Ifrit pun memunculkan sebuah pedang kegelapan di tangannya. Sebuah pedang hitam terkutuk yang dipenuhi energi gelap yang sangat pekat.
Mahluk itu pun mengangkat pedangnya, bersiap untuk menyerang ke arah Maya dan para Indagis.
"Tenang saja, Indriya! Seranganku ini tidak akan membunuh kalian, melainkan hanya terfokus pada para Indagis saja. Dan sudah tugasmu, untuk melindungi mereka sekarang!" Jelas Ifrit.
"Gawat, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak mungkin membiarkan mereka mati begitu saja! Seandainya saja aku tidak lemah, pasti tidak akan begini!" Batin Maya.
Sesaat sebelum Ifrit mengayunkan pedang itu. Tiba-tiba pedang itu lenyap dari tangannya.
"Apa? Pedangku menghilang?" Batinnya dengan bingung.
Ifrit pun menoleh ke belakang, dan ternyata pedang itu sekarang berada di tangan Wira yang saat ini mencoba berdiri sembari mengendalikan kekuatan itu.
"Sial, ini memang benar-benar pedang terkutuk! Energi gelapnya pekat sekali, sulit bagiku untuk mengendalikannya! Bahkan sekarang, pedang ini seperti mencoba untuk menghancurkan jiwaku!" Batin pria itu.
Melihat usaha Wira untuk mengendalikan pedang itu, Ifrit pun mendecak kagum padanya.
"Luar biasa, kekuatanmu merupakan kekuatan untuk mencuri senjata beserta kekuatan musuhmu kan? Tapi apa kau tahu, bahwa jika kau tidak kuat, maka pedang itu akan merusak jiwa dan pikiranmu loh!" Pujinya, sembari mencoba memperingatkan Wira akan bahaya dari pedang itu.
"Aku tidak peduli pada resikonya, yang terpenting kau harus dikalahkan hari ini. Agar para Indriya dapat hidup dengan aman!" Balas Wira.
"Ini mengejutkan, awalnya aku cukup skeptis padamu. Apa yang bisa dilakukan seorang Indagis Tuyul? Tapi ternyata kau berada di atas ekspektasiku!" Pujinya lagi.
"Kekuatanmu memang hebat, tapi sayangnya jiwamu terlalu lemah untuk menahan kekuatan gelap yang sangat besar. Jika kau menjadi bawahanku, maka kau bisa mendapatkan kekuatan yang selevel dengan para Penguasa Alam Gaib. Bagaimana? Apa kau tertarik jadi bawahanku?" Ifrit mencoba menawarkan Wira untuk menjadi bawahannya.
"Penguasa Alam Gaib? Apa maksudnya itu?" Pikir Maya.
"Tidak, aku tidak tertarik untuk menjadi pemuja Iblis sepertimu!" Tolak Wira dengan tegas.
"Ah sayang sekali, padahal kau punya potensi. Tapi ya sudah, mari kita lihat apa saja yang bisa kau lakukan dengan kekuatanku yang sudah kau curi itu!" Ujar Ifrit, sembari menciptakan pedang kegelapan yang lain.
"Kau tahu, pedang kegelapan yang kita pegang ini merupakan sebagian kecil dari kekuatanku. Jadi aku bisa dengan mudah menciptakan ulang pedang ini sebanyak yang aku mau!" Jelasnya.
"Sial, sebenarnya seberapa kuat mahluk ini? Untuk menahan satu pedang saja aku sudah berusaha keras hingga seperti ini!" Batin Wira dengan kesal.
Ifrit pun langsung menerjang maju, pedangnya ia arahkan dengan tepat ke tubuh Wira. Tapi pria itu segera menangkis serangan Ifrit dengan pedang di tangannya.
Benturan energi itu menyebabkan intensitas energi gelap yang menyelimuti pedang itu meningkat drastis.
Hal itu menyebabkan Wira begitu kesulitan dalam menahan kekuatan dari pedang itu. Meskipun saat ini pedang di tangannya itu mulai di selimuti aura kuning miliknya.
"Bagaimana? Baru satu serangan, tapi kau sudah terengah-engah?" Ejek Ifrit sembari menyeringai.
"Berisik!" Wira segera mendorong Ifrit menjauh.
Lalu dengan sekuat tenaga, ia mengayunkan pedangnya ke arah Ifrit.
Saat ini Wira merasakan rasa sakit yang begitu terasa di jiwa maupun pikirannya. Namun ia berusaha menahan itu semua demi mengalahkan mahluk di depannya.
"Gerakanmu tampak buruk, sepertinya selain karena faktor kekuatanku yang sulit dikendalikan, kau ternyata tidak punya basic skill berpedang ya?" Tanya Ifrit, sembari menangkis setiap serangan Wira dengan mudah.
Namun Wira sama sekali tak menjawab, hingga Ifrit pun berujar, "sepertinya ini akan selesai dengan mudah!" Ucapnya, sembari menangkis pedang Wira hingga terlempar dari tangannya.
Tanpa memberikan jeda waktu, Ifrit pun langsung menusukkan pedangnya ke tepat jantung Wira. Membuat pria itu muntah darah, dan dari dadanya keluar banyak darah akibat luka tusukan itu.
"Pak Wiraaa!" Teriak Maya dengan syok.
Tubuh gadis itu kembali gemetar, melihat seseorang bernasib sama seperti Kakek Chandra karena telah melindunginya.
Ifrit pun langsung menarik pedangnya tanpa belas kasihan, membuat darah di tubuh astral Wira mengucur dengan deras. Hingga kemudian, tubuh itu pun roboh ke tanah.
"Jadi namamu Wira ya, aku akan mengingatnya! Kamu memang hanya membuang-buang waktuku, tapi tekad dan potensi kekuatan unikmu telah berhasil menghiburku!" Ucap Ifrit sembari berbalik ke arah Maya.
"Nah, sekarang mari kita lanjutkan yang tadi, wahai Indriya!" Ucap Ifrit, sembari mengangkat pedang di tangannya.
"Maya..." Lirih Praja, yang kini mulai kembali sadar.
"Tolong larilah!" Pintanya dengan lirih.
"Tidak bisa, kalo aku lari, kamu dan yang lain bisa mati!" Balas Maya, yang mencoba untuk tetap tegar.
"Nayla, tolong kamu larilah dari sini! Aku tidak ingin kamu kenapa-napa!" Pinta Maya, pada adiknya.
"Gak mau, aku udah kehilangan kak Maya selama beberapa hari, dan itu rasanya gak enak. Jadi setidaknya aku ingin berada di sisi kakak apapun yang terjadi!" Tolak sang adik.
Ifrit pun menyeringai melihat tekad mereka berdua, dengan cepat, ia segera mengayunkan pedangnya. Menciptakan sebuah serangan berbentuk tebasan gelap ke arah para Indriya.
Secara refleks, Maya menjulurkan tangannya, berharap suatu keajaiban terjadi. Hingga akhirnya, sebuah ledakan pun terjadi di tempat itu.
Boom
Ledakan itu menciptakan kepulan asap yang menyelimuti Maya, Nayla, dan para Indagis.
Ifrit yang awalnya tampak menyeringai, kini mulai menatap kepulan asap itu dengan serius.
"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?" Tanya mahluk itu dengan heran.
Secara perlahan, kepulan asap itu pun menghilang. Menunjukkan suatu keajaiban yang terjadi di sana.
Saat ini, iris mata Maya bersinar terang dengan warna biru cerah. Sementara di sekelilingnya terdapat sebuah barrier pelindung yang melindunginya beserta orang-orang di sekitarnya.
"Apa yang terjadi?" Pikirnya.
Ifrit pun segera menengok ke belakang, dan saat itu juga, baik Maya maupun Ifrit kini paham apa yang menyebabkan keajaiban itu terjadi.
Wira, pria itu kini bersandar di sebuah pohon. Sementara jiwanya dipenuhi oleh retakan berwarna ungu yang menjalar di seluruh tubuh astralnya.
Sementara Bhadrika, khodam milik pria itu kini tampak terduduk di sebelahnya dengan retakan di beberapa bagian tubuhnya. Meskipun tak separah retakan pada tubuh ayahnya.
"Pak Wira!" Maya tampak terkejut dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh pria itu.
"Dasar gila, kamu mencuri segel yang menyegel kekuatan gadis itu, tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang akan kau terima nantinya?" Ujar Ifrit dengan jengkel.
Wira hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Ifrit itu.
"Hey Ifrit, ingatlah, kau harus menepati janjimu pada mereka!" Ucapnya, dengan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...