Dipaksa menikah dengan seorang rentenir ternyata Fira justru mendapat anak dari si Rentenir.Sosok pria yang lembut pada dirinya namun sangat dingin pada orang lain, awalnya Fira berpikir kalau Suaminya itu juga sama kejam seperti mertua tapi ternyat...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Antonio melajukan mobilnya tidak ke arah rumahnya, ia justru pergi menemui Angga, tanpa tahu bahwa Angga juga menyukai Fira.
Keyakinan dalam hati bahkan teman sekelasnya itu dapat membantu dirinya dalam memisahkan Fira dan Maulana.
Sesampainya di depan rumah Angga, pria berkulit putih itu menghentikan mobil, ia tidak segera keluar dari mobil.
Dari dalam mobil terlihat pintu rumah bercat hijau itu terbuka, rumah Angga sangat sederhana tidak seperti rumah besar miliknya.
"Ini sudah pukul 9 malam, tapi pintu rumah Angga masih buka. Kalau misal aku ajak dia keluar, apakah Ibunya akan mengizinkan?"
Antonio bingung sendiri, rasa tidak yakin akan berhasil membawa sahabatnya itu keluar rumah.
Meski seorang pria, tapi kedua orang tua Angga selalu melarang anaknya keluar malam, katanya khawatir kalau akan terjadi sesuatu.
Antonio mengambil ponsel lalu menghubungi Angga.
Visualisasi Angga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di dalam kamar, Angga sedang bermain game, sebenarnya ia ingin berdandan tapi karena kedua orang tua masih di rumah, dirinya tidak berani.
Drrt...
Drrt...
"Antonio telpon? Ada apa dia telpon malam-malam?"
Angga penasaran kenapa anak orang kaya itu telpon malam-malam, ia pun menjawab panggilan telpon tersebut.
"Hallo."
"Ngga, kamu bisa keluar nggak?" Antonio bertanya sambil mengamati rumah Angga, khawatir kalau Ibunya melihat dirinya.
"Kenapa memang?" Kedua alis Angga seperti hampir menyatu.
"Kamu tahu bukan, kalau aku menyukai Fira? Aku dan kak Aeri ada rencana untuk memisahkan Fira dari Pak Ivan." Antonio berusaha menjelaskan.
Angga diam sejenak, ia memikirkan ucapan Antonio."Bagaimana bisa dia mengatakan itu? Apakah dia tidak tahu kalau Pak Ivan itu ternyata orang yang tidak bisa disinggung?" batinnya.