Episode 10

85 60 7
                                    

Episode 10

Hari pertama sekolah Fira sudah dibuat pusing dan syok dengan sikap teman -teman sekelasnya, mereka sama sekali tidak ada yang menghormati guru tidak sama seperti sekolah tempatnya dulu.

Ketika pelajaran telah usai, Fira berdiri di depan pintu gerbang sekolah, termenung mengingat kembali sikap teman-temannya.

Tak sengaja Angga melihat Fira sendirian, ia pun menghampiri gadis tersebut.

“Fir, Say. Yuk pulang sama aku.”

Fira menoleh pada Angga, gaya bicara seperti wanita membuat gadis itu hampir muntah.

“Ngga, bisa nggak kamu kalau bicara jangan seperti cewek? Aku mual tahu?!”

Angga cemberut mendengar ucapan Fira, namun itu hanya sejenak karena setelah itu langsung tersenyum lalu mengubah gaya bicaranya seperti layaknya seorang pria.

“Fir, kamu mau pulang dengan ku?”

Fira tersenyum, ia hendak mengangguk tapi melihat mobil sedan hitam sang Suami sudah muncul di balik tempat parkiran.

“Tidak, aku berangkat bersama Pak Ivan, jadi pulang juga dengan Pak Ivan.”

“Kalau begitu, aku juga akan numpang ke mobil Pak Ivan,” balas Angga sambil meraih lengan Fira lalu memeluknya erat.

Fira sangat risih dengan perlakuan Angga, ia berusaha melepaskan pelukan itu namun tenaga Angga ternyata lebih kuat.

Tak lama kemudian mobil Maulana berhenti di depan Fira dan Angga, ia keluar dari mobil lalu berjalan menghampiri sang Istri.

“Kalian ingin pamer kemesraan?”

Angga mengangguk dengan senyum manis kemudian berkata,”Saya tidak akan kalah dari Antonio, Pak. Saya akan mengejar Fira juga.”

Fira terkejut mendengar ucapan Angga, siapa yang sangka kalau pria cantik itu ingin mengejar dirinya juga.

Maulana tersenyum lalu berkata,”Tapi Fira adalah wanita saya, bukankah sudah saya katakan?”

“Pak, kan Bapak dan Fira masih pacaran, artinya saya masih boleh deketin Fira.” Angga tidak mau kalah, ia meraih tangan Fira hendak menariknya.

Maulana mendelik galak ketika ada seseorang berani menyentuh tangan sang Istri, ia pun meraih tangan sang Istri yang masih bebas.

Fira menghela nafas dengan sikap mereka berdua, ia menghempaskan tangan Maulana lalu berkata,”Aku akan pulang dengan Angga, Paman.”

Maulana diam menahan emosi, mana mungkin dirinya suka melihat Istrinya bersama pria lain, apalagi pria tersebut memiliki perasaan terhadap sang Istri.

Pria itu memandang kecewa kepergian Fira, ia segera masuk kembali kedalam mobil setelah punggung sang Istri tidak terlihat lagi.

Angga tersenyum bahagia karena Fira bersedia ikut pulang bersamanya, diam-diam ia melirik gadis itu melalui kaca spion motornya.

“Fir, kenapa kamu mau pacaran dengan Pak Ivan? Dia sudah tua, kamu masih remaja.”

“Aku dipaksa bertunangan dengan Pak Ivan, orang tuaku punya hutang pada Ayahnya Pak Ivan. Aku menjalin hubungan juga karena terpaksa,” jelas Fira sambil menikmati hembusan angin bertiup ke arahnya.

“Jadi kamu sebenarnya tidak cinta pada Pak Ivan?” tanya Angga lagi.

“Iya, mana mungkin aku akan mencintai pria berumur seperti itu.” Fira terdiam sejenak setelah mengucapkan kata itu, ada perasaan menyesal dan sedih.

Angga sangat senang mendengar penjelasan Fira.”Baiklah, aku akan mengejarmu. Lupakan Antonio, sekarang aku akan mengantarmu pulang.”

Fira mengangguk dengan berat, ia sengaja meminta Angga mengantarkan dirinya ke Mansion Mizuruky bukan ke rumah kedua orang tuanya.

Angga syok dengan tempat tinggal Fira, ia tidak menyangka kalau gadis itu akan tinggal di tempat yang begitu mewah, sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seorang dengan hunian mewah seperti ini bisa memiliki sebuah hutang?

"Fir, kamu yakin ini rumahmu?"

Fira menoleh pada Angga, bibir ranum itu tersenyum kaku.

"Iya."

Matanya melirik ke samping dan berkata dalam hati,"Sebenarnya ini rumah Paman Maulana, tapi,'kan aku istrinya. Jadi ini juga rumahku."

Angga mengangguk meski sangat tidak yakin."Bagaimana bisa seorang bangsawan seperti mu memiliki hutang pada Guru Honorer?"

"Angga, kamu tadi pasti melihat bukan saat Pak Ivan melawan Antonio? Pak Ivan seperti seperti Preman, aku terpaksa, Ngga. Aku tidak tahu lagi harus apa sekarang? Pak Ivan menggunakan cara keji untuk membuat rumah ini jatuh ke tangannya, sekarang aku hanya bisa tinggal di sini bersama Pak Ivan." Fira kembali mengarang cerita dengan ekspresi wajah sedih, ia bahkan lupa bahwa dirinya tidak mengaku sebagai Istri melainkan hanya pacar.

Angga mengangguk, terkejut dan seperti tidak pernah menyangka kalau ternyata guru yang terlihat sangat alaihim bisa melakukan hal menjijikkan seperti itu.

"Pak Ivan sungguh menjijikkan, tapi kamu tenang saja, Fir. Aku pasti akan membantu mu mengambil kembali semua yang harusnya menjadi hak mu dan keluargamu."

Fira mengangguk, tak lama kemudian sebelum mobil sedan hitam datang.

Fira terkejut dan panik, kalau sampai sang Suami tahu bahwa dirinya sudah memfitnahnya, pastilah pria itu akan marah.

Angga bingung melihat raut wajah Fira, ia menoleh ke belakang, terlihat mobil sang wali kelas semakin dekat.

"Fir, kamu pasti takut. Tenang saja, aku pasti akan melindungi mu."

Angga turun dari motor lalu berdiri di samping Fira.

Maulana menghentikan mobil di depan Fira dan Angga, ia menghela nafas melihat kedua manusia itu berdiri di depan pintu gerbang.

Pria bermata safir itu membuka pintu mobil lalu turun, ia berjalan mendekati Fira dan Angga.

"Kalian kenapa berdiri di sini?"

Angga maju selangkah di depan Fira, seakan menjadi perisai bilamana Maulana akan marah dan menyakiti Fira.

"Pak, saya tidak menyangka kalau Bapak adalah orang yang sangat menjijikkan!"

Maulana mengerutkan kening mendengar ucapan muridnya itu, mata safir itu teralih pada sang Istri, gadis itu menunduk tanpa berani memandang sang Suami.

"Untuk apa Bapak melihat Fira?! Pak, mulai sekarang saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti Fira, termasuk Bapak!" tegas Angga tanpa tahu yang sebenarnya.

Maulana mengangguk, ia sangat lelah untuk meladeni perkataan muridnya.

"Baiklah, terserah apa yang ingin kamu katakan, Angga. Saya lelah dan ingin istirahat, bisakah kalian menyingkir? Jangan menghalangi jalan."

Fira dan Angga menoleh kebelakang, ternyata mereka berdiri di depan pintu gerbang hingga menghalangi mobil untuk masuk.

Perlahan Fira dan Angga menggeser posisi berdirinya, rasanya sangat memalukan ketika Angga salah mengira kalau Maulana akan menyakiti Fira, padahal pria itu berhenti hanya karena mobilnya tidak bisa lewat.

Maulana tersenyum tipis kemudian membalikkan tubuh."Hari ini aku akan menghadiri acara Pameran, mungkin akan pulang malam. Tidurlah dulu, jangan menunggu ku."

Setelah mengatakan itu, Maulana berjalan menuju mobilnya.

Fira mengerutkan kening mendengar ucapan sang Suami, ia pernah membaca sebuah komik tentang seorang miliader, mereka sering menghadiri acara Pameran barang antik atau barang berharga lainnya.

Fira menoleh pada Angga lalu berkata,"Angga, kamu pulang saja. Aku akan baik-baik saja."

Angga heran dengan sikap gadis itu, tiba-tiba saja menyuruhnya pergi.

Suami Terbaik 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang