Gila

117 2 0
                                    

Plak!

Suara itu nyaris terdengar mengerikan, dengan kekuatan yang signifikan, memanah badan santri yang sedang mengantuk dadakan, tidak sengaja aku tertidur di permukaan taman, kebetulan lagi sendirian, karena temanku pergi ke ruang pengurus untuk setoran hafalan. Eh, tidak ada tuh yang membangunkan, malah! Adanya cambukan yang lumayan menyakitkan.

"Allahuakbar!" Aku menjerit, jeda tiga detik," kabiro walhamdulillahi katsiro wa--"

"Muroja'ah ya Ukhty!" Potong Ustazah, menyergahnya.

"Na-- Na'am, Ustazah!"

Aku kembali muroja'ah, merasakan cambukkan yang begitu sakit baginya. Mungkin dengan menerapkan pendidikan seperti itu, supaya santri semangat dalam mengaji, karena ingat! Pendidikan itu keras, sangat penting untuk melatih diri kita supaya tegas. Pendidikan itu tidak ada yang enak, karena ingat! Kita harus berlelah-lelah di awal, maka kita akan menikmati hasilnya di akhir. Aku berusaha menghafal ayat demi ayat Al-Quran, ditemani oleh temanku Manda, karena hakikatnya teman yang sejati itu, yang bisa mengingatkan kita ke jalan kebaikan, bukan malah menjerumuskan kita ke lembah penuh kemaksiatan.

Lagi-lagi aku tidak salat berjamaah. Sembunyi di tempat wudu, bersama Amanda. Namun naasnya kami kepergok sama Ustazah Marwah.

“Amanda!”

“Iya, Ustazah?”

“Kenapa gak salat?”

“Eu anu—

“Diajak si Keenan, iya?!”

Plak!

Sejadah indah milik Ustazah Marwah, memanah pundak Amanda.

“Semakin ngelunjak kamu Amanda! Semenjak ada Keenan.”

Deg!

Aku yang mendengar langsung sentakan dari Ustazah Marwah. Sentakan yang membuat niatku mundur untuk bersahabat dengan sosok wanita salihah yang biasa dijuluki 'Mak comblang' olehku. Aku menyadari, bahwa hal itu adalah benar. Amanda yang dulu suka menaati peraturan Asrama, tetapi semenjak ia berteman denganku terbawa sikap barbarnya. Akhir-akhir ini Amanda sering bolos dalam pengajian. Bagaimana Ustazah tidak kesal? Toh, ia dulunya sebagai santriwati yang dibangga-banggakan. Tapi sekarang? Menjadi santriwati yang sikapnya menjijikkan.

Tempat wudu yang begitu nyaman. Kran-kran yang terpancar, berjajar rapi. Air yang mengalir membuat hati tenang, karena menyatu dengan alam. Santriwati mulai membasuh anggota badannya tiga kali. Pertanda, bahwa ia sedang bersuci untuk bermunajat kepada Sang Ilahi.

Ustazah Marwah menarik paksa tangan Amanda untuk masuk ke dalam Masjid, seraya berkata, "Masuk Amanda! Ayo masuk!"

Tatapan Amanda tertuju kepadaku, seraya tersenyum mengembang. Sesekali aku pun menatap Amanda dengan ekspresi yang datar. Aku ikhlas, walaupun ini ujian yang sangat berat. Harus berpisah dengan sahabat seperjuangan. Aku sudah berniat mulai detik ini, harus menjauhi Amanda. Bukan menjauh, karena benci. Tetapi, menjauh karena ingin melindungi.

Kami yang dulunya dekat, layaknya seekor lebah yang tidak mau jauh dari sepucuk bunga yang harum. Hingga, kini kami berjarak. Bukan terhalang oleh ruang dan durasi waktu. Tapi, ini berbeda! Terhalang oleh sekelompok orang yang berbeda sudut pandang. Ntah, sampai kapan persahabatan kami bisa bertahan. Mungkin, sampai detik ini, terakhir, dan selamanya.

***

Suasana Asrama begitu sejuk. Almari tersusun rapi. Gamis abaya bergantungan di sudut ruangan. Hijab yang syar'i terlipat warna warni. Wangi parfum santriwati berkolaborasi di ruangan yang terang. Ustazah Marwah tergopoh-gopoh memanggilku yang sedang menyetrika pakaian.

Ukhty BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang