Episode 46

43 2 0
                                        

Terdengar suara lantunan ayat suci Al-Quran di masjid, Fira menoleh pada sang Suami, pria itu masih terlelap dalam tidurnya, terlihat sangat kelelahan.

Fira merubah posisi menjadi duduk di samping sang Suami, mata kecoklatan itu memandang paras tampan pria 30 tahun itu.

Perlahan ia mengulurkan tangan menyentuh hidung mancung Suaminya. Maulana merasa geli pada hidungnya, ia pun membuka mata menatap tangan mungil yang ada di hidungnya.

Fira terkejut dan segera menarik kembali tangannya, ia tersenyum manis melihat sang Suami sudah bangun.

"Mas, tu sudah qiroah. Sebentar lagi tahriman, tadi Mas bilang ingin dibangunkan."

Maulana mengangguk, ia pun bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk sejenak di tepi ranjang.

Fira berdiri menggunakan kedua lutut, bergerak beberapa langkah lalu memeluk leher sang Suami dari belakang."Aku ikut mandi, Mas mau mandi bukan?"

"Ya." Maulana menggerakkan tangan memegang kedua tangan sang Istri yang melingkari lehernya, sebelah tangan yang bebas digunakan untuk memegang pantat sang Istri.

"Pegangan yang erat, Mas akan bawa kamu ke kamar mandi."

Fira mengangguk, saat pria itu berdiri, ia melingkarkan kedua kaki pada pinggang sang Suami.

Maulana dengan senang hati menggendong Sang Istri di punggung dan membawanya ke kamar mandi, Fira tertawa riang dengan candaan pria itu.

***

Nadia dan ke empat Istri Sinya bersiap menunggu Fira dan Maulana, sudah kebiasaan mereka kalau di rumah selalu jamaah kecuali Nadia, wanita itu terpaksa ikut jamaah karena dipaksa Catherine.

Tak lama kemudian Maulana turun sendiri, pria itu memakai jubah putih panjang dan syal merah.

Catherine mengerutkan kening karena Maulana datang tidak bersama Istrinya, saat putranya itu berada di dekatnya, ia bertanya dengan penasaran,"Fira kemana? Kok kamu sendiri?"

"Ketahuan kan sekarang kalau Fira memang pemalas," cibir Nadia. Wanita itu langsung diam setelah mendapat tatapan dingin dari Maulana.

"Fira tidak sholat, Bu. Jadi masih di kamar," jawab Maulana sopan.

Catherine dan ke empat Istri Sinya mengangguk mengerti, tapi beda dengan Nadia, wanita itu kembali menyudutkan Fira.

"Tidak sholat? Apakah Istri mu tidak tahu, sebagai seorang muslim harus sholat?!"

Maulana menatap Nadia dingin."Benar, tapi seorang wanita, ada saat tiap bulan mereka libur. Sepertinya Mama Nadia tidak mengerti itu, atau pura-pura tidak mengerti?!"

Nada bicara Maulana tajam dan menusuk."Mama Nadia, jangan sampai aku mengangkat tangan lagi padamu."

Catherine mengerutkan kening mendengar ucapan Putranya, ia menatap sang buah hati penuh tanda tanya."Apakah tadi kalian bertengkar?"

"Tidak, Bu. Mana mungkin aku bertengkar dengan Mama Nadia." Maulana mengalihkan perhatian pada Catherine.

"Ayo kita berangkat ke masjid."

Catherine dan yang lain mengangguk, mereka pun berjalan mengikuti Maulana.

***

Terdapat seorang pria memakai kemeja putih serta jas hitam dan kacamata hitam, mereka berdiri di depan pintu kamar, jendela dan setiap tempat yang memiliki kemungkinan besar ada seseorang berniat jahat pada sang Istri.

Sebelum berangkat ke masjid, Maulana memerintahkan kepada pengawal untuk berjaga di sekitar kamarnya, ia tidak ingin ada satu orang pun manusia bisa melihat tubuh indah sang Istri karena gadis itu suka sekali memakai baju dinas kalau di dalam kamar.

Fira menoleh ke luar jendela, terlihat di balik jendela terlihat bayangan seorang pria berdiri tegap memunggungi jendela.

Fira meraih busana muslim berserta kerudung lalu berjalan perlahan menuju jendela, tak lupa membawa alat pemukul di tangannya, ia curiga kalau pria berbaju hitam itu adalah pencuri.

Setelah sampai di dekat jendela, Fira mengulurkan tangan menyibak gorden lalu membuka pengunci jendela.

Cklek ...

Fira mengangkat tongkat pemukul, mengayunkan tongkat itu ke arah seorang pria di depannya.

Pria berkemeja putih dan jas hitam itu memiliki refleks yang bagus, ia memutar tubuh dengan cepat lalu menangkap tangan Fira.

"Nyonya Muda, mohon tenang."

"Tenang kepalamu?! Kau siapa?! Mau mencuri ya?!" Fira mendelik galak.

"Bukan, Nyonya Muda. Saya bukan pencuri, Tuan Muda meminta saya dan rekan -rekan untuk berjaga di sekitar kamar dan memastikan Nyonya Muda aman tanpa ada orang yang sembarangan masuk." Pria itu menjelaskan dengan sopan, meski sebenarnya sangat heran dengan Istri majikannya. Di antara semua penghuni rumah, hanya Fira yang tidak mengenal mereka bahkan mau memukulnya.

Fira berfikir sejenak, setelah itu menarik tangannya dan membuang tongkat pemukul itu ke sembarang arah.

"Oh? Kalau begitu kenapa berdiri memunggungi jendela?"

"Kami berjaga untuk serangan dari luar, bukan serangan dari dalam." Dengan sabar dan profesional, pria sekitar 25 tahun itu menjelaskan.

"Baiklah." Fira memutar tubuh memunggungi pria itu kemudian kembali berkata,"Aku akan keluar mengambil makanan, aku akan kembali memberikan makanan itu pada kalian."

Dengan langkah kaki ringan, gadis itu berjalan ke arah pintu. Ia mengulurkan tangan meraih gagang pintu lalu memutarnya, dirinya kembali dikejutkan dengan seorang pria dewasa bertubuh besar berdiri di depan pintu.

Pria itu memutar tubuh ke arah Fira saat pintu kamar terbuka."Selamat sore, Nyonya Muda."

Fira memperhatikan pria itu mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, melihat tubuh kekar dan berbadan besar, pasti kalau terkena pukulannya langsung kehilangan nyawa.

Fira tersenyum ramah, ia tidak ingin menjadi korban pemukulan saat sang Suami tidak di rumah."Hehe, Paman. Paman, aku bukan mau kabur, aku hanya mau mengambil makanan di dapur."

Dahi pria itu berkerut, sepertinya Istri majikannya itu salah pengertian."Nyonya Muda, saya di sini bukan untuk mengurung Anda, tapi untuk menjaga Anda. Jika Nyonya Muda ingin keluar rumah, jalan-jalan kemana pun, kami akan menemani. Nyonya tidak perlu takut atau sungkan."

Fira menaikkan pandangan menatap pria besar itu, meski tinggi tubuhnya tidak setinggi sang Suami tapi tubuhnya lebih besar dari Suaminya.

"Paman, siapapun melihat mu pasti takut. Kalau tiba-tiba Paman memukulku, aku pasti akan langsung kehilangan nyawa. Aku tidak mau itu."

Pria besar itu menggerakkan tangan di depan dada, tanda ia tidak akan melakukan itu.

"Nyonya Muda, Anda tidak perlu khawatir. Jika saya sampai saya melakukan itu, Tuan Muda pasti tidak akan membiarkan saya baik-baik saja." Pria itu terlihat sangat takut pada Mizuruky Ivan.

"Paman takut pada Mas Ivan?" tanya Fira ketika melihat ekspresi pria besar itu nampak ketakutan.

Pria besar itu diam sejenak, ia mengingat kembali saat masih bersama Maulana di Jerman.

Saat itu Maulana masih remaja tapi sudah bergabung dengan kelompok Mafia di Jerman dengan nama John William, siapapun saat mendengar nama itu akan gemetar dan ketakutan, entah apa alasan pria bermata safir itu kembali ke Indonesia dan apa juga alasannya dulu pernah menjadi anggota Mafia.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang