Romantis

73 0 0
                                    

PoV Angkasa

Triling!

Ada sebuah pesan masuk, ku kira dari siapa, ternyata dari Bu Asia.

"Assalamualaikum, Rizqy. Saya sekarang sudah ada di bandara Indonesia," ucapnya, di dalam pesan.

"Waalaikumussalam gak nanya!" Balasku.

Triling!

Pesan kembali masuk dari orang yang sama.

"Saya pulangnya ke rumah kamu, ya!"

"Edasss! Gak! Saya sudah punya istri!"  Tegasku.

Ada-ada saja kelakuan Bu dokter muda itu, heran padahal umurnya sudah genap 27 tahun, tapi tak kunjung menikah, padahal ia cantik jelita, ilmu ada, harta apalagi jangan ditanya. Namun ntah kenapa istriku tetap pemenangnya, tidak akan ada yang bisa menggantikan posisinya.

Istriku sedang sibuk di dapur, mengutak-atik kompor, meracik bumbu untuk memasak opor. Ah, betapa lihai tangannya, ia bisa menghidangkan makanan kesukaan yang selalu aku makan setiap harinya. Ntah dengan resep apa, yang jelas aku sangat suka masakannya.

Ku intip istriku yang tengah sibuk mengiris bawang, ia kelihatan sangat cantik rupawan, daster yang berlabuh di badannya, rambut tersanggul dengan tusuk konde di atasnya, mempercantik penampilannya. Benar-benar cantik istriku, sesekali ia melantunkan ayat suci Al-Qur'an, hingga tenanglah hati dan perasaan. Sangat idaman, ia bak bidadari yang dikirimkan oleh Tuhan. Kehadirannya bukan hanya elok dipandang, melainkan membuatku nyaman dan tentram.

Aku menghampirinya dari arah belakang, lalu melingkarkan tangan di perutnya yang kian membesar, Ia tersentak kaget, "Allahuakbar!"

"Hehe, lagi masak apa, dek?" Tanyaku, basa-basi, seraya menempelkan daguku di atas kepalanya. Dia yang pendek atau aku yang ketinggian? Ah ntahlah mungkin dianya saja yang kurang tinggi, tapi jujur aku sangat nyaman sekali.

"Lagi masak makanan kesukaan mas lah," jawabnya ceria.

"Opor ya? Masya Allah, terima kasih istriku," tuturku, seraya memeluknya kembali.

Aku dapat merasakan, dadanya berdegup dengan kencang, begitu juga dengan hatiku yang tak hentinya berdebar, terus berdebar hingga, debaran itu bisa ia rasakan.

"Mas kenapa? Deg-degan ya?" Tanyanya polos.

"Ah, kamu juga dek!"

"Aku? Akumah nggak," elaknya.

"Mana sini aku sentuh!" Pintaku, seraya langsung menyentuh dadanya.

"Eh, mas mmmph!"

Detakan itu semakin kencang, saat ku sentuh sumber detakan nya, sampai-sampai getarannya sampai kepada hatiku, yang sama-sama berdetak dengan kencangnya. Oh Tuhan, apakah ini yang dinamakan rasa? Hingga aku bisa jatuh cinta setiap harinya.

"Mmmph, mas sudah!" Tegasnya seraya memberontak, melepaskan tanganku.

"Bumilku sedang gemetar hatinya," tuturku, seraya terus menatapnya.

"Apasi, bi!" Ketusnya, seraya senyumnya mengembang, dan pipinya mulai berwarna merah terang.

"Pipi istriku, sedang merah merona sekarang," ucapku kembali, hingga ia tersenyum sangat lebar sekali.

"Bi, udah ah! Aku capek!" Tegasnya.

"Capek kenapa, mi?"

"Capek baper terus," rengeknya seraya menutup wajah dengan tangannya.

"Haha! Jauzatiku sedang salah tingkah, karena ulah suaminya," candaku kembali.

"Abiii!"

"Iya, mi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ukhty BarbarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang