63. Kemunculan Ifrit (5)

13 2 0
                                    

Semua orang terkejut melihat kedatangan Ifrit ke tempat itu. Sementara Ifrit, ia hanya menyeringai melihat 4 orang Indagis sudah berkumpul di tempat itu.

"Jadi, dia kah yang disebut Ifrit itu?" Pikir Praja.

"Ini aneh, kalo benar dia Ifrit, kenapa aku tidak merasakan aura bahaya apapun darinya?" Batin Bima dengan heran sekaligus waspada.

"Maya, apa kamu tidak salah orang? Orang seperti ini kau bilang Ifrit?" Tanya Angga.

"Itu benar, tidak salah lagi, dia adalah Ifrit! Tapi entah kenapa, auranya terasa berbeda!" Sahut Maya.

"Itu benar, Indagis! Aku adalah Ifrit, sang Raja Jin Nusantara!" Ucap Ifrit, yang kembali memperkenalkan diri.

Semua orang pun terbelalak mendengar perkenalan diri dari Ifrit.

"Alasan auraku terasa berbeda tentu saja agar kalian tidak ketakutan dengan kehadiranku di sini," jelasnya, sembari tersenyum menyeringai.

"Begitu ya, jadi kau yang bernama Ifrit? Baguslah, aku jadi tidak perlu repot-repot mencarimu, orang yang telah membunuh guruku!" Ujar Angga dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Gurumu? Oh maksudmu Chandra? Dia memang lawan yang kuat, aku penasaran saat dia masih dalam kondisi prima, maka dia akan sekuat apa. Bahkan aku sampai memerlukan waktu untuk menyembuhkan luka dari serangannya, untung saja lukanya sekarang sudah sembuh!" Balas Ifrit, dengan senyum ramah, namun membuat Angga semakin muak.

"Tutup mulutmu Ifrit, kau akan mati hari ini!" Ujar Angga.

"Tahan dulu Angga, kau tidak akan bisa mengalahkan dia sendirian! Mahluk ini memiliki level kekuatan yang berbeda dibandingkan jin lainnya, kita harus hati-hati!" Ucap Wira.

"Kalo begitu, kita harus bekerja sama untuk mengalahkannya!" Balas Praja.

Para Indagis pun segera meragasukma dan maju ke halaman depan, sementara Maya dan Nayla tetap berada di teras, menjaga tubuh fisik para Indagis.

"Silahkan berubahlah sekarang, para Indagis!" Ucap Ifrit, mempersilahkan para Indagis untuk melakukan Penyatuan Roh.

"Maung Bodas!" Seekor harimau putih beraura biru pun keluar dari dalam kalung milik Praja, suara aumannya terdengar menggema di tempat itu.

"Nagagini!" Seekor ular hijau mendesis keluar dari cincin milik Bima.

"Barong!" Seekor singa merah dengan ornamen keemasan muncul dari dua buah keris milik Angga.

"Bhadrika!" Sesosok tuyul dengan iris mata berwarna kuning muncul dari dalam kalung. Tuyul itu pun membesar hingga ukurannya melebihi tinggi orang dewasa.

"Lakukan Penyatuan!" Ucap para Indagis secara bersamaan.

Para khodam itu pun segera menyatu dengan roh pemiliknya masing-masing. Memberikan para Indagis kekuatan lebih untuk menghadapi musuh dengan level kekuatan yang tinggi.

Sementara itu, Ifrit hanya menyeringai melihat para Indagis yang kini siap untuk melawannya.

Saat para Indagis sudah melakukan ancang-ancang untuk menyerang. Secara tiba-tiba Ifrit berpindah tempat, tepat ke hadapan Maya dan Nayla.

"Mustahil, dia berteleportasi?" Pikir Praja.

Baik Maya maupun Nayla terkejut dengan kehadiran Ifrit, hingga mereka refleks mundur beberapa langkah.

"Wah-wah, rupanya di sini ada dua Indriya. Sebaiknya kalian berdua kubawa sekaligus saja ya!?" Ujar Ifrit sembari mencoba menyentuh wajah Maya, namun langsung ditangkis oleh gadis itu.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang