Episode 47

5 1 0
                                    

Selesai sholat jamaah Asar, Maulana duduk-duduk di serambi masjid memperhatikan lalu lalang kendaraan bermotor, di tangannya terdapat tasbih putih yang diputar sesuai dzikir kala diucapkan.

Catherine dan para Istri Sinya pergi membeli makanan di tepi jalan, mereka meminta Maulana untuk menunggu dan pulang bersama.

Seorang pria paruh baya berjalan menghampiri Maulana lalu duduk di samping pria itu.

"Kamu Guru SMA Dirgantara itu kan?"

Maulana memutar kepala ke samping, ia tersenyum ramah menanggapi pertanyaan pria paruh baya itu.

"Anakku seminggu ini tidak diizinkan masuk sekolah oleh gurunya." Wajah pria itu terlihat merasa bersalah.

Maulana diam mendengarkan cerita pria itu, ia penasaran alasan sekolah tidak mengizinkan masuk, kelas berapa anaknya itu juga tidak tahu.

"Namanya Ayu Anandita, anakku masih kelas dua tapi saya belum bisa melunasi SPP. Apakah bisa aku minta tolong berikan waktu lagi?" Pria tua itu nampak sangat tulus dan sangat berharap.

Maulana mengangguk."Bapak tenang saja, besok minta saja Ayu sekolah. Biar bertemu dengan saya, saya akan membantu melunasi semua biaya sekolah Ayu."

Pria tua itu terkejut, ia tidak bermaksud meminta keringanan atau sampai dilunasi oleh orang, dirinya hanya meminta diberikan tenggang waktu.

"Pak, Bapak tenang saja. Saya senang bisa membantu, kalau misalnya Bapak merasa tidak berkenan dengan bantuan saya, Bapak bisa menganggap sebagai pinjaman. Namun jika Bapak merasa senang dengan bantuan saya, saya akan sangat berterimakasih." Maulana memandang wajah tua itu dengan senyum ramah, setiap kali ingat perjuangan orang tua membiayai sekolah anaknya, dirinya teringat masa kecilnya.

Pria tua itu merasa terharu melihat seorang laki-laki begitu tulus ingin membantu dirinya, bahkan mengucapkan terimakasih hanya karena diizinkan membantu.

"Pak, kamu baik sekali. Bapak bersedia membantu ku, kalau begitu nama Bapak siapa?" Wajah sedih dan menyesal pria tua itu perlahan berganti dengan kelegaan dan kebahagiaan.

"Ivan Maulana Rizky, bilang saja pada Ayu untuk menemui Pak Ivan di kantor," jawab Maulana.

Pria tua itu mengangguk penuh semangat, ia merasa sangat bahagia sampai meneteskan air mata, namun segera dihapus.

"Terimakasih, semoga Allah selalu melindungi mu."

"Terimakasih, Pak. Atas doanya, kalau begitu saya pamit dulu. Saya harus segera kembali, Ibu dan yang lain sudah selesai berbelanja." Maulana bangkit dari tempat duduknya, ia meraih sorban dan dikalungkan pada lehernya.

Pria tua itu mengangguk, ia menengadah ke langit sambil mengangkat tangan, dalam hati sangat bersyukur bertemu dengan Maulana.

Maulana berjalan menghampiri Catherine dan yang lain, di tangan para wanita itu terdapat berbagai macam jajanan dan minuman.

Maulana melihat hasil belanjaan Catherine, wanita cantik memakai mukenah biru itu memegang dua plastik jajanan dan dua minuman manis.

"Ini Ibu belikan juga untuk anak perempuan Ibu, besok Minggu Ibu mau ajak anak perempuan Ibu joging. Sudah lama Ibu tidak joging." Catherine menunjukkan dua plastik itu pada Maulana.

Maulana mengerutkan kening, ia yakin Ibunya tidak memiliki anak perempuan."Apakah aku punya Adik perempuan dari Ibu?"

"Adik apa? Maksud Ibu itu Istri mu, kamu selalu sibuk kerja tidak punya waktu menemani Ibu, tapi Ibu lihat Fira tidak seperti itu. Fira seperti masih ABG, sikapnya polos dan apa adanya." Catherine tersenyum sendiri mengingat sikap menantunya itu, kadang marah-marah kadang juga menutupi rasa cemburunya.

Maulana tersenyum sendiri melihat senyuman di wajah wanita paruh baya itu, sudah lama tidak melihat senyuman bahagia itu, sepertinya memang dirinya kurang memperhatikan kebahagiaan wanita tersebut.

"Ibu, Fira memang masih ABG. Aku tidak ingin merenggut masa remajanya, aku tidak ingin terlalu membatasinya. Tapi sepertinya Fira memang tidak terlalu suka keluar bersama teman-temannya, dia lebih suka menempel padaku."

Catherine tersenyum malu-malu."Itu karena Istri mu merasa nyaman dengan mu, wanita kalau sudah merasa nyaman dan aman, dia tidak akan berpaling kepada siapapun."

Pandangan Catherine berubah sendu, ingatannya kembali pada masa hidup mereka susah, ia sangat merasa nyaman bersama Sinya namun semua berubah saat Suaminya itu mulai tidak setia.

"Wanita itu sederhana, Van. Namun terkadang tidak seorang pun pria mampu memahami kesederhanaan itu, wanita itu hanya tidak ingin Suaminya memihak pada siapapun selain pada dirinya. Wanita itu hanya ingin dilindungi oleh Suaminya, karena itu ..." Catherine menaikkan pandangan menatap sang buah hay.

"Perlakuan Istri mu dengan baik, jangan banyak nuntut. Jangan pedulikan masa lalunya, karena tidak ada manusia yang sempurna."

Maulana tersenyum getir, ia mengerti bagaimana perasaan wanita itu, pasti merindukan masa-masa indah sebelum Ayahnya menikah lagi dan sangat suka selingkuh.

"Ibu, aku tidak akan pernah menyakiti Istri ku. Aku tahu Istri ku masih belum bisa dewasa, manja dan suka ngambek. Aku terima semua kekurangan dan semua kebaikannya, aku juga akan mendidiknya dengan sabar dan penuh kasih sayang agar Fira menjadi menantu yang baik untuk Ibu."

Catherine mengangguk."Sudah, ayo kita pulang. Pasti Istri mu sudah cemberut karena kamu lama."

Maulana terkekeh pelan, ia memutar tubuh berjalan ke arah mobil miliknya.

Catherine dan yang lain pun mengikuti Maulana, satu persatu mereka masuk ke dalam mobil.

Mansion Mizuruky

Sinya merasa bosan sendirian di dalam kamar, ia keluar dari kamar lalu berjalan menuju dapur.

Mata tua itu menyipit melihat gadis cantik berjilbab putih terlihat sedang memasak, ia menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang di rumah selain para pelayan.

Namun para pelayan juga tidak akan peduli dengan urusan majikannya, Sinya berjalan mendekati gadis itu lalu memeluknya dari belakang.

Gadis itu adalah Fira, Fira terkejut mendapatkan pelukan tiba-tiba dari belakang.

Fira menurunkan pandangan, matanya membulat melihat tangan tua melingkari pinggangnya, reflek Fira berteriak dengan kencang.

Sinya terkejut melihat Fira berteriak, ia melepaskan pelukannya lalu memutar tubuh gadis itu dan mencoba untuk menutupi mulutnya.

Fira terus memberontak terhadap semua perlakuan Sinya, ia merasa jijik bila harus disentuh seorang pria selain Suaminya.

"Ayah!"

Sinya terkejut mendengar suara Maulana, ia pun langsung melepaskan Fira lalu menjauh dari gadis itu.

Fira syok dan ketakutan, melihat sang Suami berdiri tidak jauh dari mereka, ia segera berlari ke arah Suaminya lalu memeluk tubuh tinggi tegap itu.

Fira menangis ketakutan, tubuhnya gemetar dengan tangan mencengkram erat jubah sang Suami.

Maulana membalas pelukan sang Istri, tatapan mata penuh kekecewaan saat melihat Sinya.

Sebagai seorang anak, ia tidak mungkin menghajar seorang pria yang telah menjaganya dari kecil hingga besar namun berani melecehkan Istrinya.

Namun sebagai seorang Suami, dirinya telah gagal melindungi sang Istri hingga membuat gadis itu hampir dilecehkan.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang