Episode 14

119 47 7
                                        

Tercengang melihat penampilan sang Suami, perlahan ia mengulurkan tangan menyentuh jas hitam dengan hiasan berlian tersebut seakan tidak percaya bahwa dirinya mampu melihat salah satu jas termahal di dunia.

"Subhanallah Walhamdulillah Laillahaillallah Allahu Akbar. Sungguh barang yang sangat bagus, ini pertama kalinya aku melihatnya."

Maulana menaikkan sebelah alis melihat ekspresi sang Istri, menurutnya itu terlalu berlebihan tapi mungkin bagi seorang yang tidak pernah melihat barang mewah, itu reaksi wajar.

"Sayang, jangan terlalu mengagumi perhiasan dunia. Ini hanya sebuah jas biasa, tidak perlu sampai seperti itu."

Tangan Fira berhenti meraba jas milik sang Suami, pandangan mendongak ke atas menatap pria itu dengan alis hampir menyatu.

"Aku mengagumi, tapi aku tidak memakainya. Beda dengan Paman, Paman bilang tidak mengagumi, tapi memakainya. Kenapa hanya bisa bicara tapi tidak melakukannya?!"

"Jadi maksudmu ... Apakah Suamimu ini harus memakai jas yang ada di pasaran itu?" tanya Maulana sedikit heran.

"Sudahlah, orang kaya memang beda. Sekarang kita mau kemana?" Kini giliran Fira yang bertanya.

"Bukankah tadi kamu ingin ikut ke pemeran amal?" balas Maulana.

Fira mengangguk."Paman benar, baiklah. Ayo."

Gadis itu menggandeng lengan sang Suami, setelah persatuan dua tubuh tersebut kini tidak ada lagi rasa canggung dalam hati Fira, meski sikap garangnya belum berkurang.

Maulana mengangguk, diam-diam ia tersenyum melihat tingkah Istrinya, hanya sebuah kalung mampu membuat gadis itu bersedia menjadi Istri yang sesungguhnya.

Langkah kaki ringan berubah berat ketika tidak sengaja melihat Nadia bersama Sinya bergandengan tangan dengan mesra, pasangan suami istri beda usia itu berjalan berlawanan arah dengan Fira dan Maulana.

Fira semakin mengeratkan pelukan pada lengan Sang Suami, kenangan saat Nadia mencoba mempermalukan dirinya di meja makan masih terngiang di telinga.

Sementara itu Nadia memperhatikan Fira, pandangan mata itu berubah jadi iri dan cemburu melihat berlian The Hope Diamond berada di leher menantunya Suaminya tersebut.

"Tunggu!"

Nadia menghentikan langkah kakinya saat mereka saling berpapasan, melihat sang Istri muda berhenti Sinya pun ikut berhenti dan bertanya pada wanita itu.

"Sayang, ada apa? Kenapa kamu menghentikan Ivan?"

Maulana dan Fira menghentikan langkah kakinya, pria itu mendengus sebal setiap kali bertatap muka dengan Istri ke 5 sang Ayah.

Ia pun membalikkan tubuh lalu menatap Nadia dengan jengkel."Ada apa?"

Fira hanya diam tidak ingin ikut campur, ia percaya kalau sang Suami akan melindungi dirinya.

"Kenapa kamu memberikan kalung berlian itu pada wanita kampungan ini?!" Nadia menunjuk Fira dengan jari telunjuk, tatapan mata penuh kebencian serta kecemburuan.

Reflek Fira mengangkat tangan menutupi kalung berlian di leher tersebut kemudian berbicara,"Mama, kenapa Suamiku tidak boleh memberikan kalung ini padaku? Aku adalah Istrinya, apa yang salah dengan pemberian hadiah seorang Suami pada Istrinya?"

"Kau tidak pantas memakai kalung mahal itu! Harusnya aku yang memakainya! Kau hanya seorang Istri, kalian bisa cerai kapanpun! Sedangkan aku adalah Ibunya, jadi aku yang berhak atas kalung itu!" Wanita 25 tahun itu semakin marah, bahkan terus membentak Fira.

"Sudah cukup!" Maulana tidak suka melihat istrinya diperlakukan bagaikan barang tak berguna yang bisa diambil dan dibuang sesuka hati, baginya seorang Istri adalah amanah dari Allah yang harus dijaga oleh seorang Suami.

Ia mengalihkan perhatian pada Mizuruky Sinya lalu berkata,"Ayah, jangan biarkan aku bersikap kasar pada Istri Ayah, didiklah Istri muda Ayah dengan baik."

Maulana kembali memandang Nadia kesal."Mama Nadia, Fira bukan barang murahan yang bisa diambil dan dibuang seenak hati! Dia Istri ku, milikku dan aku tidak akan membiarkan siapapun menghinanya termasuk kamu! Satu lagi, Mama Nadia bukan Ibuku, jadi jangan bersikap seolah Mama sudah melahirkan ku!"

Setelah mengatakan itu, Maulana membawa sang Istri meninggalkan tempat itu.

Nadia mengepalkan tangan menahan emosi, ia mencoba mencari pembelaan dari sang Suami, namun Sinya tidak mengatakan apapun.

"Mas! Kenapa Mas hanya diam saja?! Aku ini Istri mu! Mas diam saja melihat Ivan bersikap tidak sopan padaku?!"

"Sayang, kamu buat apa juga ikut campur urusan rumah tangga mereka. Mau Ivan memberikan apapun pada Istrinya juga itu bukan urusan kita," balas Sinya malas.

Nadia sangat dongkol, ia pun berjalan meninggalkan sang Suami dengan perasaan kesal.

Diam-diam Fira tersenyum sendiri mengingat sang Suami membela dirinya, ternyata pria itu tidak menganggap dirinya tidak berharga, hingga pintu lift terbuka dan mereka keluar dari pintu tersebut, ia masih tersenyum sendiri.

Catherine menatap heran menantunya, ia baru saja hendak pergi ke acara amal tapi berhenti melihat Putranya dan sang Istri keluar dari lift.

Wanita 55 tahun itu berjalan menghampiri sang buah hati."Kalian mau kemana?"

"Aku dan Fira akan pernah ke pameran amal, Ibu mau kemana?" balas Maulana melihat sang Ibu sudah rapi.

"Ibu pikir kamu akan pergi bersama Ibu seperti biasanya, jadi Ibu berinisiatif rapi-rapi," jawab Catherine.

Fira merasa tidak enak hati, ia khawatir kalau sang Suami akan meninggalkan dirinya. 

Maulana tersenyum  kemudian berkata,"Karena dulu aku belum punya Istri, sekarang aku sudah punya. Tapi kalau Ibu tidak keberatan, kita bisa pergi bersama."

Catherine tersenyum bangga."Kamu memang anak yang baik, kamu persis seperti Ayahmu."

Fira mengerutkan kening mendengar ucapan Mertuanya, sejak kapan Sinya jadi baik?


Jas milik Maulana

Jas milik Maulana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang