah baik-baik saja. Dia kembali ke atas, meninggalkan ketiganya untuk movie night mereka.
Ruangan menggelap saat film dimulai. Soundtrack yang berdentum dan visual yang kasar memenuhi ruangan, untuk sesaat membawa Seungri menjauh dari gilded cagenya dan memasuki dunia cinema yang abstract dan kacau. Dan anehnya Seungri tertarik pada pesan film yang menolak norma sosial dan penuh kegilaan, sentimen yang bisa dia mengerti dengan baik.
Seiring berjalannya film, tawa dan bisik komentar mereka memenuhi ruangan. Sehun, yang selalu sinis, mencerminkan humor kelam Tyler Durden. Daesung, di sisi lain, tetap tercengang dan sedikit bingung apalagi di scene the narrator mencari-cari Tyler Durden. Seungri, bagaimanapun, duduk dengan tenang, pandangannya terpaku pada layar.
Kemudian, saat post credit scene bergulir, keheningan menyelimuti mereka. Sehun dan Daesung tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, memproses isi film. Seungri, tampak tersesat di dunianya sendiri.
"Mengingatkanmu pada sesuatu?" Sehun akhirnya bertanya.
Seungri meliriknya, lalu kembali ke layar kosong. "Mungkin," Seungri akui, suaranya nyaris berbisik.
"Jangan bilang kau diam-diam ingin memulai fight club, buat pabrik sabun?" canda Daesung, memecah ketegangan.
Seungri terkikik, tawa tulus yang menghangatkan ruangan. "Mungkin bukan fight club," dia merenung, "but maybe sedikit... rebellion is healthy, wouldn't you say?."
Sehun menyeringai. "nah itu! Sekarang, siapa yang mau bertarung sungguhan? video game, ada yang mau?"
Daesung langsung melompat kegirangan, "next mission, rebellion video game!" merangkul Seungri dan Sehun menuju ruangan game pribadi Seungri.
.
.
.
.Pertempuran virtual sedang berlangsung sengit. Avatar yang dimainkan Seungri, meliuk-liuk di bentang digital, jarinya bergelut dengan stick kontroler. Sehun, si ahli strategi, meneriakkan perintah dari posisinya di seberang meja kopi, sementara Daesung, tawanya bergema di ruangan itu, mengejar tentara musuh dengan ceroboh.
Di tengah sesi bermain video game, pintu berderit terbuka. Minho, berdiri di ambang pintu dengan lengannya menyilang. Jam di dinding menunjukkan 22:15 - sudah lewat waktu tidur Seungri yang seharusnya.
"Alright boys," Minho mengumumkan, suaranya memotong suara tembakan virtual. "Party's over. Besok kalian kuliah"
Sehun mengerang, karakternya dihancurkan oleh granat musuh tepat waktu. "Ah, ayolah hyung! Satu ronde lagi?"
Daesung, masih tersenyum lebar meski avatarnya hancur, beranjak dari sofa. "Ya, Minho-hyung! Kami baru saja akan menang!"
Seungri, dengan enggan meletakkan kontrolernya, merasakan kelelahan ternyata sudah melanda namun masih ingin lanjut bermain, memberikan puppy dog eye pada minho, "Ayolah, hyuuung. just one more round..."
Minho, tidak terpengaruh oleh permohonan mereka, berdiri teguh. "Tidak. Waktunya semua orang pulang. Kalian ada kelas besok, dan Seungri..." dia menatap tajam ke arah adik laki-laki nya, "perlu istirahat."
Sehun cemberut main-main. "Arraseo, kita lanjut ini lain kali."
Daesung mengangguk antusias. "Loser beli bubble tea minggu depan!"
Seungri terkekeh. "Deal. But only if you guys can put up a fight ."
Saat Sehun dan Daesung mengumpulkan barang-barang mereka, Seungri mendekat, tatapan licik di matanya. "Hei, guys, aku punya cerita untuk kalian. Kalian belum dengar sepenuhnya kan tentang bagaimana aku berakhir di tempat gd hyung beberapa hari yang lalu..."
Sehun dan Daesung saling bertukar pandang, rasa ingin tahu mereka terusik. "Spill the tea, Seungri-ah!" Sehun mendesak.
Seungri menyeringai. "Oh, I will... but not now. Besok, setelah kelas selesai. Ini melibatkan someone's luxurious apartment, confusing chauffeur, and... let just say this story make. you don't want to miss."
"Deal!" seru Daesung. "Tapi sebaiknya kau tepati janji, Seungri-ah. atau kau yang beli bubble tea untuk seminggu penuh!" Sehun langsung berbinar mendengar bubble tea.
Seungri mengedipkan mata. "Jangan khawatir, kalian tidak akan kecewa. Sekarang, enyahlah sebelum Minho-hyung mengambil pengusir lalat."
Dengan serentetan perpisahan dan janji untuk bertemu lagi, Sehun dan Daesung keluar dari mansion, meninggalkan Seungri sendirian dengan Minho. Ketegangan yang menyelimuti ruangan saat kedatangan Minho sebelumnya sedikit menghilang, digantikan oleh keheningan yang nyaman.
tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanficStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...