Chapter 59

324 35 10
                                    

Sorry untuk up nya yang begituuu lama. Maklum ya guys, aku bener-bener sibuk akhir-akhir ini.

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝
.
.
.
.

"Wow ... Bro. Brutal banget, sih."

Carel muncul dari balik dinding. Sebelah bahunya bersender pada dinding, tangan bersedekap sementara manik hazel nya menyorot tenang. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum miring, membuat Dhava terkekeh sebelum lanjut membuang pisau lipat ke sembarang arah.

Xena sendiri sudah terduduk lemas. Napasnya terengah-engah, sayu matanya menatap sosok Carel yang nampak biasa. Hanya menatap dengan sorot tenang, tidak sama sekali merasa iba dengan keadaan Adik tiri Vey ini.

"Hey. Udah berapa lama di situ?"

Pertanyaan Dhava cukup konyol, tapi Carel tetap memberikan jawaban. Walau raut wajahnya nampak sekali kesal. Jelas karena pemuda ini menunjukkan darah pada Carel—yang jelas-jelas sudah muak dengan cairan merah kental berbau amis itu.

"Belum ada lima belas menit, kayaknya."

Dhava terkekeh. Reflek, mengacak-acak rambut hitam legam milik Carel. Beruntung tak sampai berantakan, hingga Dhava harus mendapat bogeman paling menyakitkan dari tangan Carel yang sekarang sudah ada dalam saku celananya.

Xena sedikit mendongak, menggerakkan tubuhnya untuk sedikit beranjak. Ada harapan di matanya begitu Carel melangkah dekat. Berjongkok tepat di hadapannya, berjarak cukup dekat. Sampai-sampai aroma mint menyeruak masuk ke hidung gadis itu.

"Masih hidup, 'kan?"

Xena ini wajahnya sudah pucat, bibir pun juga sama. Carel jadi sedikit iba. Ingat, hanya sedikit. Kasihan saja, orang tidak bersalah mendapat hal seperti ini. Carel bahkan tak sampai bisa menebak jika abangnya akan melakukan hal ini dengan perempuan.

Sampai di mana mendapat tatapan horor dari manik hazel milik Carel, Dhava dibuat bingung. Tapi detik berikutnya, cowok itu terkekeh singkat sebelum mendekat. Menarik lembut tangan Carel, hingga pemuda mungil itu berdiri.

"Jangan natap Abang kayak gitu. Salahin aja tuh cewek yang main nempel-nempel aja."

"Huh? Bukannya, dia pacar lo?"

Kekehan Dhava terdengar merdu. Bahkan, Xena yang masih duduk saja masih bisa dibuat terpesona dengan aura dominan dari cowok itu. Sayang sekali, Dhava tak mempedulikannya. Hanya fokus pada sang Adik yang menatapnya datar.

"Siapa bilang? Abang nggak pernah ada niatan buat punya pacar. Abang cuman mau fokus jagain kamu, Adik kesayangan Abang."

Sungguh, Carel tidak cukup terharu atau baper dengan suara bernada berat dari abangnya ini. Wajahnya masih tetap santai, sementara kedua bola matanya sudah berotasi. Alay juga ternyata abangnya ini.

Carel berdecak. "Udah. Mending lo urus sana gebetannya."

Carel berbalik. Sebelum itu, menyempatkan diri untuk bersuara tanpa menoleh, hanya sedikit melirik dengan santai. "Jangan lupa. Obatin tuh luka dia. Kasihan juga anak orang lo buat kayak gitu."

╔═════ஜ۩۞۩ஜ═════╗
                 CAREL                
╚═════ஜ۩۞۩ஜ═════╝

CARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang