Ukhty Barbar Menghilang

52 3 0
                                        

PoV Angkasa

Tidak seperti biasanya, pagi ini aku sangat ngantuk sekali, jam baru menunjukkan pukul lima dini hari, masa harus tidur kembali? Padahal biasanya jam segini aku masih mengaji. Astaghfirullah, lupa bahwa semalaman aku tidak tidur, pantas mataku sudah tidak bisa diatur.

Kulihat istriku yang sudah merebah usai salat subuh tadi, bahkan ia tak sempat pindah ke kasur, tubuhnya masih meringkuk di amparan sajadah berwarna merah. Mungkin ia juga sama lelahnya, karena kami berdua sama-sama terjaga tatkala malam itu tiba. Malam yang paling indah di antara malam lainnya, bagi dua insan yang sedang memadu kasih, dalam ikatan janji suci yang abadi

"Wahai istriku, tak akan ku biarkan kau terbaring letih di lantai, hingga tubuhmu kedinginan seperti ini," lirihku, seraya memangkunya, lalu ku rebahkan ia di atas kasur, yang baru saja ku ganti seprainya.

Ku kecup keningnya, lalu aku merebah didekatnya.

"Maafkan aku Ya Rabb, terkadang untuk melanjutkan berbagai macam rangkaian ibadah kepada-Mu, itu butuh istirahat sejenak. Aku berhenti bukan berarti aku menyerah melawan hawa nafsu, hanya saja aku ingin rehat mengembalikan energiku. Agar aku bisa beribadah kembali, dengan maksimal, dalam kondisi yang jauh lebih baik dari awal," batinku.

Ku pejamkan mata. Kupeluk bidadari yang menurutku cantik sedunia. Semoga bukan hanya di dunia, kelak di akhirat sana ia juga akan menjadi bidadari surga. Aamiin.

Dua jam berlalu aku hanyut dalam sebuah mimpi. Namun ketika aku bangun, aku tidak melihat wajah cantik istriku. Apa mungkin ia sedang ke dapur? Atau--

"Dek," panggilku, seraya masih merebah.

Ia tak kunjung menyahut.

"Adek?!" Panggilku lebih keras.

"Lah, tuh bocil di mana?" Tanyaku dalam hati, seraya langsung bangkit mencarinya.

Ku tengok ke kamar mandi, yang pintunya agak sedikit terbuka. Tidak ada. Ia tidak ada di sana. Lalu ke mana? Apa ia pergi keluar? Apa jangan-jangan ke dapur, memasak sesuatu untukku? Coba akan ku tengok ia di sana. Tidak ada juga! Lalu ia ada di mana ya Rabb?

Aku panik bukan kepalang, mondar-mandir mencari anak orang, yang menjadi istri sah ku. Bagaimana tidak panik? Toh ini di negeri orang, takutnya ia diculik karena ia cantik. Ah, pikiranku berkecamuk, hatiku remuk kalau ia benar-benar keluar tanpa se izin ku. Aku merenung sejenak memikirkan ke mana ia pergi? Apa ia sedang bertamu ke kamar bestinya, yaitu Ustazah Marwah? Ah coba ku cek ia ke sana.

Tuk! Tuk!

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Ada apa Angka?" Tanya ustaz Rizqy heran.

"Euu-- ustaz lihat istri aku nggak?" Tanyaku memberanikan diri.

"Hah? Emang ke mana istri kamu? Itu istrimu loh, anak orang lagi, harusnya kamu jagain!" Omelnya.

"Aduh, Ukhty Barbar pake ngilang segala!" Ketusku, seraya langsung berlari keluar apartemen. Mencarinya yang ntah pergi ke mana.

Ku tengok, jalanan kota Tarim, sepi. Tidak ada orang, apalagi seorang wanita, rasanya tidak ada. Kalaupun ada, pasti itu istriku yang belum bisa terjaga.

"Dekkk!" Teriakku menggema di sudut kota.

"Dek! Ini mas! Kamu di mana?!" Teriakku kembali, seraya terus menengok ke kanan dan ke kiri.

Hiks! Hiks!

Terdengar seorang wanita yang sedang menangis sesenggukan. Mana mungkin wanita Tarim menangis di pinggir jalan? Pasti ini kelakuan istriku, ku hampiri ia yang tengah menutupi wajah cantiknya. Terlihat matanya sembab memerah, ntah apa yang membuat ia menangis tiada hentinya, di tambah tidak memakai cadar, yang parahnya lagi ia tidak izin kepadaku untuk keluar.

Ukhty BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang