Hari-hari berikutnya berlalu dengan lambat dan penuh ketidakpastian. Di ruang ICU yang senyap namun penuh ketegangan, Seungri terbaring dalam kondisi yang sangat kritis, alat-alat medis memenuhi tubuhnya yang lemah. Monitor detak jantung berbunyi dengan suara berirama, infus terpasang di kedua lengannya, dan ventilator mekanik membantu pernapasannya yang tersengal-sengal. Berbagai selang dan kabel terhubung ke tubuhnya, memberikan kesan betapa rapuh dan tergantungnya hidupnya pada teknologi medis. Tim medis terus berjaga, memastikan bahwa setiap perubahan pada kondisi Seungri terdeteksi segera. Mereka waspada terhadap kemungkinan komplikasi, mulai dari infeksi hingga aritmia, dan siap memberikan intervensi medis kapan saja diperlukan.Lee Min Jung, hampir tidak pernah meninggalkan sisinya. Setiap hari, dia duduk di kursi samping tempat tidur putranya, menggenggam tangan Seungri dengan lembut. Meski tangan itu terasa dingin dan tidak ada respons, dia tetap berbicara padanya dengan penuh kasih sayang, seakan berharap kata-katanya bisa menembus kesadaran Seungri. "Sayang... Eomma di sini. Kamu harus kuat, ne? Eomma tahu kamu bisa melakukannya. Bangunlah, kita masih punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama. Eomma akan membacakan cerita kesukaanmu, kau pasti suka, kan?" katanya dengan suara bergetar, kadang matanya dipenuhi air mata saat melihat anaknya terbaring tak berdaya. Dia mengusap rambut putih Seungri dengan lembut, seperti yang sering dia lakukan saat Seungri kecil.
Lee Byung Hun, juga terus berada di rumah sakit, meskipun dia sering keluar masuk ruangan untuk berbicara dengan dokter dan memantau keadaan dari dekat. Ketika berada di samping putranya, dia berusaha sekuat tenaga untuk tetap kuat, meski hatinya hancur melihat kondisi Seungri. Dia menggenggam tangan Seungri yang lain, kadang-kadang menepuknya perlahan, seakan berharap bisa memindahkan sebagian kekuatan dan semangat hidupnya kepada putranya yang sekarat. "Anakku... ini Appa. Kamu harus bertahan, Sayang. Jangan menyerah. Apa pun yang terjadi, kita akan melewatinya bersama. Appa tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."
Setiap malam, mereka bergantian duduk di samping Seungri, kadang-kadang tertidur di kursi, namun tetap tidak beranjak jauh dari putra mereka. Mereka tidak ingin Seungri terbangun dalam kondisi seperti itu tanpa ada orang yang dikenalnya di dekatnya. Para perawat yang menjaga Seungri memperhatikan betapa kuatnya kasih sayang mereka, meskipun itu tidak mengurangi kecemasan yang terus menggantung di udara.
Minho, juga menghabiskan banyak waktu di rumah sakit. Perasaan bersalah menyelimutinya setiap kali dia memandang wajah adiknya yang pucat, tubuhnya yang kurus dengan luka dan memar yang belum sepenuhnya sembuh. Dia merasa gagal melindungi Seungri dari bahaya, sesuatu yang selalu dia janjikan kepada dirinya sendiri sejak mereka masih kecil. Setiap kali duduk di sisi Seungri, dia berbicara dengan suara yang lembut, namun penuh emosi. "Seungri, kamu ingat waktu kita kecil dulu? Kamu selalu keras kepala, selalu ingin menang dalam segala hal. Sekarang... aku butuh kamu untuk tetap keras kepala, Seungri. Fight your way back. Jangan biarkan siapa pun, termasuk Jihoon, mengambil hidupmu. Kamu harus kembali pada kami. Aku akan berada di sini, menunggumu, dan kali ini aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi."
Minho kadang-kadang tertawa kecil saat mengenang kenakalan-kenakalan masa kecil mereka, mencoba membangkitkan sedikit kehangatan meskipun tahu bahwa Seungri mungkin tidak bisa mendengarnya. Dia mengusap dahi adiknya, berbisik, "Kau tidak boleh menyerah, Riri. Kau terlalu kuat untuk itu. Kita masih punya banyak hal untuk dilakukan bersama. Aku masih membutuhkanmu untuk menggangguku setiap pagi dan memaksa aku untuk menemanimu ke mana pun kamu mau."
Jiyong, juga datang setiap hari meskipun hanya bisa bertemu sebentar. Dalam kondisi Seungri yang sangat lemah, dokter membatasi jumlah pengunjung yang bisa masuk, dan durasi kunjungan juga harus dijaga agar Seungri tidak terlalu lelah. Namun, Jiyong tidak peduli berapa lama waktu yang diizinkan; setiap menit yang dia habiskan bersama Seungri terasa begitu berharga. Dia akan duduk di tepi tempat tidur, berbicara dengan lembut meski matanya selalu dipenuhi kesedihan. "Ri, you need to wake up. Kau tahu betapa aku merindukanmu, kan? Kita masih punya banyak hal yang ingin kita lakukan. Buku yang kau suka itu, aku akan bacakan untukmu kalau kau bangun. Dan... kau tahu, aku merindukanmu yang selalu clingy padaku. Jadi, tolong bangun, ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/363878722-288-k528320.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebellious
FanfictionStep into the world of the Lee family, where Seungri, the rebellious son with a heart condition, finds solace in art and freedom. Follow his journey as he balances family expectations with his own desires, leaving a trail of drama and breathtaking a...